Suara.com - Kualitas kesehatan Gen Z dipertaruhkan bila pemerintah belum serius membuat aturan ketat pembatasan kadar gula, garam, dan lemak pada makanan juga minuman yang beredar di pasaran.
Pasalnya, Gen Z yang lahir pada tahun 1997 sampai 2010 dianggap sebagai bagian dari generasi emas Indonesia untuk 2045 mendatang.
Pengamat dari Organisasi Center for Indonesia Strategic Development Initiatives (CISDI) Diah Satyani menyampaikan bahwa Gen Z sekarang 'terkurung'. Sebab tidak terlalu memiliki banyak pilihan terkait konsumsi makanan sehat.
"Banyaknya pilihan makanan tidak sehat, itu namanya determinan komersial kesehatan, jadi dikepung oleh makanan yang tinggi gula, makanan yang serba instan, gaya hidup yang kalau bisa rapat online aja nggak usah jalan dulu ke stasiun. Hal-hal seperti itu yang mendikte hidup Generasi Z," kata Diah kepada Suara.com saat ditemui di Jakarta pada Minggu (14/7/2024).
Alhasil, menurut Diah, Gen Z tidak punya pilihan lain kecuali mengonsumsi makanan dan minuman tidak sehat yang dijual bebas di pasaran.
Makanan dan minuman tidak sehat yang dimaksud itu berupa tinggi kadar gula, garam, dan lemak. Serta melalui proses masak yang lama atau berulang.
Meski begitu, Gen Z juga memiliki sisi lain dalam hal kesehatan.
Dia mengatakan bahwa Gen Z sebenarnya punya kebiasaan yang lebih baik dalan mencari informasi terkait gaya hidup sehat.
"Dengan ketersediaan informasi yang banyak, dia cari tahu bisa olahraga apa, makanan sehat itu gimana. Jadi ada sedikit, dalam tanda kutip, melawan determinan komersial ini untuk bisa mendikte hidupnya. Tapi itupun isolated pada generasi Z yang ada di Jakarta misalnya," kata Diah.
Baca Juga: Gen Z Sering Dilanda Kecemasan, Kegiatan Positif Ini Bisa Memotivasi
Itu sebabnya, dia menginginkan pemerintah buat aturan lebih ketat terkait batasan kadar gula, garam, dan lemak dalam makanan dan minuman kemasan.
"Pemerintah harusnya bikin regulasi sehingga orang nggak usah susah-susah sudah dengan sendirinya terbatasi determinan komersial itu," tuturnya.
Diah menyampaikan bahwa penyakit tidak menular, seperti diabetes, gangguan fungsi jantung, serta stroke, itu disebabkan karena gaya hidup tidak sehat termasuk pilihan konsumsi makanan dan minuman.
Oleh sebab itu, pemerintah perlu memainkan perannya dalam membuat aturan lebih ketat dalam hal batasan kandungan gula, garam, dan lemak agar pilihan makanan untuk masyarakat semakin sehat.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
Terkini
-
Prabowo Pastikan Hunian Tetap Dibangun, Korban Bencana Sumatra Dapat Huntara Lebih Dulu
-
Tragis! Tergelincir di Tikungan, Pemotor Tewas Seketika Disambar Bus Mini Transjakarta
-
Wafat di Pesawat Usai Tolak Tambang Emas, Kematian Wabup Sangihe Helmud Hontong Kembali Bergema
-
PLN Pastikan Kesiapan SPKLU Lewat EVenture Menjelang Natal 2025 & Tahun Baru 2026
-
Soal Polemik Perpol Baru, Kapolri Dinilai Taat Konstitusi dan Perkuat Putusan MK
-
Kritik Penunjukan Eks Tim Mawar Untung sebagai Dirut Antam, KontraS: Negara Abai Rekam Jejak HAM!
-
Mendagri Tito Serahkan Bantuan untuk Warga Terdampak Bencana di Sumbar
-
Detik-Detik Pengendara Motor Tewas Tertabrak Bus Minitrans di Pakubuwono Jaksel
-
Jawab Kritik Rektor Paramadina, Wamendiktisaintek Tegaskan Fokus Pemerintah Bukan Kuota PTN
-
Korsleting Dominasi Kasus Kebakaran Jakarta, Pengamat: Listriknya 'Spanyol', Separuh Nyolong!