Suara.com - Tambang emas runtuh di Mali timur, menewaskan puluhan orang dan melukai banyak orang lainnya, menurut televisi Mali dan pejabat di distrik Kéniéba tempat kecelakaan itu terjadi. Ini adalah kecelakaan besar kedua tahun ini di negara Afrika Barat yang berbahasa Prancis itu, yang merupakan salah satu dari tiga produsen emas teratas di Afrika.
Pada Sabtu malam, televisi Mali mengumumkan runtuhnya lokasi di Bilali Koto di komune Dabia, dengan jumlah korban tewas sementara sebanyak 42 orang dan banyak yang terluka.
Prefek Kéniéba, yang mewakili pemerintah di daerah itu, mengonfirmasi insiden tersebut. "Jumlah korban tewas sebanyak 42 orang seharusnya sudah pasti," kata Mohamed Dicko kepada The Associated Press pada hari Minggu.
"Kecelakaan itu terjadi kemarin, Sabtu. Itu adalah tanah longsor di lokasi yang dikelola oleh warga negara Tiongkok," kata pemimpin masyarakat Falaye Sissoko. Dicko mengatakan pihak berwenang masih berusaha memastikan apakah tambang itu beroperasi secara legal.
Ini adalah kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan kecelakaan semacam itu terjadi di Mali. Pada 29 Januari, tanah longsor menewaskan beberapa penambang emas, kebanyakan wanita, di wilayah Koulikoro di selatan negara itu.
Pada Januari tahun lalu, sebuah tambang emas yang tidak diatur runtuh di dekat ibu kota, Bamako, menewaskan lebih dari 70 orang.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada kekhawatiran bahwa keuntungan dari penambangan yang tidak diatur di Mali utara dapat menguntungkan para ekstremis yang aktif di bagian negara itu.
"Emas sejauh ini merupakan ekspor Mali yang paling penting, mencakup lebih dari 80% dari total ekspor pada tahun 2021," menurut Administrasi Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan AS. Dikatakan lebih dari 2 juta orang, atau lebih dari 10% populasi Mali, bergantung pada sektor pertambangan untuk mendapatkan penghasilan.
Penambangan emas tradisional diperkirakan menghasilkan sekitar 30 ton emas per tahun dan mewakili 6% dari produksi emas tahunan Mali.
Baca Juga: NGO Korea-Indonesia Desak Regulasi Ketat Tambang Nikel: Hentikan Perampasan Tanah!
Berita Terkait
-
Perempuan dan Karir di Dunia Tambang
-
Saham BRMS Anjlok di Tengah Isu Penolakan Tambang
-
Darurat! Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara Disebut Merusak Ekosistem hingga Memperburuk Kemiskinan
-
Konawe Utara Jadi Contoh, NGO Indonesia-Korsel Tuntut Moratorium Tambang Nikel dan Regulasi Baterai EV
-
NGO Korea-Indonesia Desak Regulasi Ketat Tambang Nikel: Hentikan Perampasan Tanah!
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Akal Bulus Pasutri Polisi Gadungan: Pura-pura Istri Pendarahan, Mobil Sopir Online Lenyap
-
Geger Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Diduga Dibully, Mendikdasmen: Saya Akan Dalami Kasus Ini!
-
Operasi Langit di Cilacap: BNPB 'Halau' Hujan Demi Percepat Evakuasi Korban Longsor
-
Perjalanan Cinta Rugaiya Usman dan Wiranto
-
RUU KUHAP Dikebut Tanpa Suara Publik, Anggota Komisi III DPR Terancam Dilaporkan ke MKD
-
Viral Hewan Ragunan Kurus Diduga Dana Jatah Makan Ditilep, Publik Tuntut Audit
-
Kabar Duka! Istri Wiranto, Rugaiya Usman Meninggal Dunia di Bandung
-
Geger Bayi di Cipayung: Dibuang di Jurang, Ditemukan Hidup dalam Goodie Bag Saat Kerja Bakti
-
Tegas! Pramono Anung Larang Jajarannya Persulit Izin Pembangunan Rumah Ibadah di Jakarta
-
Pramono Bantah Isu Tarif LRT Rp160 Ribu: Jadi Saja Belum