Suara.com - Konflik Israel-Palestina hingga saat ini masih terus berlanjut, bahkan sebagian negara di dunia sudah menyerukan agar segera melakukan gencatan senjata dengan tujuan mengakhiri perang di jalur Gaza.
Namun apakah filosofi jawa Tiji Tibeh akan terjadi di Palestina?
Perlu diketahui, Tiji Tibeh adalah sebuah filosofi Jawa yang berarti mati siji, mati kabeh (mati satu, mati semua) dipopulerkan oleh Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa, dan dalam konteks peperangan, dapat berarti perjuangan tanpa henti, baik untuk menang ataupun menghadapi kekalahan bersama-sama.
Menariknya, filosofi ini dapat dijadikan refleksi terhadap konflik Israel-Palestina yang terus berkecamuk.
Ada dua interpretasi utama dari Tiji Tibeh. Yang pertama, “mati siji, mati kabeh,” sering diterapkan oleh mereka yang bertindak dengan emosional dan cenderung egois.
Mereka berjuang habis-habisan untuk mencapai tujuan, meski harus mengorbankan orang lain di sekitar mereka.
Ketika gagal, mereka ingin agar semua orang merasakan kegagalan yang sama.
Sebaliknya, makna kedua adalah “mukti siji, mukti kabeh,” yang mencerminkan sikap lebih bijaksana. Orang yang memegang prinsip ini tetap berharap pada masa depan meskipun tidak meraih kemenangan penuh.
Mereka tidak akan mengorbankan orang lain dan masih bisa bekerja sama dengan pihak pemenang untuk mewujudkan tujuan bersama.
Baca Juga: Doktrin Militer Israel Dipertanyakan Setelah Serangan Rudal Iran
Hubungan dengan Konflik Israel-Palestina
Dalam konteks kawasan Timur Tengah, prinsip Tiji Tibeh bisa dilihat dari sikap yang diambil oleh para pemimpin di Palestina dan Israel serta para pemimpin yang mendukung kedua otoritas tersebut.
Terlebih lagi, konflik yang awalnya hanya berkutat pada dua negara ini, kini meluas ke wilayah seperti Lebanon, Suriah, Yaman, Irak, dan Iran.
Serangan Israel yang bertubi-tubi di Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon memicu kemarahan di kawasan ini, membuat pihak-pihak lain ikut terlibat.
Israel dengan kekuatan kubu Barat antara lain Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman dan Palestina dengan dukungan milisi yang dikatakan sebagai proksi Iran seperti Hizbullah Lebanon, Houthi Yaman, dan beberapa gerakan perlawanan di Irak dan Suriah.
Meski sudah setahun sejak konflik bersenjata dimulai pada 7 Oktober 2023, upaya perdamaian yang nyata belum terlihat jelas walaupun para pihak yang bertikai mendapati negaranya sudah babak belur.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Angka Pengangguran di Jakarta Tembus 330 Ribu Orang, BPS Klaim Menurun, Benarkah?
-
Sebut Usulan Gelar Pahlawan Absurd, Koalisi Sipil: Soeharto Simbol Kebengisan Rezim Orba
-
Cegah Penyalahgunaan, MKD Pangkas Titik Anggaran Reses Anggota DPR Menjadi 22
-
Sanjungan PSI Usai Prabowo Putuskan Siap Bayar Utang Whoosh: Cerminan Sikap Negarawan Jernih
-
Rumah Dijarah, MKD Pertimbangkan Keringanan Hukuman untuk Sahroni, Eko Patrio, dan Uya Kuya
-
Tertangkap! 14 ABG Pelaku Tawuran di Pesanggrahan Jaksel Bawa Sajam hingga Air Cabai
-
Bukan Penipuan! Ternyata Ini Motif Pria Tabrakan Diri ke Mobil di Tanah Abang
-
Resmi! Gubernur Riau Jadi Tersangka, Langsung Ditahan 20 Hari!
-
PSI Minta Satpol PP Tegas Tertibkan Parkir Liar di Trotoar: Sudah Ganggu Pejalan Kaki!
-
Drama di MKD DPR Berakhir: Uya Kuya Lolos dari Sanksi Kode Etik