Suara.com - Jakarta dan sekitarnya dalam kondisi darurat polusi udara. Lantas bagaimana mengatasi permasalahan kualitas udara Jakarta yang makin memburuk tersebut?
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Prof. Tjandra Yoga Aditama berpendapat upaya terobosan out of the box , tidak biasa, sekarang ini lebih diperlukan agar polusi dapat segera terkendali sehingga tak sampai berdampak panjang.
"Dampak jangka pendek yang sudah terlanjur terjadi jangan sampai menjadi dampak jangka panjang yang mengkhawatirkan," kata Tjandra melalui pesan elektronik sebagaimana dilansir dari Antara, Minggu (3/9/2023).
Tjandra mengatakan situasi polusi udara saat ini sangat serius apapun standar yang dipakai, termasuk standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Standar WHO sebelumnya menyatakan maka ambang batas aman konsentrasi particulate matter (PM) 2.5-yang menjadi indikator dalam polusi udara- dalam setahun 15 mikrogram per meter kubik, sementara selama 24 jam tidak melebihi 55 mikrogram per meter kubik.
Lalu standar batas aman itu diubah menjadi 15 mikrogram per meter kubik untuk rata-rata 24 jam, dan 5 mikrogram per meter kubik untuk rata-rata dalam setahun.Menurut Tjandra, secara umum baik untuk polusi udara maupun masalah kesehatan lain maka setiap negara tidak harus 100 persen mengikuti WHO. Masing-masing negara dapat menentukan kriteria sendiri, demikian juga kebijakan kesehatan lain.
"Khusus tentang kadar PM 2.5 versi WHO, maka angka yang dipakai sekarang adalah angka baru. Dengan angka ini maka sekitar 90 persen anak-anak di dunia terpapar dengan polusi di atas ambang batas WHO," ujar dia.
Dia lalu merujuk publikasi AQLI pada 29 September lalu tentang India antara lain menyebutkan tingginya kadar polusi udara 2021 ternyata memberi dampak penurunan rentang usia penduduk New Delhi menjadi lebih pendek 11,9 tahun, apabila digunakan batas aman menurut WHO.
"Analisa lain menunjukkan apabila menggunakan data standar polusi nasional India maka penduduk New Delhi dapat kehilangan usia harapan hidup selama 8,5 tahun," kata Tjandra menjelaskan.
Baca Juga: Sandiaga Uno: Harus Serius Tangani Polusi Udara karena Berdampak ke Pariwisata
Sementara itu, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tidak menganggap enteng dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara seperti pneumonia. Dampak jangka panjang keterpaparan polutan antara lain kanker paru, TB, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Kebahagiaan Orangtua Siswa SMK di Nabire Berkat Program Pendidikan Gratis
-
Sosialisasi Program Pendidikan Gratis, SMK Negeri 2 Nabire Hadirkan Wali Murid
-
BMKG Rilis Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Sejumlah Kota, dari Pekanbaru Hingga Banten
-
Cuaca Hari Ini: Jakarta dan Sekitarnya Diguyur Hujan Ringan, Waspada Banjir
-
Bahlil Tepati Janji, Kirim Genset Hingga Tenda ke Warga Batang Toru & Pulihkan Infrastruktur Energi
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Prabowo Tinjau Banjir Langkat, Fokus Pemulihan Warga
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Polisi Bongkar Perusak Kebun Teh Pangalengan Bandung, Anggota DPR Acungi Jempol: Harus Diusut Tuntas
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis