Suara.com - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra dan Sekretaris PBB Afriansyah Noor mengajukan gugatan terhadap Undang-undang (UU) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Langkah tersebut dilakukan karena penjelasan Pasal 7 Ayat (1) huruf b pada undang-undang tersebut menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan ketetapan MPR adalah ketetapan Majelis Permusyawaratan Sementara (MPRS) dan ketetapan MPR yang masih berlaku ialah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan 4 ketetapan MPR RI Nomor 1/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap materi dan status hukum ketetapan MPRS dan ketetapan MPR tahun 1960 sampai dengan 2002 tanggal 7 Agustus 2002.
"Ketetapan MPR Nomor 1/MPR/2003 itu hanya membuat klasifikasi tentang ketetapan-ketetapan MPRS dan MPR tentang ketetapan mana yang masih berlaku dan mana yang tidak," kata kuasa hukum Yusril dan dan Afriansyah, Muhammad Iqbal Sumarlan Putra, di ruang sidang MK, Jakarta Pusat, Senin (10/7/2023).
Menurutnya, ketetapan MPR tersebut tidak menetapkan bahwa selain ketetapan MPR yang masih berlaku sesuai pasal 2 dan 4, MPR tidak berwenang lagi membuat ketetapan-ketetapan baru.
Dengan begitu, PBB menilai pembatasan terhadap ketetapan MPRS dan MPR yang masih berlaku sebagai jenis peraturan perundang-undangan bukan saja bertentangan dengan UUD 1945, tetapi juga penjelasan Pasal 7 UU 12/2011.
Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan MPR bukanlah lembaga yang berwenang merumuskan hierarki peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sebab, kewenangan untuk menentukan jenis hierarki tersebut ialah milik presiden dan DPR dengan menetapkannya dalam UU sesuai norma Pasal 22A UUD 1945.
"Undang-undang yang dibentuk berdasarkan norma inilah yang mengatur tentang jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, bukan ketetapan MPR atau bahkan dala momerandum DPR-GR seperti terjadi di awal pemerintahan olde baru," ucap Iqbal.
Untuk itu, Yusril dan Afriansyah menilai bahwa sudah tepat norma Pasal 7 UU 12/2011 dalam mengatur jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dengan menempatkan ketetapan MPR sebagai salah satu jenis perundang-undangan yang letaknya di bawah UUD 1945.
"Apa yang tidak tepat justru pada penjelasannya yang membatasi ketetapan MPR yang termasuk sebagai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan hanya sebatas ketetapan MPR sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 dan 4 ketetapan MPR Nomor 1 tahun 2003," kata Iqbal.
Dia menyebut penjelasan ini menimbulkan kesan bahwa MPR tidak berwenang lagi membuat ketetapan-ketetapan baru selain apa yang sudah ada dan masih berlaku sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 dan 4 ketetapan MPR 1/2003.
Hal ini, lanjut dia, berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum yang dinilai bertentangan dengan norma Pasa 28D ayat (!) UUD 1945.
"Di kalangan MPR sendiri sampai hari ini timbul keragu-raguan apakah dengan perubahan status dan kedudukan MPR akibat amandemen UUD 1945 menyebabkan MPR kehilangan kewenangannya untuk membuat ketetapan-ketetapan yang bercorak pengaturan di samping kewenangannya untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945," ucap Iqbal.
Dengan begitu, dia menyebut penjelasan atas Pasal 7 UU 12/2011 harus dinyatakan bertentangan dengan norma Pasal 28D UUD 1945.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?
-
Mendagri: Pemerintah Siapkan Bantuan Renovasi dan Hunian bagi Warga Terdampak Bencana Sumatra