Suara.com - Kualitas udara yang sangat buruk di Jakarta tengah menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Berdasarkan laporan dari IQAir, kualitas udara di Jakarta ada di angka 156 dan menjadikan Jakarta menjadi kota dengan udara terkotor di dunia. Posisi Jakarta bahkan berada jauh di atas Dubai, Uni Emirat Arab dengan nilai AQI 140 dan Lahore, Pakistan dengan nilai 134.
Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan polusi udara di Jakarta. Bahkan, banyak yang menuding bahwa PLTU Banten menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan kualitas udara di Jakarta sangat buruk. Benarkah demikian?
Mari temukan jawabannya melalui ulasan mengenai profil PLTU Banten dan fakta-fakta seputar polusi udara di Jakarta, sebagaimana telah berhasil dirangkum dari berbagai sumber berikut ini.
Penyebab Polusi Udara di Jakarta
Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan berbagai macam upaya untuk menanggulangi polusi udara di Jakarta. Presiden Joko Widodo bersama jajarannya telah menggelar rapat dengan pada hari Senin (14/8/2023) lalu di Istana Merdeka Jakarta, untuk membahas polusi udara di Jabodetabek yang dinilai semakin buruk.
Dalam kesempatan itu, Presiden Joko Widodo memaparkan ada beberapa faktor yang menyebabkan buruknya udara di Jakarta. Termasuk faktor kemarau panjang selama tiga bulan terakhir ini yang menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tinggi. Selain itu, faktor lainnya berasal dari pembuangan emisi dari transportasi dan aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di sektor industri manufaktur.
Lantas, bagaimana dengan PLTU Banten?
Profil PLTU Banten
Perlu diketahui, Kawasan PLTU Suralaya Banten adalah Kumpulan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten, Indonesia. Letaknya berada di sebelah selatan Tanjung Pujut atau sekitar 7 km arah timur laut dari Pelabuhan Penyeberangan Merak.
Baca Juga: 5 Fakta Kesehatan Jokowi Terganggu Gegara Udara di Jakarta: Batuk-batuk Sebulan
PLTU Banten memang santer disebut-sebut sebagai penyebab utama polusi udara di Jakarta. Menanggapi isu ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam media briefing terkait kualitas udara di wilayah Jabodetabek menyatakan bahwa penyebab utama polusi udara di Jakarta diklaim bukanlah berasal dari emisi PLTU di sekitarnya, terutama di Suralaya Banten. Melainkan lebih banyak disebabkan oleh faktor lokal.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro menyatakan bahwa klaim ini didukung oleh data dari satelit Sentinel-5P yang menunjukkan distribusi tropospheric column density, termasuk gas nitrogen dioksida (NO2). Pada penjelasannya, Sigit juga sempat menampilkan gambar satelit yang menunjukkan bahwa emisi di sekitar PLTU Suralaya Banten tidak menyebar ke Jakarta. Ia juga menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena angin bertiup ke arah Selat Sunda.
Melalui data yang disampaikan, terungkap pula bahwa penyumbang emisi yang terbanyak adalah sektor transportasi yang mencakup 44 persen. Sementara itu, industri energi berkontribusi 25,17 persen, manufaktur industri 10 persen, sedangkan perumahan 14 persen, dan komersial sebanyak 1 persen.
Menanggapi konten viral yang menyatakan bahwa kontributor utama polusi Jakarta yaitu asap dari PLTU di Banten, maka telah dikonfirmasi bahwa penyebab polusi udara di Jakarta sifatnya adalah lokal, tidak ada yang dari Suralaya ke Jakarta.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama
Berita Terkait
-
5 Fakta Kesehatan Jokowi Terganggu Gegara Udara di Jakarta: Batuk-batuk Sebulan
-
Inilah Dampak Pembakaran Batu Bara, Jadi Penyebab Polusi Udara Jakarta?
-
Pro Kontra Kereta Cepat Jakarta Bandung, Kini Jokowi Ingin Beri Subsidi
-
7 Instruksi Jokowi Atasi Polusi Udara di Jakarta: Perintahkan Awasi PLTU, Kerja Hybrid
-
Jakarta Bakal jadi Kota Ekonomi Global, Pemprov DKI Minta BUMD Tak Cuma Fokus Cari Untung
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
Terkini
-
Bukti Kehadiran Negara, Kemen PU Turun Langsung Bersihkan Pesantren Darul Mukhlisin
-
Waketum PAN Sebut Pilkada Lewat DPRD Layak Dipertimbangkan: Bisa Tekan Politik Uang dan Dinasti
-
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Singgung Sila ke-4: Pilkada Lewat DPRD Layak Dikaji dan Konstitusional
-
KPK Sebut Penyidikan Kasus Haji Segera Rampung, Bagaimana Nasib Gus Yaqut hingga Bos Maktour?
-
Istana Dukung Langkah Pemda Larang Pesta Kembang Api di Perayaan Tahun Baru
-
Bambang Widjojanto Ingatkan KPK Tak Tunda Penetapan Tersangka karena Perhitungan Kerugian Negara
-
Banjir Sumatera Bukan Bencana Alam, Amnesty International: Cerminan Kebijakan Pro Deforestasi
-
Persija Jakarta Vs Bhayangkara FC Malam Ini, 1.295 Personel Gabungan Siap Amankan SUGBK
-
KPK Bantah Ada Intervensi untuk Hentikan Penyidikan Kasus Tambang Nikel Konawe Utara
-
Berlaku Januari 2026, Prabowo Sudah Teken KUHAP Baru