Suara.com - Harun Masiku merupakan politikus PDIP yang telah menjadi buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama kurang lebih hampir 3 (tiga) tahun. Terbaru, Presiden Joko Widodo angkat bicara mengenai keberadaan buronan KPK yang masih misteri itu.
Kendati demikian, Presiden Jokowi memberikan komentar diplomatis. Orang nomor satu di Indonesia ini justru mengingatkan bahwa ada buronan lain yang enam bulan sudah ditemukan, tetapi ada juga yang satu tahun atau lebih tak kunjung ketemu, seperti Harun Masiku.
Komentar diplomatis tersebut disampaikan setelah Jokowi meminta aparat memproses tindak pidana tanpa pandang bulu, tidak tebang pilih. Terlebih kinerja aparat, khususnya KPK, sangat mempengaruhi Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menyoroti terkait keberadaan Harun Masiku. Menurutnya, jika memang barangnya ada ya pasti ditemukan. Berkaitan dengan itu, muncul pertanyaan apa maksud Jokowi kalau barangnya ada pasti ditemukan.
Sayangnya Presiden Jokowi tak menjelaskan secara rinci saat ditanya celah apa yang membuat Harun sangat sulit ditangkap. Jokowi hanya menyampaikan bahwa hal tersebut karena masalah sangat teknis.
Jokowi pun meminta Ketua KPK Firli Bahuri yang juga hadir dalam konferensi pers untuk menjawab. Sosok Firli sendiri sebelumnya juga sempat dipanggil Jokowi untuk membahas anjlokya IPK Indonesia.
Adapun konferensi pers tersebut dihadiri Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Ketua KPK Firli Bahuri dan Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin.
Kasus Harun Masiku
Sebelumnya diketahui KPK menetapkan Harun Masiku sebagai tersangka atas dugaan suap mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Kamis, 9 Januari 2020 silam. Harun Masiku pun tak cuma menjadi buronan nasional, tetapi juga internasional.
Baca Juga: Manuver Keras Relawan Jokowi: Mendadak Bubarkan GP Mania, Batal Dukung Ganjar
Kasus suap itu dilakukan oleh Harun Masiku agar lolos ke DPR RI melalui mekanisme pergantian antar waktu. Ini berawal saat caleg PDIP dari Daerah Pemilihan Sumatera Selatan I, Nazarudin Kiemas meninggal dunia.
Padahal saat itu Nazarudin memiliki perolehan suara terbanyak. Kemudian posisi kedua diisi dari Daerah Pemilihan Sumatera Selatan II Riezky Aprilia.
Namun, dalam rapat pleno PDIP, suara pemilihan Nazaruddin justru dialihkan ke Harun Masiku, bukannya Riezky Aprilia. Hal itu pun menjadi sorotan, sehingga akhirnya terbongkar adanya praktik suap di balik pemberian suara ke Harun Masiku.
Pada 8 Januari 2020, KPK lantas menggelar OTT, tetapi keberadaan Harun Masiku tak terlacak. Kemudian pada 9 Januari 2020, Harun ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan suap Komisioner KPU Wahyu Setiawan terkait PAW Anggota DPR terpilih 2019 hingga 2024.
Pihak imigrasi kemudian mengabarkan bahwa Harun kabur ke Singapura pada 6 Januari 2020. Sosoknya sendiri menjadi buronan dan sudah masuk dalam daftar red notice interpol, tetapi keberadaannya belum terlacak.
Meski sempat menyebut Harun Masiku ke Singapura, tetapi imigrasi juga mengungkap Harun pulang ke Bandara Soekarno Hatta pada 7 Januari 2020. Ini setelah KPK dan Polri sempat menelusuri keberadaan Harun yang diduga sembunyi di Gowa, Sulawesi Selatan.
Berita Terkait
-
Manuver Keras Relawan Jokowi: Mendadak Bubarkan GP Mania, Batal Dukung Ganjar
-
KPK Tolak Surat Lukas Enembe untuk Berobat ke Singapura
-
Di Hadapan Jokowi, Firli Bahuri Ngaku Tidak Bisa Tangkap Paulus Tannos Alasannya karena Ganti Identitas
-
Tak Bisa Melihat Sejak Lahir, Suara Emas Azzam Nur Mukjizat Getarkan Puncak Peringatan 1 Abad NU di Sidoarjo
-
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Merosot, Ini Perintah Jokowi ke Jajaran Penegak Hukum
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 7 Sabun Muka Mengandung Kolagen untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Tetap Kencang
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
Pilihan
-
Polemik RS dr AK Gani 7 Lantai di BKB, Ahli Cagar Budaya: Pembangunan Bisa Saja Dihentikan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
Terkini
-
Antrean Bansos Mengular, Gus Ipul 'Semprot' PT Pos: Lansia-Disabilitas Jangan Ikut Berdesakan
-
Prabowo Jawab Desakan Status Bencana Nasional: Kita Monitor Terus, Bantuan Tak Akan Putus
-
Rajiv Desak Polisi Bongkar Dalang Perusakan Kebun Teh Pangalengan: Jangan Cuma Pelaku Lapangan
-
KPK Akui Lakukan Eksekusi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Sesaat Sebelum Dibebaskan
-
Dongkrak Pengembangan UMKM, Kebijakan Memakai Sarung Batik di Pemprov Jateng Menuai Apresiasi
-
Gerak Cepat Athari Gauthi Ardi Terobos Banjir Sumbar, Ribuan Bantuan Disiapkan
-
Prabowo Murka Lihat Siswa Seberangi Sungai, Bentuk Satgas Darurat dan Colek Menkeu
-
Krisis Air Bersih di Pesisir Jakarta, Benarkah Pipa PAM Jaya Jadi Solusi?
-
Panas Kisruh Elite PBNU, Benarkah Soal Bohir Tambang?
-
Gus Ipul Bantah Siap Jadi Plh Ketum PBNU, Sebut Banyak yang Lebih Layak