Suara.com - Mantan Calon Presiden Ganjar Pranowo buka suara soal keresahan masyarakat yang terkena dampak langsung dari kebijakan efisiensi anggaran.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) No.1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025.
Melalui kebijakan ini, pemerintah menargetkan efisiensi sebesar Rp 306,69 triliun. Instruksi ini merupakan Langkah strategis pemerintah dalam mengelola belanja negara secara lebih efektif.
Namun, kebijakan efisiensi ini justru menjadi ramai bahkan disebut mendatangkan masalah baru.
Kebijakan ini disebut berdampak pada PHK pekerja di media milik negara seperti RRI dan TVRI, hingga pemotongan sejumlah anggaran di bidang Pendidikan.
Melihat fenomena ini Ganjar menilai jika pemangkasan anggaran yang mengorbankan fungsi negara adalah tanda pemerintahan gagal.
“Jika pemangkasan anggaran mengorbankan fungsi negara, itu berarti pemerintah gagal dalam menata urusan publik,” sebut Ganjar, dikutip dari youtubenya, Selasa (25/2/25).
Ganjar mengatakan jika sudah seharusnya kebijakan efisiensi itu dijalankan dengan mempertimbangkan alasan-alasan mendasar terlebih dahulu.
Ganjar juga menegaskan bahwa kebijakan efisiensi yang berjalan ini seharusnya tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat.
Baca Juga: Lagi-lagi Disindir soal Kabinet Gemuk, Prabowo: Yang Menikmati Rakyat Indonesia
“Kebijakan efisiensi seharusnya dijalankan dengan mempertimbangkan alasan-alasan mendasar,” ujarnya.
“Yang pertama mengurangi pemborosan, ini bisa dilakukan dengan memangkas anggaran yang tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat, seperti perjalanan dinas, acara-acara seremonial dan birokrasi yang membesar berbelit-belit,” tambahnya.
Ganjar menilai jika pemerintah seharusnya memperkuat layanan publik dengan memastikan sektor vital seperti Pendidikan, Kesehatan hingga mitigasi bencana.
“Selain itu memperkuat layanan publik. Pemerintah harus memastikan sektor vital seperti Pendidikan, Kesehatan, dan mitigasi bencana tetap harus terjaga,” ungkapnya.
“ditambah dengan menata ulang birokrasi, dilakukan dengan penggabungan atau restrukturisasi Lembaga yang tumpang tindih. Selanjutnya, meningkatkan transparansi pengelolaan anggaran dengan membuat laporan belanja pemerintah yang terbuka untuk publik,” sambungnya.
Kontributor : Kanita
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Vonis Tiga Mantan Bos, Hakim Nyatakan Kerugian Kasus Korupsi ASDP Rp1,25 Triliun
-
Selain Chromebook, KPK Sebut Nadiem Makarim dan Stafsusnya Calon Tersangka Kasus Google Cloud
-
Bikin Geger Tambora, Begal Sadis Ternyata Sudah Beraksi 28 Kali, Motor Tetangga Pun Disikat
-
Ketum Joman 'Kuliti' Isu Ijazah Jokowi: Ini Bukti Forensik Digital, Roy Suryo Kena UU ITE!
-
Korupsi Taspen Rugi Rp1 T, Kenapa KPK Cuma Pamer Rp883 M? Ini Jawabannya
-
BMKG Bunyikan Alarm Bahaya, Pemprov DKI Siapkan 'Pasukan Biru' hingga Drone Pantau Banjir Rob
-
Terjerat Kasus Korupsi Dinas PUPR, Wakil Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten OKU Ditahan KPK
-
PSI Sorot Kinerja Pemprov DKI Atasi Banjir Rob Jakarta: Mulai Pencegahan dari Musim Kemarau
-
Jalani Sidang dengan Tatapan Kosong, Ortu Terdakwa Demo Agustus: Mentalnya Gak Kuat, Tiga Kali Jatuh
-
Pohon Tumbang Lumpuhkan MRT, PSI Desak Pemprov DKI Identifikasi Pohon Lapuk: Tolong Lebih Gercep!