Suara.com - Pengamat Kebijakan Publik Said Didu mengungkapkan, jika utang Pemerintahan Jokowi menambah berat perseolan perekonomian yang sedang dihadapi Indonesia.
"Resesi 2023, menurut saya, bagi saya sih sepertinya Indonesia lebih duluan. Tanpa resesi itu pun sudah menghadapi persoalan yang sangat berat karena kebijakan yang tidak bisa dipegang sama sekali," ungkap Said Didu melalui kanal Youtube Relfy Harun pada Minggu (26/6/2023).
Bahkan, ia mempertanyakan kenapa masih ada presiden yang mau menjalankan pemerintahan dengan meneruskan warisan Jokowi.
"Kenapa? Saya mengatakan, 'kok masih ada sih yang mau jadi presiden dengan warisan yang berat seperti ini?' Saya katakan, apa sih warisan yang berat dari presiden Jokowi?" kata dia.
Selain itu, Said juga mengatakan beberapa warisan masa Pemerintahan Jokowi salah satunya adalah utang yang membuat negara seakan terjerat pinnjaman online.
"Warisan Jokowi itu, satu, saya katakan, satu adalah utang yang sudah bagaikan negara ini terjerat pinjaman online (pinjol) itu sudah seperti itu," katanya.
Kemudian ia menambahkan, terkait kelebihan infrastruktur yang diciptakan Jokowi menyebabkan rakyat harus menutupi kekurangan tersebut, salah satunya melalui tarif kenaikan listrik.
"Yang kedua, adalah terjadinya kelebihan infrastruktur yang menyebabkan rakyat yang harus membayar kelebihan tersebut. Dan terlihat buktinya itu adalah jadi kalau rakyat menyatakan tidak ada urusan kami dengan infrastruktur bagus-bagus aja silahkanlah menikmati kenaikan tarif listrik," kata Said.
Said mengatakan, hal tersebut merupakan fakta bahwa kelebihan infrastruktur menyebabkan beberapa kerugian dan rakyatlah yang harus menutupi itu. Beberapa di antaranya ialah perusahaan listrik milik negara.
Baca Juga: Said Didu Soal Anies Baswedan Hendak Jadi Tersangka Formula E: yang Merugikan Mandalika
"Itu fakta bahwa itu kelebihan infrastruktur, karena kelebihan itulah 7 Giga Watt (GW) itu menyebabkan PLN harus menutupi sekitar Rp 21 Triliun per tahun kelebihan itu"
Tak hanya itu, ia menegaskan kembali dan mengingatkan masyarakat untuk berhenti menerima pembodohan terkait infrastruktur sebagai percepatan pembangunan.
"Jadi saya ingin mengingatkan rakyat berhentilah menerima pembodohan, bahwa infrastruktur yang dibangun adalah percepatan pembangunan. Sekarang anda sudah menikmati beban tersebut" tegasnya.
Kontributor : Ayuni
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Targetkan 400 Juta Penumpang Tahun 2025, Dirut Transjakarta: Bismillah Doain
-
Sejarah Terukir di Samarkand: Bahasa Indonesia Disahkan sebagai Bahasa Resmi UNESCO
-
Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Koalisi Sipil Ungkap 9 Dosa Pelanggaran HAM Berat Orde Baru
-
Judi Online Lebih Ganas dari Korupsi? Menteri Yusril Beberkan Fakta Mengejutkan
-
Bangunan Hijau Jadi Masa Depan Real Estate Indonesia: Apa Saja Keuntungannya?
-
KPK Tangkap Gubernur Riau, PKB 'Gantung' Status Abdul Wahid: Dipecat atau Dibela?
-
Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Atasi Food Waste dengan Cara Sehat dan Bermakna
-
Mensos Gus Ipul Tegaskan: Bansos Tunai Harus Utuh, Tak Ada Potongan atau Biaya Admin!
-
Tenaga Ahli Gubernur Riau Serahkan Diri, KPK Periksa 10 Orang Terkait OTT
-
Stop Impor Pakaian Bekas, Prabowo Perintahkan Menteri UMKM Cari Solusi bagi Pedagang Thrifting