Suara.com - Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa negaranya siap mempertimbangkan usulan Amerika Serikat untuk melakukan gencatan senjata dalam konflik berkepanjangan di Ukraina.
Namun, ia menekankan bahwa penghentian pertempuran harus mengatasi akar permasalahan yang menjadi sumber konflik sejak awal.
Dalam konferensi pers bersama Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Moskow pada Kamis (13/3), Putin menegaskan bahwa gencatan senjata apa pun harus dapat mengarah pada perdamaian jangka panjang.
“Kami setuju dengan usulan untuk menghentikan permusuhan, tetapi kami melihat fakta bahwa gencatan senjata ini harus dapat mengarah pada perdamaian jangka panjang dan menghilangkan penyebab awal krisis ini,” ujarnya, dilansir dari Antara, 14 Maret 2025.
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan kesiapan negaranya untuk menyetujui gencatan senjata selama 30 hari.
Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan di Jeddah, Arab Saudi, yang melibatkan delegasi Ukraina serta pejabat tinggi AS, termasuk Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz.
Meskipun tidak ada jaminan keamanan yang diumumkan dalam pertemuan tersebut, Zelenskyy mengungkapkan bahwa topik tersebut telah dibahas.
Di sisi lain, Kremlin melalui juru bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov, mengonfirmasi bahwa delegasi Amerika Serikat akan melakukan pembicaraan langsung dengan perwakilan Rusia di Moskow.
Baca Juga: Tarif Baja Trump Picu Ketegangan Baru dalam Perang Dagang AS-Uni Eropa
Kontak antara kedua belah pihak sudah terjalin sebelumnya, termasuk komunikasi antara Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz dan Penasihat Kepresidenan Rusia Yury Ushakov.
“Proses penerimaan informasi dari AS sedang berjalan, dan Rusia akan menentukan sikap setelah pembicaraan bilateral dengan delegasi AS,” kata Peskov.
Ia juga menekankan bahwa Rusia tidak akan berkompromi dalam hal wilayah yang telah dianeksasi, seperti Krimea, Sevastopol, Kherson, Zaporizhia, Donetsk, dan Luhansk, yang menurutnya telah diabadikan dalam Konstitusi Federasi Rusia.
Tuntutan Rusia dan Tanggapan AS
Peskov membantah rumor bahwa Rusia telah memberikan daftar tuntutan kepada Washington terkait kesepakatan Ukraina.
Ia menyebut bahwa banyak informasi di media yang tidak akurat. “Banyak informasi di media yang tak sesuai kenyataan, hanya sebagian kecil saja yang benar,” katanya.
Sementara itu, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dilaporkan tiba di Moskow untuk bertemu dengan Putin. Namun, hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Kremlin terkait hasil pertemuan tersebut.
Dalam wawancara dengan kanal berita Rossiya-1, Ushakov menekankan bahwa Rusia menginginkan penyelesaian jangka panjang dan bukan hanya jeda sementara yang memberikan keuntungan bagi militer Ukraina.
“Tampaknya tak ada pihak yang diuntungkan dari langkah-langkah yang hanya berpura-pura menciptakan perdamaian dalam situasi ini,” kata Ushakov.
AS sebelumnya menyatakan bahwa keputusan akhir mengenai gencatan senjata kini berada di tangan Rusia.
Namun, Rusia tetap menekankan bahwa sanksi yang diberikan terhadapnya harus dicabut sebagai bagian dari kesepakatan yang komprehensif.
Sejarah konflik Rusia-Ukraina
Konflik Rusia-Ukraina adalah konflik bersenjata yang merupakan eskalasi dari perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak 2014.
Rusia dan Ukraina memiliki sejarah yang panjang dan kompleks, terkait erat selama berabad-abad.
Ukraina pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia dan kemudian Uni Soviet.
Dalam perkembangannya, terdapat perpecahan budaya dan politik di Ukraina, di mana sebagian penduduk merasa lebih dekat dengan Rusia sementara yang lain lebih memilih integrasi dengan Eropa.
Pada tahun 2014, terjadi revolusi di Ukraina yang dikenal sebagai Revolusi Maidan.
Protes besar-besaran tersebut berhasil menggulingkan presiden yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych.
Sebagai tanggapan, Rusia menganeksasi Krimea dan memberikan dukungan kepada kelompok separatis di wilayah Donbas, Ukraina timur.
Sejak saat itu, perang antara pasukan pemerintah Ukraina dan separatis yang didukung Rusia terus berlangsung, mengakibatkan lebih dari 13.000 korban jiwa.
Di sisi lain, Rusia telah lama mengungkapkan kekhawatirannya terhadap ekspansi NATO ke arah timur.
Rusia menganggap langkah tersebut sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya, yang turut memperburuk ketegangan antara kedua negara.
Hingga kini, konflik Rusia-Ukraina masih terus berlanjut dengan berbagai upaya diplomasi yang belum membuahkan hasil yang berarti.
Berita Terkait
-
Tarif Baja Trump Picu Ketegangan Baru dalam Perang Dagang AS-Uni Eropa
-
Bantuan Militer Sempat Terhenti Gara-gara Trump-Zelenskyy Bersitegang, Senjata AS Akhirnya Mengalir ke Ukraina
-
Trump Kembali Kirim Senjata ke Ukraina Setelah Gencatan Senjata! Apa yang Berubah?
-
Bencana Kemanusiaan Mengintai: Pemotongan Dana Bantuan USAID Ancam Nyawa Jutaan Orang
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Detik-detik Atap Lapangan Padel Taman Vila Meruya Ambruk Diterjang Badai Jakarta
-
Kemenag Minta Dosen PTK Manfaatkan Beasiswa Riset LPDP, Pembiayaan Hingga Rp 2 Miliar
-
Jalur Kedunggedeh Normal Lagi Usai KA Purwojaya Anjlok, Argo Parahyangan Jadi Pembuka Jalan
-
Menjelang HLN ke-80, Warga Aek Horsik Tapanuli Tengah Akhirnya Nikmati Listrik Mandiri
-
Isi Rapor SMA Ferry Irwandi Dibuka, 40 Hari Tak Masuk Sekolah Tapi Jadi Wakil Cerdas Cermat
-
Pesan Terakhir Pria di Lubuklinggau Sebelum Tenggak Racun: Aku Lelah, Terlilit Utang Judol
-
Curanmor di Tambora Berakhir Tragis: Tembak Warga, Pelaku Dihajar Massa Hingga Kritis!
-
Bantu Ibu Cari Barang Bekas, Anak 16 Tahun di Lampung Putus Sekolah, Ini Kata Kemen PPPA!
-
Sidak Gabungan di Lapas Karawang, Puluhan Ponsel Disita dari Blok Narapidana
-
Bromance di KTT ASEAN: Prabowo Dipeluk Erat PM Malaysia, Tertawa Lepas Bak Kawan Lama