Suara.com - Jumlah anak tidak sekolah pada tahun ajaran 2024/2025 diperkirakan bertambah imbas dari sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang tidak berkeadilan. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia atau JPPI mengkritisi bahwa sistem PPDB tahun ini diwarnai dengan banyak kecurangan.
Koodinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji menyebut kalau sekolah masih menjadi barang mewah di Indonesia.
"Seharusnya sekolah menjadi barang publik yang mestinya bisa dinikmati oleh semua anak, tanpa terkecuali,” kata Ubaid dalam keterangannya kepada Suara.com, Selasa (23/7/2024).
Akibat sistem PPDB yang belum berkeadilan, JPPI menyoroti adanya rebutan bangku sekolah yang memicu kecurangan. Kejadian itu bahkan disebut merata di semua daerah.
Berdasarkan data tersebut, Ubaid memperkirakan angka anak tidak sekolah pada tahun ajaran 2024/2025. Anak-anak yang tidak sekolah akibat gagal PPDB disebutkan ada dua model. Pertama, anak yang tidak lanjut ke jenjang lebih tinggi, atau lulus tidak melanjutkan.
Misalnya lulus SD, tapi kemudian tidak lanjut ke jenjang SMP. Data Pusdatin Kemendikbud tahun ajaran 2023/2024 menunjukkan jumlahnya mencapai 1.267.630 anak.
Kemudian model kedua, ialah lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, tapi kemudian putus sekolah tidak sampai lulus atau drop out. Jumlahnya mencapai 1.153.668 anak.
Ubaid berharap pemerintah lebih serius dalam memperhatikan dan menjamin pemenuhan hak pendidkan bagi semua anak Indonesia, tanpa terkecuali.
"Kecurangan PPDB, anak putus sekolah akibat gagal PPDB, ini adalah kesalahan yang terus diulang tiap tahun. Ke depan saya berharap, fakta-fakta ini dilihat sebagai evident based oleh pemerintah untuk membuat kebijakan dan juga sistem yang dapat melindungi hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan," terangnya.
Baca Juga: Cara Cek Pengumuman PPDB Jateng 2024, Ini Link Situs dan Tahap Selanjutnya Bagi yang Lolos
Setidaknya ada tiga faktor yang disebut bisa jadi penyebab angka anak tidak sekolah bertambah, yakni:
1. Jumlah kasus kecurangan PPDB yang meningkat secara jumlah dan juga sebaran lokasi pelanggaran. Akibatnya, semakin banyak korban, potensi putus sekolah kian terbuka lebar.
2. Banyaknya calon peserta didik yang didiskualifikasi saat proses PPDB, tanpa ada pendampingan untuk mendapatkan sekolah. Mereka dibiarkan dan tidak dicarikan sekolah oleh pemerintah. Sehingga, nasibnya tidak jelas.
3. Tidak adanya jaminan sekolah dari pemerintah soal nasib anak-anak pemegang KIP (Kartu Indonesia Pintar) yang gagal PPDB. Akibat kuota yang minim, tidak sebanding dengan jumlah penerima KIP. Sehingga, banyak penerima KIP hingga kini tidak dapat jatah bangku di sekolah negeri. Sedangkan bila dipaksa masuk sekolah swasta, kemungkinan besar gagal bayar sejumlah tagihan, lalu putus sekolah.
Berita Terkait
-
Contoh Naskah Amanat Pembina Upacara 17 Agustus di Sekolah
-
Adu Harga Tas Sekolah Rafathar vs Xabiru yang Sama-Sama Jadi Murid SD Elit, Siapa Lebih Mahal?
-
Segini Mahalnya Biaya SPP Kellen Lemos, Ikuti Jejak Amora Masuk SMP Elit Favorit Anak Artis
-
Hari Pertama Kembali ke Sekolah Elite, Harga Tas Ameena Anak Aurel Hermansyah Bikin Syok
-
Pantas Pakai Tas Seharga Dua Kali UMR Jakarta, Biaya Sekolah Xabiru Tembus 3 Digit
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Perkuat Ekosistem Bisnis, BNI dan Anak Usaha Dorong Daya Saing UMKM di wondr JRF Expo
-
Dosen Merapat! Kemenag-LPDP Guyur Dana Riset Rp 2 Miliar, Ini Caranya
-
Lewat Bank Sampah, Warga Kini Terbiasa Daur Ulang Sampah di Sungai Cisadane
-
Tragis! Lexus Ringsek Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah, Pengemudi Tewas
-
Atap Arena Padel di Meruya Roboh Saat Final Kompetisi, Yura Yunita Pulang Lebih Awal
-
Hadiri Konferensi Damai di Vatikan, Menag Soroti Warisan Kemanusiaan Paus Fransiskus
-
Nyaris Jadi Korban! Nenek 66 Tahun Ceritakan Kengerian Saat Atap Arena Padel Ambruk di Depan Mata
-
PLN Hadirkan Terang di Klaten, Wujudkan Harapan Baru Warga di HLN ke-80
-
Geger KTT ASEAN: Prabowo Dipanggil Jokowi, TV Pemerintah Malaysia Langsung Minta Maaf
-
88 Tas Mewah Sandra Dewi Cuma Akal-akalan Harvey Moeis, Bukan Endorsement?