Dengan bantuan tetangganya, Rahima membuat alasan agar bisa keluar. Mereka menyewa sebuah mobil. Rahima menggenakan setelan yang berbeda dengan biasanya. Dia menggunakan kerudung yang lebih besar serta mengenakan cadar. Ketika dalam perjalanan, tetangganya beralasan kepada pasukan Taliban kalau istrinya hendak melahirkan.
Tiba di Kabul, Rahima tidak bisa langsung pergi meninggalkan negaranya. Dia harus berada di Ibu Kota Afghanistan tersebut kurang lebih 20 hari. Waktu itu dia tempuh untuk menunggu proses dokumen perjalanan ke luar negeri, salah satunya paspor.
Setelah proses tersebut rampung, Rahima bersama 30 orang lainnya dari berbagai provinsi memulai pelarian dari masalah keamanan yang ada di Afghanistan. Pesawat membawanya menuju India.
Dari sana, rombongan Rahima kembali terbang ke Malaysia. Dari Negeri Jiran, sebuah kapal membawanya menuju Indonesia pada 14 Agustus 2014. Seorang warga Afghanistan dan seorang warga Indonesia membawa Rahima dan 30 pengungsi lainya ke sebuah rumah yang hingga kini tak diketahui oleh Rahima. Dari tempat itu, kisah Rahima sebagai pengungsi negara asing dimulai.
Minta Pertolongan Jokowi
Siang itu matahari serasa sangat dekat dengan ubun-ubun kepala, terik. Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan begitu riuh. Bunyi klakson kendaraan terdengar seperti sebuah karnaval. Tepat di depan gedung United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Indonesia berkantor, beberapa kendaraan roda empat tersendat lantaran puluhan orang asal Afghanistan membentangkan spanduk seraya berorasi menuntut agar mereka segera dikirim ke negara ketiga.
Hari itu, Selasa, 8 Maret 2022 menjadi momen pertemuan pertama ku dengan Rahima. Aku menepi sejenak dan memarkirkan sepeda motor, lalu bergegas menuju kerumunan. Setelah menyelinap di antara para pengungsi asal Afghanistan yang telah membuat barisan, ku cari sudut dekat gerbang gedung di sebelah kanan. Aku seka saku celana, mengeluarkan ponsel, dan menjepret momen tersebut beberapa kali.
Selendang berwarna cokelat muda membalut kepala Rahima. Waktu masih menunjukkan pukul 12 siang. Di depan barisan pengungsi asal Afghanistan yang terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, hingga pria dewasa, Rahima memimpin unjuk rasa. Tangan kanannya memegang megapon, tangan kirinya mengepal ke atas, dan mulutnya meneriakkan sebuah protes.
“UNHCR, UNHCR, wake up, wake up.”
Baca Juga: Pervez Musharraf Meninggal di Pengasingan, Akibat Penyakit Langka yang Dideritanya Menahun
“UNHCR, UNHCR, help us, help us.”
Orasi Rahima langsung disambut oleh para peserta aksi siang itu. Seorang laki-laki, mengenakan celana jeans berwarna abu-abu, namanya Hussein. Dia memegang sebuah poster bergambar telapak tangan berwarna menyerupai bendera Afghanistan dengan tulisan “10 Years Enough!” menimpali orasi Rahima.
Hussein yang sehari-hari tinggal di kawasan Bogor, Jawa Barat itu, dengan nada yang agak meninggi, meminta agar pemerintah Indonesia segera memberikan bantuan.
Bukan tanpa alasan, hampir 10 tahun, para pengungsi asal Afghanistan tidak memperoleh hak atas pendidikan, kesehatan, bahkan tidak bisa bekerja. “Kami sudah 10 tahun tinggal di sini. Tidak bisa bekerja, anak-anak tidak bisa sekolah. Nasib kami tidak jelas. Kami minta tolong kepada Presiden Jokowi, bantu kami,” ujar Hussein.
Tidak lama berselang, para pengungsi Afghanistan membubarkan diri. Pasalnya, tidak ada perwakilan UNHCR yang keluar menemui mereka. Rupanya aku telat bergabung dalam kegiatan tersebut. Rahima, Hussein dan lainnya telah memulai aksi unjuk rasa sejak pagi. “Kami mulai dari jam 10 tadi,” ucap Rahima.
“Bolehkah saya minta nomor anda?” tanya ku.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Pramono Anung Kukuhkan 1.005 Pelajar Jadi Duta Ketertiban: Jadi Mitra Satpol PP
-
Hormati Putusan MK, Polri Siapkan Langkah Operasional Penataan Jabatan Eksternal
-
Istana Pastikan Patuhi Putusan MK, Polisi Aktif di Jabatan Sipil Wajib Mundur
-
Polemik Internal Gerindra: Dasco Sebut Penolakan Budi Arie Dinamika Politik Biasa
-
KPK Usut Korupsi Kuota Haji Langsung ke Arab Saudi, Apa yang Sebenarnya Dicari?
-
Boni Hargens: Putusan MK Benar, Polri Adalah Alat Negara
-
Prabowo Disebut 'Dewa Penolong', Guru Abdul Muis Menangis Haru Usai Nama Baiknya Dipulihkan
-
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Sektor Energi hingga Kebebasan Sipil Disorot: Haruskah Reshuffle?
-
Hendra Kurniawan Batal Dipecat Polri, Istrinya Pernah Bersyukur 'Lepas' dari Kepolisian
-
400 Tersangka 'Terlantar': Jerat Hukum Gantung Ratusan Warga, Termasuk Eks Jenderal!