Suara.com - Mantan narapidana terorisme (napiter) Ali Fauzi Manzi berhasil meraih gelar doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas Muhammadiyah Malang pada Selasa (21/2/2023). Dia telah menempuh pendidikan S3-nya itu selama 3 tahun lebih dan mendapat predikat cumlaude.
Pelaku Bom Bali I itu berjanji akan terus menyadarkan mantan napiter lain tentang pemahaman agama yang benar dan tidak mengikuti jejaknya. Menariknya, Ali Fauzi mengaku bahwa menyelesaikan disertasi lebih sulit ketimbang merakit bom.
Simak profil Ali Fauzi Manzi, eks napi terorisme yang meraih gelar dokter pendidikan agama berikut ini.
Profil Ali Fauzi Manzi
Ali Fauzi Manzi merupakan adik dari trio pelaku Bom Bali 2002 (Ali Ghufron alias Mukhlas, Amrozi dan Ali Imron). Dia memang tak pernah terlibat dalam aksi-aksi pengeboman di Indonesia, tapi sebagian pelaku adalah mantan muridnya.
Pada tahun 1998, Ali ditunjuk oleh Jamaah Islamiyah (JI) Jawa Timur menjadi instruktur materi field engineering (metode pengeboman). Selama di sana, dia sudah melatih ratusan lebih orang Indonesia belajar merakit bom.
Bukan hanya merakit bom, tiap anggota JI didoktrin jihad. Namun, jihad yang diajarkan itu dinilai Ali tak sesuai syariah Islam karena caranya radikal. Tak sedikit anggota JI kecewa dan memilih keluar dari jamaah itu.
Selama bergabung di sana, Ali mengajari banyak pengikut aliran itu belajar merakit bom. Dia bisa mengajari seorang awam atau sama sekali tidak mengerti untuk merakit bom hanya dalam waktu 3 jam.
Kemudian pada 2001, Ali Fauzi mulai meninggalkan JI. Bahkan dia mendorong sebagian anggota JI untuk menyuarakan penghentian operasi jihad yang dinilai melenceng dari syariat Islam.
Baca Juga: Faras "Milov" Sayidi, Dulu Viral Tuding Pelayan J.CO Iblis Genit
Saat Bom Bali I Oktober 2002, Ali sudah tak lagi bergabung dengan JI. Dia memilih mundur dan keluar dari anggota JI karena sudah tak sesuai ideologinya. Walau sudah keluar dari JI, pengalaman Ali bisa merakit sebuah bom tak pernah hilang dari ingatan.
Pada tahun 2004, Ali sempat tertangkap aparat keamanan Filipina. Ia pun harus menjalani hukuman penjara di sana. Pemerintah Indonesia berhasil mengekstradisi Ali lalu dibawa pulang ke Indonesia dalam kondisi sakit parah dan harus menjalani perawatan medis cukup lama.
Usai perawatan, banyak pihak yang mendukung Ali untuk meninggalkan kelompok ekstremis. Beberapa tahun kemudian dia dipertemukan langsung dengan korban terorisme. Pertemuan itu menyadarkan Ali betapa aksi terorisme telah membuat orang-orang tak bersalah menderita bahkan seumur hidup.
Beberapa tahun setelahnya dengan difasilitasi oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA), Ali bertemu dengan korban berbagai aksi pengeboman di Indonesia. Sebut saja korban Bom Kuningan 2004, Bom Bali 2002 dan 2005, Bom Thamrin 2016 hingga Bom Kampung Melayu 2017.
Ali selalu merasa iba tiap kali bertemu dan mendengar kisah kehidupan korban bom. Segala derita hidup korban bom dengan segala persoalan mereka yang kompleks membuat Ali semakin semangat untuk menebus dosa-dosa masa lalunya.
Perjuangan Ali Fauzi Raih Gelar Doktor
Berita Terkait
-
Faras "Milov" Sayidi, Dulu Viral Tuding Pelayan J.CO Iblis Genit
-
Update Proyek Ibu Kota Baru, Madrasah dari MI Sampai MA akan Dibangun di IKN
-
Gugatan Cerai Bupati Purwakarta Dikabulkan, Anne Ratna: Semoga Ini Jalan Terbaik Bagi Kami
-
Gugatan Cerai Terhadap Dedi Mulyadi Dikabulkan PA Purwakarta, Anne Ratna Mustika: Ada Sedih Ada Bahagia
-
Perceraiannya dengan Shelvie Hana Berlanjut, Daus Mini Geram: Saya akan Mengajukan Balik
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Upaya Roy Suryo cs Mentah di Polda Metro Jaya, Status Tersangka Ijazah Jokowi Final?
-
Jurus 'Sapu Jagat' Omnibus Law Disiapkan untuk Atur Jabatan Polisi di Kementerian
-
Dakwaan Jaksa: Dana Hibah Pariwisata Sleman Diduga Jadi 'Bensin' Politik Dinasti Sri Purnomo
-
LPSK Bahas Optimalisasi Restitusi Korban Tindak Pidana bersama Aparat Hukum
-
Komisi X DPR Respons Kabar 700 Ribu Anak Papua Tak Sekolah: Masalah Serius, Tapi Perlu Cross Check
-
Soroti Perpol Jabatan Sipil, Selamat Ginting: Unsur Kekuasaan Lebih Ditonjolkan dan Mengebiri Hukum
-
Gelar Perkara Khusus Rampung, Polisi Tegaskan Ijazah Jokowi Asli, Roy Suryo Cs Tetap Tersangka!
-
Gibran ke Korban Bencana Aceh: Tunggu ya, Kami Pasangkan Starlink
-
Soroti Bencana Sumatra, Rano Karno: Jakarta Kirim Bantuan Lewat Kapal TNI AL
-
Seleksi PPIH Untuk Haji 2026 Dibuka, Jumlah Pendaftar Pecahkan Rekor Tertinggi Tembus 11 Ribu