Suara.com - Pemerintah Prancis pada Selasa mengecam keras usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyarankan pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.
Prancis menyatakan langkah tersebut tidak hanya tidak dapat diterima, tetapi juga melanggar hukum internasional.
"Pemindahan paksa penduduk di Gaza tidak dapat diterima," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis.
Ia menambahkan, hal ini akan menjadi pelanggaran serius terhadap hukum internasional serta menghalangi solusi dua negara yang menyerukan perdamaian antara Israel dan Palestina.
Selain itu, Prancis menyoroti bahwa langkah tersebut dapat menjadi faktor destabilisasi bagi Mesir dan Yordania, yang merupakan sekutu dekat negara-negara Barat.
Pernyataan ini muncul setelah Donald Trump pada Senin menyatakan keinginannya untuk memindahkan warga Gaza ke lokasi yang disebutnya "lebih aman," seperti Mesir atau Yordania.
Trump juga sebelumnya pada Sabtu menggambarkan Gaza sebagai "lokasi pembongkaran" yang perlu "dibersihkan" pasca-konflik.
Hingga kini, hampir semua dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi akibat konflik yang dipicu oleh serangan kelompok militan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Meski demikian, gencatan senjata yang rapuh pada bulan ini memberikan harapan bagi upaya perdamaian permanen.
Sementara itu, Qatar yang berperan dalam mediasi gencatan senjata bersama AS dan Mesir menegaskan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan ke depan. Mesir dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas juga dengan tegas menolak usulan Trump.
Baca Juga: Mesir Bantah Presiden al-Sisi Bahas Pemindahan Warga Gaza dengan Donald Trump
Konflik ini terus menjadi sorotan internasional dengan desakan untuk solusi damai yang menghormati hak-hak warga Palestina sekaligus menjaga stabilitas kawasan.
Berita Terkait
-
Mesir Bantah Presiden al-Sisi Bahas Pemindahan Warga Gaza dengan Donald Trump
-
Ali Khamenei: Gaza Berhasil Buat Israel Bertekuk Lutut
-
Trump Usul Pemindahan Warga Gaza ke Yordania dan Mesir
-
Israel Tembaki Warga yang Kembali ke Gaza, 10 Jenazah Ditemukan di Tengah Krisis
-
Albania Tidak Akan Terima Pengungsi Palestina
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Kondisi Terkini Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta: Masih Lemas, Polisi Tunggu Lampu Hijau Dokter
-
Duka Longsor Cilacap: 16 Nyawa Melayang, BNPB Akui Peringatan Dini Bencana Masih Rapuh
-
Misteri Kematian Brigadir Esco: Istri Jadi Tersangka, Benarkah Ada Perwira 'W' Terlibat?
-
Semangat Hari Pahlawan, PLN Hadirkan Cahaya Bagi Masyarakat di Konawe Sulawesi Tenggara
-
Diduga Rusak Segel KPK, 3 Pramusaji Rumah Dinas Gubernur Riau Diperiksa
-
Stafsus BGN Tak Khawatir Anaknya Keracunan karena Ikut Dapat MBG: Alhamdulillah Aman
-
Heboh Tuduhan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, MKD DPR Disebut Bakal Turun Tangan
-
Pemkab Jember Kebut Perbaikan Jalan di Ratusan Titik, Target Rampung Akhir 2025
-
Kejagung Geledah Sejumlah Rumah Petinggi Ditjen Pajak, Usut Dugaan Suap Tax Amnesty
-
Kepala BGN Soal Pernyataan Waka DPR: Program MBG Haram Tanpa Tenaga Paham Gizi