Suara.com - Ketika baru menjabat sebagai Presiden RI, Joko Widodo telah memiliki satu target yang diharapkan selesai di akhir masa jabatannya, yaitu menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Tahun ini, tepat di masa akhir pemerintahan, tingkat kemiskinan ekstrem Indonesia mencapai targetnya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Staf KHusus Presiden Bidang Ekonomi RI, Arif Budimanta menjelaskan, angka kemiskinan ekstrem Indonesia per Maret 2023 turun menjadi 1,12 persen dari 1,74 persen pada September 2022. Jumlah ini merupakan penurunan sebesar 0,62 persen poin, dan merupakan yang ketiga kalinya secara berturut-turut sejak September 2021.
Pada Maret 2022, angka kemiskinan ekstrem turun 0,10 persen, yang terus berlanjut turun mencapai 0,30 persen poin pada September 2022, dan turun lagi 0,62 persen poin pada Maret 2023.
Hal ini dikatakannya dalam sebuah diskusi dengan wartawan tentang kemiskinan ekstrem di Indonesia, di Banyuwangi, Jawa Timur, akhir September 2024.
BPS menggarisbawahi bahwa pada tahun 2023, penurunan angka kemiskinan ekstrem sangat signifikan hingga menyentuh 0.83%, yaitu lebih rendah 1,12 persen dari tahun sebelumnya.
"Jika penurunan ini berlangsung konsisten pada sisa waktu 2023 hingga 2024, maka pemerintah mencapai targetnya dalam penghapusan kemiskinan ekstrem tahun 2024," katanya.
Arif mengatakan, pemerintah menerapkan strategi percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia melalui tiga pendekatan. Pendekatan pertama dilakukan dengan pengurangan beban melalui jaminan sosial, bantuan sosial, dan subsidi tepat sasaran.
"Ada data P3KE (Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem), yang diverifikasi dan divalidasi setiap tahunnya. P3KE menjadi dasar diluncurkan berbagai program yang dilakukan melalui kementerian negara, BUMN, BUMS, Pemerintahan daerah, dan masyarakat," katanya.
Kedua, peningkatan pendapatan melalui program pemberdayaan, kewirausahaan, dan pendidikan, dan ketiga, pendekatan kantong kemiskinan dengan memperbaiki RTLH, kawasan lingkungan, dan sanitasi.
Baca Juga: Jutaan Rakyat Indonesia Alami Kemiskinan Ekstrem, Puan Maharani Dorong Ada Program Khusus
Berita Terkait
-
PNM Ajak Jurnalis Tinjau Potret Kemiskinan Ekstrem di Banyuwangi dalam Journalist Journey 2024
-
Pakar Kritik Data Indikator Kemiskinan Ekstrem Jadi Cara Jokowi 'Ngeles' Agar Terlihat Ada Capaian Kerja
-
Prabowo-Gibran Andalkan Program Makan Gratis, Entaskan Kemiskinan Ekstrem di 2024!
-
Targetkan Program Makan Gratis Prabowo-Gibran, Istana Klaim Bisa Entaskan Kemiskinan Ekstrem
-
Tekan Angka Kemiskinan Ekstrem Di Sumatra, Kemenko PMK Fokus Wilayah Pesisir Dan Pertanian
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
MBG Tetap Jalan Meski Kekurangan Terjadi, Pemerintah Fokus Sempurnakan Perpres Tata Kelola
-
HUT ke-80 TNI, PPAD Ajak Rawat Persatuan dan Kawal Masa Depan Bangsa
-
Kejati Banten Siap Jadi Mediator Polemik Penutupan Jalan Puspitek Serpong
-
HUT ke-80 TNI, Dasco: TNI Profesional dan Berkarakter Rakyat Jaminan Demokrasi
-
Finalisasi Perpres Tata Kelola MBG, Istana Pastikan Rampung Minggu Ini
-
Pengunjung HUT ke-80 TNI di Monas Membludak, Transjakarta Tambah 150 Armada
-
Penampakan Mobil Pengasuh Ponpes Al Khoziny usai Tertimpa Musala Roboh, Harganya Rp1 M?
-
DNA Dikirim ke Jakarta, Tim DVI Kerja Maraton Identifikasi 6 Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny
-
Siapa Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem, Doktor Harvard dan Aktivis '66, Turun Gunung ke Pengadilan
-
Buka SPEKIX 2025, Mendagri: Ruang Merayakan Keberanian dan Kreativitas Anak Istimewa