Suara.com - Sebanyak 13 anggota TNI melakukan penganiayaan terhadap warga Papua di Kabupaten Puncak baru-baru ini yang viral di media sosial. Aksi kekerasan oleh prajurit dari satuan Yonif Rider 300/Brawijaya terhadap 3 orang Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) membuat geram sebagian besar masyarakat Papua.
Direktur Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Fransiskan Papua, Yuliana Langowuyo mengatakan, penyiksaan yang dilakukan oleh anggota TNI terhadap masyarakat asli Papua itu sangat tidak manusiawi.
“Respon publik secara khusus pada peristiwa yang baru saja terjadi, penyiksaan terhadap orang asli Papua, penyiksaan yang sangat sadis, tidak manusiawi,” kata Yuliana dalam diskusi daring lewat akun X KontraS, Rabu (27/3/2024).
Yuli mengaku kecewa dan marah saat melihat video yang sempat viral di sosial media dalam beberapa hari terakhir. Hal itu juga yang membuat kepercayaannya terhadap Pemerintah Indonesia semakin berkurang.
“Orang Papua semakin tidak percaya pada masa depannya di dalam bingkai NKRI, karena menyaksikan langsung peristiwa-peristiwa penyiksaan yang brutal oleh militer Indonesia,” ucapnya.
Sebagai masyarakat asli Papua, Yuliana merasa sudah tidak memiliki pilihan atau jalan keluar dari situasi saat ini. Masyarakat Papua juga tidak mungkin menjadi pengungsi di tanah kelahiran mereka.
“Sehingga orang Papua dalam responnya, ya itulah nasib kita. Karena mau kemana lagi dan mau bagaimana, hidup mati kita ini di sini sudah, di atas tanah Papua ini,” tegasnya.
Sebelum aksi viral soal penyiksaan dua orang anggota TPNPB, kata Yuli, masyarakat Papua juga sering dihadapkan dengan pasukan militer Indonesia yang berseliweran menenteng senjata laras panjang.
“Ini pengamatan langsung ya, tentara jalan pakai senjata di pasar, di jalan sweeping orang yang pakai gelang, yang pakai noken, pakai senjata,” ungkapnya.
Baca Juga: Dirumorkan Akan Diakusisi Bakamla RI, Ini Profil Drone Intai Alpha A900
“Atau situasi di mana militer menggunakan fasilitas-fasilitas publik, sekolah, puskesmas sebagai pos mereka. Kemudian ada kenyataan di depan mata bagaimana situasi pendidikan dan kesehatan itu tidak bisa jalan, pengungsi internal terjadi karena konflik antara dua kelompok bersenjata terjadi,” tambahnya.
Kemudian, lanjut Yuli, di satu sisi pemerintah terus mengirimkan tentara, sementara TPNPB juga sebagai organisasi yang terstruktur terus bergerilya dan melawan. Sehingga pihak yang benar-benar dirugikan dalam hal ini yakni masyarakat sipil.
“Dua kelompok bersenjata yang dua-dua pegang senjata ini, militer Indonesia dan TPNPB itu membuat sipil itu berjatuhan, korban sipil berjatuhan. Itu semakin membuat suram situasi hak asasi manusia di Papua,” tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Sopir Angkot Cegat Mikrotrans JAK41 di Velodrome, Dishub DKI Janji Evaluasi Rute
-
Ratusan Warga Prasejahtera di Banten Sambut Bahagia Sambungan Listrik Gratis dari PLN
-
Hasto PDIP: Ibu Megawati Lebih Pilih Bendungan dan Pupuk Daripada Kereta Cepat Whoosh
-
Putri Zulkifli Hasan Sambut Putusan MK: Saatnya Suara Perempuan Lebih Kuat di Pimpinan DPR
-
Projo Tetapkan 5 Resolusi, Siap Kawal Prabowo hingga 2029 dan Dukung Indonesia Emas 2045
-
Budi Arie Bawa Gerbong Projo ke Gerindra? Sinyal Kuat Usai Lepas Logo Jokowi
-
Cinta Terlarang Berujung Maut, Polisi Tega Habisi Nyawa Dosen di Bungo
-
Dua Tahun Lalu Sakit Berat, Kini Adies Kadir Didoakan Kembali di Majelis Habib Usman Bin Yahya
-
Makna Arahan Mendagri Tito Karnavian Soal Dukungan Pemda Terhadap PSN
-
Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Akhir Perjalanan Sang Pemersatu Takhta Mataram