Suara.com - Seorang mantan pakar medis terkemuka, Dr. Robert Redfield, mengungkapkan keyakinannya bahwa pandemi Covid-19 yang mematikan berasal dari kebocoran laboratorium setelah direkayasa oleh ilmuwan yang "arogan".
Dr. Redfield, yang menjabat sebagai Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, telah lama menyuarakan teori bahwa virus ini siap pakai untuk manusia dan kemungkinan besar bocor dari laboratorium di China. Sejak 2021, ia secara konsisten menegaskan bahwa virus tersebut tidak muncul secara alami, melainkan sebagai hasil dari eksperimen yang melibatkan rekayasa virus di laboratorium Wuhan.
Laboratorium Wuhan telah menjadi pusat perdebatan selama bertahun-tahun, dengan banyak pihak mencurigai bahwa pandemi ini bermula dari kebocoran laboratorium tersebut. Hingga saat ini, dunia masih belum mendapatkan jawaban pasti mengenai asal-usul Covid-19.
Namun, pada Januari lalu, CIA merilis laporan yang menyatakan bahwa virus ini lebih mungkin berasal dari kebocoran laboratorium dibandingkan dengan penularan dari hewan ke manusia. Penilaian tersebut mendapat dukungan dari Direktur CIA saat ini, John Ratcliffe, yang merupakan pendukung lama teori kebocoran laboratorium.
Dr. Redfield juga mengungkapkan bahwa selama menjabat sebagai presiden, Donald Trump sempat menghubungi Presiden China, Xi Jinping, untuk mencari tahu asal-usul virus tersebut.
"Saya meminta Presiden Trump untuk menelepon Presiden China, dan dia melakukannya," kata Dr. Redfield dalam wawancara dengan The Sun.
"Saya berada di sana, di Ruang Oval." lanjutnya.
Namun, harapan agar penyelidik eksternal diizinkan masuk ke China untuk menyelidiki lebih lanjut langsung ditolak. Menurut Dr. Redfield, jika tim ahli diperbolehkan melakukan investigasi, mereka akan dapat menilai dalam waktu seminggu bahwa virus ini sangat mudah menular dari manusia ke manusia.
Alih-alih menyebutkan adanya niat jahat dalam insiden ini, Dr. Redfield percaya bahwa para ilmuwan di laboratorium Wuhan memiliki ambisi yang berlebihan dalam eksperimen mereka.
Baca Juga: Iran Buka Pintu Negosiasi Nuklir dengan AS, Tapi Ada Syaratnya!
"Saya kira mereka mencoba membuat vaksin," katanya, seraya menambahkan bahwa laboratorium tersebut hanya berjarak sekitar 27 kilometer dari pasar makanan basah yang awalnya diduga sebagai sumber virus.
Salah satu ilmuwan utama di laboratorium Wuhan, Shi Zhengli, dikenal sebagai Batwoman karena penelitiannya yang ekstensif tentang virus corona yang berasal dari kelelawar. Para ahli menyebut bahwa Zhengli telah menghabiskan bertahun-tahun untuk memanipulasi virus agar lebih mudah menular ke manusia.
Bukti yang menguatkan teori kebocoran laboratorium ini disebut dapat ditemukan dalam kode genetik virus itu sendiri. Para ilmuwan menemukan bahwa Covid-19 memiliki "situs pembelahan furin", fitur genetik yang memungkinkan virus menyebar lebih cepat dari hewan ke manusia.
Secara teori, fitur ini memang bisa muncul secara alami, tetapi yang membuat para ahli curiga adalah fakta bahwa fitur tersebut hanya ditemukan pada Covid-19, tidak pada virus corona lainnya. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa fitur tersebut mungkin telah dimasukkan ke dalam virus melalui rekayasa laboratorium.
Dr. Redfield menegaskan, "Situs pembelahan furin adalah bukti kuat yang dapat ditemukan. Ini adalah indikasi bahwa fitur tersebut dibuat di laboratorium."
Meski semakin banyak bukti yang mendukung teori kebocoran laboratorium, asal-usul pandemi Covid-19 masih menjadi perdebatan global. China berulang kali membantah teori ini dan menyebutnya sebagai propaganda politik.
Berita Terkait
-
Iran Buka Pintu Negosiasi Nuklir dengan AS, Tapi Ada Syaratnya!
-
Trump Deportasi Mahasiswa Pro-Palestina? Penangkapan di Columbia University Gegerkan Kampus
-
Zelensky Balas Ejekan Soal Pakaian: Janji Pakai Jas Setelah Perang Berakhir
-
Israel Siapkan "Direktorat Migrasi": Deportasi Paksa Warga Gaza Dimulai?
-
Pria Bersenjata Ditembak Secret Service di Dekat Gedung Putih, Ini Kronologinya
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri