Suara.com - International Media Support (IMS) mengundang puluhan jurnalis dari Asia Tenggara untuk mengikuti pelatihan constructive journalism atau jurnalisme konstruktif dalam peliputan isu perubahan iklim dan lingkungan. Rangkaian pelatihan digelar di Pulau Boracay, Filipina, pada 22 hingga 26 Februari 2025.
Menggandeng Fyt Media sebagai penyelenggara, pelatihan tersebut menghadirkan Henrik Grunnet, penasihat senior IMS dari Denmark sekaligus pengajar jurnalisme konstruktif, serta Ralf Andersson, konsultan senior IMS untuk wilayah Asia dan Timur Tengah yang juga merupakan akademisi dari Constructive Institute.
Ada empat media dari Indonesia yang diundang untuk mengikuti bootcamp tersebut, yaitu Suara.com, Narasi, Tempo, dan CNN Indonesia. Bersama beberapa media dari Kamboja, Malaysia, hingga Filipina, Suara.com dilatih untuk memahami konsep jurnalisme konstruktif dan penerapannya dalam peliputan.
Karena pelatihan ini ditujukan bagi para trainers alias Training of Trainers (ToT), para peserta tidak hanya diharapkan memahami konsep jurnalisme konstruktif, tetapi juga mampu memberikan pelatihan kepada khalayak mengenai konsep dan penerapannya.
Selain itu, peserta dibekali dengan pengetahuan tentang penerapan jurnalisme konstruktif dalam peliputan isu perubahan iklim dan lingkungan. Tak hanya itu, IMS juga berupaya meningkatkan kapasitas jurnalis dalam membuat konten serta melawan misinformasi, terutama yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Peserta juga diajak berbagi pengalaman terkait mitigasi risiko, ancaman, dan keselamatan, serta penggunaan tools AI dalam pekerjaan di ruang redaksi. Pelatihan ini bukan hanya satu arah; para trainers juga mengajak peserta untuk berdiskusi, mengerjakan soal-soal pelatihan, dan mempresentasikan karya mereka.
Bagian yang paling seru adalah newsroom simulation. Di sesi ini, peserta yang terbagi dalam beberapa kelompok diminta mengisi laman website—seolah itu merupakan media mereka—dengan artikel-artikel yang menerapkan metode jurnalisme konstruktif.
Sebagai sesi pamungkas, setiap peserta, bersama pasangan kelompoknya, diminta menyusun materi pelatihan jurnalisme konstruktif dan mempresentasikannya. Dalam sesi ini, penguji serta peserta lainnya turut memberikan feedback terkait konten dan penyampaian presentasi.
Jurnalisme Konstruktif
Henrik menjelaskan bahwa jurnalisme konstruktif berfokus pada pengungkapan dan penyelesaian masalah. Penulisan konstruktif mengandalkan tiga pilar utama: pencarian solusi, penguatan sudut pandang atau yang disebut nuance, serta percakapan demokratis.
Penerapan jurnalisme konstruktif merupakan respons terhadap maraknya negativity bias dalam pemberitaan. Akibat banyaknya bias negatif ini, masyarakat cenderung menghindari berita atau mengalami news avoidance.
Hal ini bukan tanpa alasan. Henrik mengatakan bahwa banyak jurnalis menganggap berita yang menarik dan disukai adalah berita-berita bermuatan negatif. Akibatnya, jurnalis lebih sering mengutamakan cerita dengan sudut pandang negatif dibandingkan yang positif.
"If it bleeds, it leads. Dalam negativity bias, kita lebih memperhatikan peristiwa buruk dibandingkan yang baik. Kita juga bereaksi lebih cepat dan emosional terhadap berita negatif dibandingkan yang positif," ujar Henrik.
Selain negativity bias, tantangan lain dalam dunia jurnalistik saat ini adalah information overload, jumlah berita yang semakin banyak, judul-judul yang sensasional, serta dominasi drama dan konflik dalam pemberitaan.
Kondisi ini semakin memperburuk bias negatif. "Masyarakat enggan mengakses berita karena pemberitaan hanya membuat mereka bad mood dan menyebarkan pengaruh buruk," tutur Henrik.
Berdasarkan data dari Reuters Institute, sebanyak 39 persen responden mengaku sering atau beberapa kali menghindari pemberitaan (news avoidance). Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2017, yang saat itu tercatat sebesar 29 persen.
Tag
Berita Terkait
-
SEA Games 2025 dan Skuat Mewah Indonesia yang Tersia-Siakan Potensi Terbaiknya
-
Indra Sjafri Disorot Usai Juara Bertahan Tumbang, Pilih Acuhkan Sindiran Publik
-
Media Vietnam Sindir Habis Timnas Indonesia U-22 Dikalahkan Filipina
-
Dear Myanmar, Pelatih Filipina Kasih Tutorial Kalahkan Timnas Indonesia U-22
-
Gagal ke Semifinal Langsung, Kekalahan Indonesia U-22 dari Filipina Karena Serangan Monoton
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Polisi Buka Peluang Tersangka Baru dalam Tragedi Kebakaran Ruko Terra Drone
-
Puslabfor 'Bongkar' Ulang TKP Kebakaran, Buru Bukti Jerat Bos Terra Drone
-
Korban Tewas Bencana di Agam Tembus 192 Orang, 72 Masih Hilang
-
Lonjakan Pemilih Muda dan Deepfake Jadi Tantangan Pemilu 2029: Siapkah Indonesia Menghadapinya?
-
MKMK Tegaskan Arsul Sani Tak Terbukti Palsukan Ijazah Doktoral
-
Polisi Kembali Lakukan Olah TKP Terra Drone, Apa yang Dicari Puslabfor?
-
MyFundAction Gelar Dapur Umum di Tapsel, Prabowo Janji Rehabilitasi Total Dampak Banjir Sumut
-
Ikuti Arahan Kiai Sepuh, PBNU Disebut Bakal Islah Demi Akhiri Konflik Internal
-
Serangan Kilat di Kalibata: Matel Diseret dan Dikeroyok, Pelaku Menghilang dalam Sekejap!
-
10 Saksi Diperiksa, Belum Ada Tersangka dalam Kasus Mobil Berstiker BGN Tabrak Siswa SD Cilincing