Suara.com - Kabarnya tahun ini akan libur Ramadhan selama sebulan seperti era Gus Dur saat menjabat sebagai Presiden. Nah bagi yang ingin tahun sejarahnya, berikut ini sejarah libur Ramadhan sebulan penuh era Gus Dur.
Sebelumnya ramai menjadi perbincangan bahwa Ramadhan 2025 akan diliburkan selama full sebulan. Hal ini mengacu pada pernyataan Presiden Prabowo yang menjanjikan libur selama Ramadan saat masa kampanye tahun 2019.
Wacana libur Ramadhan pada masa Kampanye Prabowo tahun 2019 ini disampaikan oleh Dahnil Anzar Simanjuntak selaku Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno melalui akun Twitternya.
“Pak @prabowo akan melanjutkan kebijakan agar anak2 sekolah dan kampus libur pada bulan Ramadhan, untuk memberikan kesempatan kepada seluruh anak2 sekolah fokus belajar agama Islam pada bulan ramadhan, serta mengembangkan nilai-nilai Toleransi pada bulan ramadhan,” tulis Dahnil di akun Twitter pribadinya pada 15 Maret 2019.
Mengenai libur Ramadhan 2025, Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa informasi libur sekolah pada masa Ramadhan dalam waktu dekat akan segera disampaikan. Karena Surat Edaran (SE) saat ini masih sedang proses pembahasan.
"Intinya sudah kami bicarakan dalam rapat koordinasi lintas kementerian dan sudah ada kesepakatan, isinya bagaimana, kita tunggu sampai pada waktunya kita umumkan," ujar Abdul Mu'ti dikutip dari Antara, Rabu (15/1/2025).
Sebelumnya libur sebulan full selama Ramadhan juga pernah dilakukan pada era Gus Dur saat menjabat sebagai Presiden. Nah berikut sejarah libur Ramadhan sebulan penuh era Gus Dur dan kenapa presiden setelahnya tidak lagi libur.
Sejarah Libur Ramadhan Sebulan Penuh Era Gus Dur
Bulan Ramadhan era Presiden ke-4 yakni Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid terjadi bulan Desember 1999. Ini bertepatan dengan libur semester ganjil. Karena sudah selesai ujian Semester Ganjil dan kegiatan sekolah juga sudah tidak ada, makanya diliburkan.
Baca Juga: Resmi Jadwal Libur Sekolah Selama Ramadan 2025, Ada Libur Panjang!
“Kalau kita lihat di tahun 1999 itu di bulan Desember, pas perpindahan antarsemester yang kebetulan sudah selesai ujian sekolahnya,” ujar Yuli Fajar Susetyo selaku Dosen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi UGM kepada NU Online pada Ahad (12/1/2025).
Karena tidaknya pembelajaran akademik dan libur sekolah, kegiatan pembelajaran selama liburan semester di bulan Ramadan diganti dengan program pesantren kilat. Ini dilakukan guna mengisi waktu luang anak-aak selama bulan Ramadhan.
“Gus Dur waktu itu melihat bahwa tidak ada pembelajaran formal di sekolah. Daripada anak-anak libur tidak ada kegiatan sama sekali, jadi diadakan program pesantren kilat supaya anak mendapat ilmu agama dan meningkatkan ibadah puasa,” ucap Yuli
Jadi kenapa tahun-tahun setelahnya tidak ada lagi libur Ramadhan selama sebulan full karena waktu libur semester tidak lagi bertepatan atau berbarengan dengan bulan Ramadhan. Sehingga waktu Ramadhan tetap masuk sekolah.
Yuli Fajar Susetyo kembali menyampaikan,jika tahun ini pada bulan Ramadhan akan kembali diliburkan selama sebulan sesuai dengan pernyataan Presiden Prabowo saat masa kampanye, maka pemerintah perlu untuk melihat dari sisi pendidikan akademiknya.
Demikian penjelasan mengenai sejarah libur Ramadhan sebulan penuh era Gus Dur saat menjabat sebagai Presiden dan kenapa presiden setelahnya tidak lagi libur. Semoga informasi artikel ini bermanfaat!
Berita Terkait
-
Pentingnya Keterampilan Berpikir Kritis, Kolaborasi, dan Inovasi untuk Sekolah
-
Apakah Awal Puasa Ramadan 2025 Muhammadiyah dan Pemerintah Sama? Ini Penjelasannya
-
Disebut Telan Anggaran Hingga Rp 2 Triliun, Sekolah Garuda untuk Siapa? Simak Fakta-faktanya!
-
Pemerintahan Prabowo Mau Dirikan 8 Sekolah Unggulan, Kurikulum Disetarakan Jenjang Diploma
-
Resmi Jadwal Libur Sekolah Selama Ramadan 2025, Ada Libur Panjang!
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO