Suara.com - Massa aksi unjuk rasa yang menuntut pemakzulan Presiden Joko Widodo sempat mendapat intimidasi, termasuk serangan digital.
Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, Lamdahur Pamungkas mengaku serangan digital berupa doxing dan fitnah sebelum aksi.
Ironisnya, lanjut Lamdahur, hal itu dilakukan oleh salah seorang mantan penggerak gerakan mahasiswa yang saat ini menjadi pendukung calon presiden nomor urut 2.
"Jadi begini polanya, pola penggembos ataupun reaksi publik itu polanya yang terlihat di setiap kampus. Pertama Rektorat itu diintimidasi, baik Rektorat, Rektor langsung ataupun Wakil Rektor," kata Lamdahur di Tugu Proklamasi Universitas Trisakti, Rabu (7/2/2024).
"Kemudian Wakil Rektornya ini mengindikasikan itu ke para mahasiswanya bahwa setiap Ketua BEM yang ingin melakukan demokrasi itu difitnah. Ditunggangi aksinya dan juga dipelopori oleh salah satu paslon," tambahnya.
Padahal tudingan soal penunggangan tersebut tidak benar. Selama ini, para mahasiswa selalu melakukan proses konsolidasi dan diskusi membahas situasi negara saat ini.
"Pun fitnahan-fitnahan yang juga dilontarkan para oknum," ucapnya.
Lamhadur menyantakan, jika saat ini para mahasiswa mulai bergerak lantaran situasi politik yang sesamg tidak baik-baik saja. Sehingga perlu direspon oleh segala pihak.
Ancaman lain juga sempat diterima oleh mahasiswa lainnya. Mereka sempat diintimidasi sebelum menjalankan aksinya.
“Kalau kalian berdemonstrasi Pak Jokowi, kami tidak segan untuk menggaanggu kalian,” kata Lamhadur menirukan ancaman.
"Kami sudah profiling sejauh ini yang kami dapatkan, dia memang salah satu mantan penggerak, penggerak gerakan mahasiswa dulu," tambahnya.
Sebelumnya, ratusan mahasiwa melancarkan aksi demonstrasi untuk menggulingkan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia.
Mereka memandang jika Jokowi tidak mencerminkan sikap netral dalam Pemilu 2024, dan dianggap memihak salah satu pasangan calon.
Ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta ini melakukan long march dari Tugu Reformasi Universitas Trisakti hingga Harmoni, Jakarta Pusat.
Akibatnya, sejumlah ruas jalan seperti Jalan letjen S Parman tampak padat merayap kala mahasiswa melintas.
Tuntutan
Dalam aksinya, para mahasiswa ini akan menyampaikan 4 tuntutan. Adapun keempat tuntutan yang akan disuarakan diantaranya yakni memakzulkan Presiden Joko Widodo.
Kemudian memboikot partai politik yang tidak mendukung pemakzulan Jokowi, kemudian mendesak agar para menteri untuk mundur dari kabinet pemerintahan kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Terakhir, menyerukan protes di berbagai seluruh Indonesia sampai Presiden Joko Widodo dimakzulkan.
Kemudian ada 10 isu yang akan digaungkan oleh pihak mahasiswa, yakni tentang pemilu curang, korupsi, kolusi dan nepotisme. Kemudian soal konflik agraria, monopoli sumber daya alam.
Kerusakan lingkungan, pendidikan dan kesehatan mahal, serta kebebasan sipil.
Keadilan ekonomi dan gender, kemudian kekerasan aparat, dan produk hukum bermasalah, juga menjadi isu yang akan disuarakan.
Diintimidasi
Sebelumnya, beberapa mahasiswa dari berbagai kampus melakukan diskusi dan konsolidasi merespon situasi negara saat ini, Sabtu (3/2) malam.
Iqbal yang saat itu berada di lokasi mengatakan, saat diskusi sedang berlangsung ada sekelompok orang tidak dikenal (otk) mencoba merangsek masuk dan membubarkan acara diakusi tersebut.
“Ketika dilarang mereka marah dan terjadi cekcok,” ucapnya.
Akibat cekcok tersebut, seorang mahasiswa kampus Trilogi menjadi korban usai kepalanya disundul oleh salah seorang otk yang berpostur tegap dengan kulit gelap tersebut.
“Korban disundul kepalanya, sekelompok orang berbadan besar ini intinya ingin membubarkan diskusi,” jelasnya.
Iqbal menyebut, kelompok ini juga yang sempat menggelar aksi di depan kantor KontraS, dan YLBHI di Jakarta.
Saat itu mereka menuding KontraS dan YLBH menjadi pelopor isu tentang pemakzulan Presiden Jokowi.
“Kelompok-kelompok ini jg yang kemarin melakukan aksi di LBH dan kontraS,” ucapnya.
Atas kekerasan mahasiswa Trilogi ini, Iqbal mengaku pihaknya telah menyiapkan langkah hukum. Ia meminta agar pihak kepolisian mengusit aktor intelektual dibalik aksi persekusi tersebut.
“Kita minta kapolri untuk segera menyelidiki dan mengungkap aktor intelektual serta motif intimidasi dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tersebut,” tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Kejagung Tetapkan 3 Orang Jaksa jadi Tersangka Perkara Pemerasan Penanganan Kasus ITE
-
OTT KPK di Banten: Jaksa Diduga Peras Animator Korsel Rp2,4 M, Ancam Hukuman Berat Jika Tak Bayar
-
Pesan Seskab Teddy: Kalau Niat Bantu Harus Ikhlas, Jangan Menggiring Seolah Pemerintah Tidak Kerja
-
OTT Bupati Bekasi, PDIP Sebut Tanggung Jawab Pribadi: Partai Tak Pernah Ajarkan Kadernya Korupsi
-
Jawab Desakan Status Bencana Nasional, Seskab Teddy: Pemerintah All Out Tangani Bencana Sumatra
-
Pramono Anung: UMP Jakarta 2026 Sedang Dibahas di Luar Balai Kota
-
Bantah Tudingan Pemerintah Lambat, Seskab Teddy: Kami Sudah Bergerak di Detik Pertama Tanpa Kamera
-
Jelang Mudik Nataru, Pelabuhan Bakauheni Mulai Dipadati Pemudik
-
Bupati Bekasi Diciduk KPK, Pesta Suap Proyek Terbongkar di Pengujung Tahun?
-
KPK Ungkap Ada Pihak yang Berupaya Melarikan Diri pada OTT di Kalsel