Suara.com - Warga Bara-Baraya, Makassar, bersama aliansi solidaritas menggelar pameran perlawanan bertajuk "Bara Juang Bara-Baraya: Melawan Penggusuran dan Mafia Tanah.”
Pameran digelar di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Menteng, Jakarta Pusat.
Pada 2016, warga Bara-Baraya mulai memperjuangkan hak atas tanah tempat tinggal mereka yang diklaim oleh pihak yang mengaku sebagai ahli waris.
Proses klaim ini menuai kontroversi karena adanya dugaan manipulasi dokumen kepemilikan tanah.
Warga sempat memenangkan gugatan di Pengadilan Negeri Makassar, namun pihak penggugat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Makassar.
Di tingkat banding, putusan berubah dan menguntungkan penggugat, sehingga warga Bara-Baraya kembali menghadapi ancaman kehilangan tempat tinggal mereka.
Pameran ini menampilkan dokumentasi dan ekspresi perjuangan mereka sejak 2016 melawan upaya penggusuran dan kejahatan mafia tanah, serta mengangkat perlawanan warga dari berbagai kampung kota lainnya, seperti Pancoran, Kampung Bayam, dan Rumpin.
Acara ini juga menjadi ruang diskusi kritis tentang penggusuran paksa, keberpihakan aparat, dan dampaknya terhadap rakyat kecil.
Pemandu pameran, Afifah, menjelaskan bahwa pameran ini menghadirkan kronologi konflik hukum yang dihadapi warga Bara-Baraya selama delapan tahun terakhir.
Baca Juga: Warga Bara-Baraya Mengadu ke Komnas Perempuan, Diintimidasi Aparat: Hak Kami Dirampas!
"Di tahun 2017, ancaman eksekusi sudah sangat mencekam, tapi dengan solidaritas warga, penggusuran berhasil dicegah,” ujarnya di kantor YLBHI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2025).
Di dalam pameran, pengunjung dapat melihat berbagai poster perlawanan, seperti "ATR dan Pengadilan Tempat Praktek Mafia Tanah!", "Bara-Baraya Menolak Tergusur!", dan "Hidup Mati di Tanah Sendiri."
Selain itu, ada juga poster perjuangan warga Pancoran yang berbunyi "Pancoran Jaga Lahan, Lawan Tirani! Usir Pertamina dari Gang Buntu Dua", serta poster bergambar siluet Ahok bertuliskan "Pemuda Penggusur."
Tak hanya arsip dan poster, pameran ini juga menayangkan video dokumentasi perjuangan warga, mulai dari bentrokan dengan aparat hingga aksi solidaritas.
Salah satu elemen yang menarik perhatian adalah pajangan busur, yang menjadi simbol perlawanan warga Bara-Baraya.
"Yang menarik adalah bagaimana warga membangun kekuatan, termasuk memanfaatkan busur sebagai bentuk perlawanan terhadap pihak yang seharusnya menerimanya," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
-
Bank Indonesia Ambil Kendali Awasi Pasar Uang dan Valuta Asing, Ini Fungsinya
-
Geger Isu Patrick Kluivert Dipecat Karena Warna Kulit?
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
Terkini
-
TOK! MA Perberat Hukuman Agus Buntung Jadi 12 Tahun Penjara, Ini Pertimbangannya
-
Usut Tuntas 'Dosa' di Balik Banjir Sumatra, Tim Khusus Buru Asal Kayu Gelondongan
-
Paradoks Banjir Sumatra: Menhut Klaim Deforestasi Turun, Ratusan Ribu Hektare Lahan Kritis Terkuak
-
Air Laut Pasang, 16 RT di Jakarta Terendam Banjir Rob
-
Mangkir dari Panggilan, Lisa Mariana Dijemput Paksa Polda Jabar Terkait Kasus Video Syur!
-
Tawa Prabowo dan Ketua MPR Tiongkok Bahas 'Rio', Anak Panda di Taman Safari
-
Bantahan Keras Jimly untuk Luhut: Bandara IMIP Ancam Kedaulatan, Pintu Masuk TKA Ilegal
-
Pakar Ungkap Sebab Cuaca Ekstrem di Sumatera, Apa Itu?
-
Solidaritas untuk Perantau Sumatra: Dari Seniman Gamping hingga Polda DIY Turun Tangan
-
Jelang Natal 2025, 2 Ribu Paket Sembako Dibagikan Buat Pasukan Pelangi di Jakarta Barat