Suara.com - Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan sudah melegenda. Sejak Perang Korea pada tahun 1950-an, upaya rekonsiliasi belum berhasil.
Sekarang, foto peta Korea Utara yang beredar di internet telah membingungkan para peneliti kebijakan dan pengguna lainnya. Peta tersebut telah dibagikan di platform media sosial Tiongkok RedNote (Xiaohongshu) dan mengklaim peta yang direvisi dibagikan pada bulan April 2024, menurut laporan di Newsweek.
Peta tersebut menandai perubahan besar dalam kebijakan negara tersebut tentang penyatuan kembali dengan menunjukkan Semenanjung Korea terbagi menjadi dua bagian terpisah, yang semakin menegaskan kembali keputusan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk melepaskan diri dari tujuan lamanya yaitu penyatuan kembali dengan Korea Selatan.
Selama beberapa dekade, Pyongyang telah menuntut untuk bersatu kembali dengan Korea Selatan tetapi selalu sesuai dengan persyaratannya. Perang Korea selama tiga tahun, yang dimulai ketika Korea Utara yang komunis menginvasi Korea Selatan, berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953 tanpa pernah ada perjanjian damai yang ditandatangani. Namun, Pyongyang terus menyerukan penyatuan kembali selama bertahun-tahun setelahnya, menurut portal berita tersebut.
Menurut Newsweek, yang diberi label "Joseon," istilah yang biasanya digunakan Korea Utara untuk dirinya sendiri, peta tersebut hanya menampilkan distrik administratif untuk Korea Utara dan tidak menampilkannya untuk Korea Selatan, tidak seperti peta lama yang telah dipublikasikan.
Sebaliknya, Korea Selatan ditampilkan dalam warna abu-abu seperti Tiongkok dan diberi label hanya sebagai "Korea Selatan". Ini merupakan penyimpangan dari istilah yang digunakan sebelumnya "Korea Boneka", yang menyiratkan bahwa Korea Selatan bukanlah negara merdeka tetapi negara boneka AS.
Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Korea Utara, mengatakan dalam pidatonya di bulan Oktober: "Pada periode sebelumnya, kami banyak berbicara tentang pembebasan Korea Selatan dan penyatuan negara dengan kekuatan, tetapi sekarang kami sama sekali tidak tertarik pada hal itu, dan karena kami mendeklarasikan dua negara, kami bahkan tidak menyadari keberadaan negara itu."
Retorika Korea Utara terhadap Korea Selatan telah mereda sejak krisis politik Desember di Seoul menyusul deklarasi darurat militer singkat oleh Presiden Yoon Suk-yeol yang kini dipenjara. Meskipun demikian, para ahli percaya bahwa Kim Jong Un tidak akan membatalkan pembersihan simbol-simbol penyatuan.
Baca Juga: Sidang Pemakzulan ke-5: Yoon Suk-yeol Bantah Berlakukan Darurat Militer Tanpa Izin
Berita Terkait
-
Tertangkap! Begini Modus 2 WN Korsel Raup Puluhan Miliar dari Bisnis Timah Ilegal di Bekasi
-
Rela Bohongi Keluarga, Choo Young Woo Ungkap Perjuangan Sebelum Terkenal
-
Sidang Pemakzulan ke-5: Yoon Suk-yeol Bantah Berlakukan Darurat Militer Tanpa Izin
-
Maudy Ayunda Isi Soundtrack Film Korea: Pemainnya Nggak Kaleng-kaleng
-
Deretan Rekomendasi Drama Korea Seru yang Tayang Februari 2025
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Prabowo Blusukan ke Monas, Cek Persiapan HUT ke-80 TNI
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial