Suara.com - Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) merasakan panasnya suhu di Jepang. Diketahui, pada musim panas tahun ini di negeri Sakura itu, suhu mencapai di atas 35 derajat celcius.
Salah satu WNI, Mohamad Yusup mengatakan, musim panas tahun ini di Jepang begitu luar biasa. Padahal, panas ini belum sampai puncak yang biasanya jatuh pada Agustus.
“Musim panas tahun ini yang saya rasakan luar biasa ya padahal ini baru di awal bulan Juli. Dalam sepekan ini panasnya begitu menyengat dan begitu terasa di kulit dan kepala. Ini musim panas yang luar biasa ditambah lagi kalau siang hari itu anginnya sedikit,” katanya, Senin (8/7/2024).
WNI yang tinggal di Tokyo itu sudah bermukim di Jepang selama 16 tahun. Ia pernah melewati berbagai musim panas bahkan pada saat Ramadhan.
Namun, dia mengaku, musim panas tahun ini ia pun waspada agar tidak terkena dehidrasi atau sengatan panas (heat stroke) sebab tahun lalu keluarganya sempat dilarikan ke rumah sakit.
“Tahun lalu, istri saya kepalanya pusing, mual-mual dan lemas. Akhirnya, setelah dibawa ke rumah sakit, harus diinfus seharian. Juga anak-anak saya pernah mengalami gejala-gejala semacam semacam dehidrasi, seperti mual, kepala pusing, badan lemas dan sebagainya,” katanya.
Yusuf yang bekerja sebagai perawat rumah sakit pun menyebutkan angka pasien yang terkena sengatan panas meningkat, tidak hanya dialami oleh kelompok lansia dan anak-anak tetapi juga orang dewasa usia 30-an.
“Angka kejadian sengatan panas pasien yang masuk UGD itu banyak sekali. Biasanya ditandai dengan tekanan nadinya meningkat. Itu tanda awal dehidrasi,” ujarnya.
Kondisi yang sama juga dialami Vidya Gatari, WNI yang tinggal di Prefektur Chiba, yang mengaku musim panas di Jepang tahun ini sangat hebat.
“Lebih sering berkeringat ketika di rumah meskipun kipas angin dinyalakan. AC pun harus disetel sekitar 15 derajat Celcius baru akan terasa sejuk. Leher juga terasa perih mungkin karena keringat berlebih yang diproduksi badan,” ujarnya.
Dia dan keluarga juga sempat merasakan sengatan panas setelah menghabiskan waktu di luar lebih banyak yang ditandai dengan kepala terasa berat, mual, keluar keringat dingin bahkan demam yang naik turun selama dua hingga tiga hari.
“Dua tahun lalu, saya juga merasakan leher yang memerah dan perih di bulan-bulan musim panas. Tapi, mostly kami sekeluarga mudik atau traveling agar tidak merana di rumah,” katanya.
Ibu satu anak itu mengaku musim panas saat delapan tahun lalu saat pertama kali dia ke Jepang tidak seekstrem tahun ini.
Demikian juga Izzah, WNi yang tinggal di Yokohama, mengaku musim panas tahun ini terasa menantang yang dipengaruhi juga pemanasan global yang berakibat musim semi yang bergeser serta berdampak pada musim hujan atau peralihan sehingga cuaca tak menentu.
“Suhunya enggak menentu, setelah hujan suhunya agak turun besoknya langsung naik drastis. Tahun ini beberapa kali merasa langsung pusing, sampai rumah enggak bisa ngapa-ngapain,” ujar diaspora yang sudah bermukim di Jepang selama enam tahun ini.
Suami Izzah yang merupakan warga Jepang juga merasakan cuaca ekstrem musim panas tahun ini.
“Dia juga sama, rasanya mau meleleh akhirnya kita berdua mageran (bermalas-malasan) aja gitu,” katanya.
Jepang mencatat suhu meroket hingga 40 derajat Celcius di Prefektur Shizuoka pada awal pekan Juli 2024. Suhu ekstrem juga terjadi di beberapa wilayah, seperti Prefektur Gunma 39.8 derajat Celcius dan rata-rata 39 derajat di Prefektur Yamanashi.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Jepang, rata-rata di wilayah Jepang suhu mencapai di atas 35 derajat Celcius, termasuk wilayah Kanto yang meliputi Tokyo, Chiba, Saitama dan Kanagawa.
Menurut data media setempat, 198 orang di Tokyo dilarikan ke rumah sakit akibat terkena serangan panas.
Pemerintah Indonesia melalui KBRI Tokyo juga mengimbau WNI untuk menjaga kesehatan selama musim panas di Jepang dengan menggunakan payung atau topi, banyak minum air putih, mengenakan pakaian longgar dan aplikasikan tabir surya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Dari Bendera hingga Perampokan: Misteri WNI di Jepang, Apa yang Terjadi?
-
Cek Fakta: Jepang Benar akan Blacklist Pekerja dari Indonesia? Ini Faktanya
-
Bikin Resah 'Pribumi', Pemerintah Jepang Bentuk Unit Khusus Tindak Tegas Warga Asing
-
Ditegur Langsung Pejabat Jepang, Dian Neo Japan Geram Imbau WNI: Tolong Jangan Bego!
-
Dian Neo Japan Ingatkan WNI Nakal di Jepang: Jangan Kira Hal Negatif Gak Ketahuan, Semua Terpantau
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Sempat Copot Kepsek SMPN 1, Wali Kota Prabumulih Akui Tak Bisa Kontrol Diri
-
Mendagri Dukung Penuh Percepatan Program MBG, Teken Keputusan Bersama Terkait Lokasi SPPG di Daerah
-
Penjaringan Ketua DPC PDIP Brebes Dinilai Tak Transparan, Pencalonan Cahrudin Sengaja Dijegal?
-
Bikin Riuh, Dito Ariotedjo Tiba-Tiba Tanya Ijazah Erick Thohir ke Roy Suryo
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang