Suara.com - Rencana pameran lukisan tunggal Yos Suprapto yang bertajuk “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” jadi sorotan publik selama berhari-hari usai batal digelar di Galeri Nasional, Jakarta.
Seniman senior asal Yogyakarta itu semula akan membuka pamerannya pada Kamis (19/12) lalu. Namun, pameran itu mendadak dibatalkan tepat pada malam pembukaan pameran.
Berbagai respon publik pun bermunculan dengan menganggap ada muatan politis dari kejadian tersebut, akibat adanya beberapa lukisan Yos yang menunjukan kemiripan dengan Presiden ke-7 Joko Widodo atau Jokowi.
Berikut sejumlah fakta yang Suara.com rangkum pada Kamis (26/12/2024), mengenai pembredelan acara pameran Yos Suprapto.
1. Galeri Nasional Sempat Digembok
Galeri Nasional yang menjadi lokasi pameran justru masih digembok dan lampu mati ketika beberapa menit sebelum pembukaan dimulai. Padahal saat itu, terdapat sejumlah pengunjung yang telah hadir. Rupanya, ada permintaan dari kurator pameran untuk menurunkan lima dari 30 lukisan Yos yang berkaitan dengan salah satu tokoh Indonesia.
Yos mengungkapkan, sebelumnya dua lukisannya, berjudul Konoha I dan Konoha II, diminta untuk ditutup dengan kain hitam. Mulanya dia ikhlas menerima permintaan itu. Namun, selang beberapa jam, ada lagi permintaan menjadi penutupan tiga karya tambahan. Pada saat itu Yos menolak.
2. Ketidaksepakatan dengan Kurator
Yos Suprapto mengungkapkan bahwa pembatalan ini dipicu oleh permintaan kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, untuk menurunkan lima dari 30 lukisan yang akan dipamerkan. Permintaan tersebut tidak disetujui oleh Yos karena menganggap kalau kelima lukisan itu bagian dari keseluruhan cerita dari pamerannya.
Baca Juga: Feed Instagram Anies Dibandingkan dengan Jokowi, Warganet: Kontras Banget
Tidak ada kesepakan di antara keduanya hingga Yos pun memutuskan tidak akan menggelar pameran bila ke-30 lukisannya tidak lengkap.
3. Kurator mengundurkan diri
Sementara itu, dari sisi kurator Suwarno menyampaikan kalau dia tidak menyetujui dua lukisan Yos yang dinilai tidak sesuai tema dan dinilai terlalu vulgar, sehingga kehilangan metafora sebagai lukisan. Perbedaan pendapat itu telah terjadi selama proses kurasi yang dimulai pada Oktober 2024 hingga jelang pembukaan pameran.
Lantaran tidak mencapai kesepakatan, Suwarno pun menyatakan niat mengundurkan diri sebagai kurator pameran Yos Suprapto pada 16 Desember 2024. Keputusan itu semakin mempersulit pelaksanaan pameran sesuai rencana.
4. Penarikan Karya oleh Seniman
Akibat tidak ada kesepatan ditambah kurator mengundurkan diri, Yos Suprapto memutuskan untuk menarik seluruh karya seninya dari Galeri Nasional. Ia menurunkan puluhan lukisannya dan membawa pulang ke Yogyakarta.
5. Pernyataan Galeri Nasional
Sementara itu dari pihak Galeri Nasional Indonesia menyatakan kalau pameran Yos terpaksa ditunda karena adanya kendala teknis yang tidak dapat dihindari. Namun, tidak dijelaskan secara rinci mengenai kendala teknis yang terjadi.
6. Tanggapan Menteri Kebudayaan
Menteri Kebudayaan Fadli Zon membantah telah terjadi pembredelan terhadap karya Yos Suprapto. Dia menyatakan dukungan atas kebebasan berekspresi. Menurutnya, pameran itu batal karena ada beberapa lukisan yang dianggap tidak sesuai tema kuratorial.
Beberapa karya Yos juga disebut memuat unsur politik, bahkan ada yang dinilai vulgar. Fadli menyebut, ada lukisan yang menggambarkan obyek telanjang dan bersetubuh. Sehingga tidak pantas ditampilkan dalam pameran.
7. Reaksi Publik dan Komunitas Seni
Pembatalan mendadak itu langsung memicu reaksi dari komunitas seni dan publik, yang mempertanyakan transparansi dan kebebasan berekspresi dalam dunia seni rupa Indonesia. Beberapa pihak menilai bahwa pemerintah seharusnya melindungi seniman, bukan malah melakukan pemberedelan.
Berita Terkait
-
Jelajah Rumah Budaya Fadli Zon, Luas Banget 4.700 Meter Isinya Apa Saja?
-
Buka Kafe di Solo, Kiky Saputri Kaget Didatangi Jokowi Sekeluarga: Gak Bisa Ngomong, Baik Banget
-
Perang Jokowi Vs Megawati Memanas, Rocky Gerung: Hasto Tumbal Balas Dendam
-
Prabowo Disebut Tak Mungkin Ada di Belakang Penetapan Tersangka Hasto, Rocky Gerung: Terlalu Berisiko
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Tragedi Freeport: 2 Pekerja Ditemukan Tewas, 5 Hilang di Tambang Maut Grasberg
-
Hitung-hitungan Jelang Muktamar X PPP: Mardiono Disebut Masih Kuat dari Agus Suparmanto
-
Jokowi Beri Arahan 'Prabowo-Gibran 2 Periode', Relawan Prabowo: Tergantung Masyarakat Memilih
-
DPR Desak Penghentian Sementara PSN Kebun Tebu Merauke: Hak Adat Tak Boleh Dikorbankan
-
Usai Pecat Anggota DPRD Gorontalo, PDIP Beri Pesan: Jangan Cederai Hati Rakyat!
-
Mahasiswa Green Leadership Academy Tanam Semangat Baru di Tabung Harmoni Hijau
-
Profil Alvin Akawijaya Putra, Bupati Buton Kontroversial yang Hilang Sebulan saat Dicari Mahasiswa
-
Mendagri Tito Sebut Bakal Ada 806 SPPG Baru: Lahannya Sudah Siap
-
'Warga Peduli Warga', 98 Resolution Network Bagikan Seribu Sembako untuk Ojol Jakarta
-
Perlindungan Pekerja: Menaker Ingatkan Pengemudi ODOL Pentingnya BPJS Ketenagakerjaan