Suara.com - Sebuah video mengejutkan yang beredar di media sosial memperlihatkan kondisi mengerikan di Penjara Saydnaya, Suriah—tempat yang dikenal sebagai "rumah jagal manusia" di bawah rezim diktator terguling Bashar al-Assad. Dalam rekaman tersebut, tampak sebuah mesin pemeras besi yang diklaim digunakan untuk membunuh tahanan dengan cara mengerikan.
Penjara Saydnaya, yang terletak di dekat Damaskus, telah lama menjadi simbol penyiksaan dan eksekusi brutal terhadap ribuan tahanan politik selama bertahun-tahun. Amnesty International memperkirakan sekitar 13.000 warga Suriah dieksekusi antara tahun 2011 hingga 2016.
Video terbaru yang direkam oleh kelompok pemberontak memberikan gambaran tentang salah satu metode keji yang digunakan.
Dalam video yang belum terverifikasi tersebut, mesin pemeras hidrolik terlihat berdiri di dalam penjara yang kini sebagian telah jatuh ke tangan pemberontak. Rekaman itu menunjukkan bagaimana tahanan-tahanan yang disiksa hingga tewas menjadi bagian dari strategi brutal rezim Assad.
Kelompok pemberontak Suriah saat ini berlomba-lomba untuk membebaskan ribuan tahanan yang dikurung di dalam sel bawah tanah. Diperkirakan, masih ada banyak tahanan yang terkunci dalam sel berlapis-lapis di bawah gedung utama penjara, yang hanya bisa diakses melalui terowongan rahasia dan dikendalikan dengan keypad elektronik.
Pihak berwenang di wilayah pinggiran Damaskus memperingatkan risiko para tahanan “mati kehabisan napas” jika ventilasi di sel-sel bawah tanah tidak berfungsi.
Rekaman lain yang beredar menunjukkan momen haru ketika puluhan tahanan berlari keluar dari penjara setelah dibebaskan oleh kelompok pemberontak. Sebagian dari mereka terlihat tanpa alas kaki dan berpakaian compang-camping. Dalam salah satu adegan emosional, seorang tahanan berteriak penuh kemenangan setelah mengetahui rezim yang menahan mereka telah tumbang.
Omar Alshogre, mantan tahanan yang selamat dari penyiksaan selama tiga tahun di penjara rezim Assad, menyaksikan momen tersebut dari tempat pengasingannya di Swedia dan Amerika Serikat.
“Seratus negara demokrasi di dunia tidak melakukan apa-apa untuk membantu mereka, dan sekarang beberapa kelompok militer datang dan membuka penjara satu per satu,” kata Alshogre, yang kini aktif sebagai advokat hak asasi manusia.
Baca Juga: Dari Benteng Kristen Menjadi Pusat Islam: Kisah Transformasi Suriah
Namun, di balik euforia ini, keluarga para tahanan yang hilang memilih untuk tidak ikut merayakan. Mereka berkumpul di sekitar penjara dan pusat keamanan, berharap menemukan anggota keluarga mereka yang hilang sejak awal pemberontakan Suriah pada 2011.
Bassam Masri, yang kehilangan putranya selama 13 tahun, mengatakan, “Kebahagiaan ini tidak akan lengkap sampai saya melihat anak saya keluar dari penjara dan tahu dia di mana.”
Heba, seorang perempuan yang hanya memberikan nama depannya, masih mencari saudara laki-laki dan iparnya yang ditangkap sejak 2011 hanya karena melaporkan mobil yang dicuri.
“Mereka (rezim Assad) mengambil begitu banyak dari kami,” ujar Heba dengan mata berkaca-kaca.
“Kami tidak tahu apa-apa tentang mereka... Mereka membakar hati kami.” lanjutnya.
Dengan rezim Assad yang kini runtuh, kekacauan di Suriah belum sepenuhnya reda. Para pemberontak berusaha mengendalikan situasi di tengah lautan keluarga yang putus asa mencari orang-orang yang mereka cintai. Sementara itu, dunia terus menyaksikan dengan rasa ngeri akan skala kekejaman yang dilakukan di Saydnaya dan penjara-penjara lain di bawah kendali rezim Assad selama bertahun-tahun.
Berita Terkait
-
Dari Benteng Kristen Menjadi Pusat Islam: Kisah Transformasi Suriah
-
Pidato Jolani di Masjid Umayyah: Pesan Tersembunyi untuk Assad, Iran, dan Dunia
-
Israel Akui Serang "Senjata Kimia" di Suriah Pasca Jatuhnya Assad
-
Iran: Israel Manfaatkan Kekacauan Suriah untuk Genosida Palestina
-
Rusia Beri Suaka Bashar al-Assad dan Keluarga, Lokasi Persis Mantan Pemimpin Suriah Tak Diketahui
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional
-
Nestapa Ratusan Eks Pekerja PT Primissima, Hak yang Tertahan dan Jerih Tak Terbalas
-
Ahli Bedah & Intervensi Jantung RS dr. Soebandi Jember Sukses Selamatkan Pasien Luka Tembus Aorta
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan