Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membuat pernyataan kontroversial terkait perang di Ukraina, dengan menyebut bahwa Rusia memiliki posisi tawar yang kuat dalam negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Selain itu, Trump juga mencap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai diktator yang menolak menggelar pemilu di tengah perang yang berlangsung.
Dalam pernyataannya pada Rabu malam, Trump mengatakan bahwa Rusia ingin mengakhiri perang, tetapi memiliki keuntungan strategis karena telah menguasai banyak wilayah Ukraina.
"Saya pikir Rusia ingin perang berakhir... Namun saya pikir mereka memiliki sedikit kartu, karena mereka telah merebut banyak wilayah, jadi mereka memiliki kartu," ujarnya kepada wartawan.
Pernyataan Trump ini menandai perubahan besar dalam sikap Washington terhadap konflik Ukraina. Sebelumnya, di bawah kepemimpinan Joe Biden, AS secara konsisten mendukung Zelenskyy dengan memberikan bantuan militer dan sanksi terhadap Rusia. Namun, Trump menunjukkan pendekatan yang lebih terbuka terhadap negosiasi dengan Moskow, yang membuat Kyiv dan sekutu-sekutunya di Eropa khawatir.
Serangan Trump terhadap Zelenskyy
Trump tidak hanya mempertanyakan strategi perang Ukraina, tetapi juga menyerang Zelenskyy secara langsung. Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menuding pemimpin Ukraina itu telah merusak demokrasi dan bahkan menyalahkannya atas konflik yang dipicu oleh invasi Rusia tiga tahun lalu.
“Seorang diktator tanpa pemilu, Zelenskyy sebaiknya bergerak cepat atau dia tidak akan punya negara lagi,” tulis Trump.
Ia juga menambahkan bahwa Zelenskyy menolak menggelar pemilu, memiliki peringkat rendah dalam jajak pendapat, dan hanya berhasil dalam satu hal: "mempermainkan (Joe) Biden seperti biola."
Zelenskyy sendiri terpilih pada 2019 untuk masa jabatan lima tahun, tetapi tetap berkuasa berdasarkan status darurat militer yang diberlakukan sejak Rusia menginvasi Ukraina. Meskipun popularitasnya menurun, survei dari Institut Sosiologi Internasional Kyiv (KIIS) menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadapnya masih berada di atas 50 persen sejak perang dimulai.
Baca Juga: Zelenskyy Bertemu Utusan AS di Tengah Serangan Kritik dari Trump
Reaksi Dunia Internasional
Pernyataan Trump ini mendapat reaksi keras dari berbagai pihak. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengecam komentar tersebut dengan menyebutnya "salah dan berbahaya." Sementara itu, mantan Wakil Presiden AS Mike Pence juga mengkritik Trump dengan menegaskan bahwa Rusia adalah pihak yang memulai perang, bukan Ukraina.
“Tuan Presiden, Ukraina tidak 'memulai' perang ini. Rusia melancarkan invasi yang brutal dan tidak beralasan, yang menelan ratusan ribu nyawa,” tulis Pence di platform X (sebelumnya Twitter).
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya menyambut baik perubahan sikap Washington. Ia memuji kemajuan dalam pembicaraan dengan AS dan mengklaim bahwa pasukannya telah menyeberang ke wilayah Sumy di timur laut Ukraina, meskipun klaim ini segera dibantah oleh Kyiv.
Langkah Selanjutnya
Di tengah meningkatnya ketegangan politik, Zelenskyy dijadwalkan bertemu dengan utusan khusus AS, Keith Kellogg, di Kyiv pada Kamis untuk membahas hubungan antara kedua negara dan sikap pemerintahan Trump terhadap konflik yang sedang berlangsung.
Sementara itu, pembicaraan antara AS dan Rusia di Arab Saudi pada Selasa lalu semakin menegaskan bahwa Washington dan Moskow berusaha membangun kembali dialog, meskipun tanpa melibatkan Kyiv. Hal ini semakin memunculkan kekhawatiran bahwa Ukraina dan sekutu Eropanya akan dipinggirkan dalam kesepakatan damai yang mungkin tercapai di masa mendatang.
Trump sendiri mengklaim bahwa hanya dirinya dan pemerintahannya yang mampu mengakhiri perang ini.
Berita Terkait
-
Zelenskyy Bertemu Utusan AS di Tengah Serangan Kritik dari Trump
-
Macron Pimpin Pertemuan Koordinasi Eropa Terkait Ancaman Rusia di Tengah Perubahan Kebijakan AS
-
Trump Klaim Dirinya Cegah Perang Dunia III, Kecam Zelensky "Diktator"
-
Donald Trump: Saya Cinta Ukraina
-
Donald Trump: Zelenskyy Gagal, Saatnya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Datangi Pabrik Aqua Lagi, Dedi Mulyadi Ungkap Sumber Airnya yang Tak Sesuai Iklan
-
Tragedi Prada Lucky: Sidang 22 Seniornya Digelar, Sang Ibu Tuntut Keterbukaan
-
Terbang ke Kualalumpur, Selain Gaza, Isu 'Nuklir' Jadi Bahasan Panas Prabowo di KTT ASEAN
-
'Cuma Omon-omon?' Refly Harun Skeptis Prabowo Bisa Lepas dari Pengaruh Jokowi
-
Siap-siap, Sidang Dimulai: KPK Limpahkan Berkas Eks Kadis PUPR Sumut ke Jaksa
-
PDIP Gagas Sumpah Pemuda Baru, Ini Kata Hasto Kristiyanto
-
Airbus A400M Milik TNI AU Akan Bermarkas di Halim
-
BNI Lepas 27.300 Pelari di Wondr JRF 2025 untuk Dorong Ekonomi Hijau dan Gaya Hidup Sehat
-
Hasto Kristiyanto: Dorong Kebangkitan Ekonomi Maritim dan Desa Wisata Indonesia
-
Indonesia Sambut Timor Leste, Anggota Paling Bungsu ASEAN