Suara.com - Demonstrasi menolak UU TNI digelar di Jakarta Kamis (27/3/2025) hari ini. Hingga jelang petang, pembubaran massa oleh aparat kepolisian diwarnai tindakan represif. Alih – alih menjadi humanis, Polri justru menembakkan senjata api atau senpi untuk membubarkan demo.
Sebuah video yang tersebar di Twitter atau X menunjukkan segerombolan massa lari menjauh sambil berteriak “pistol pistol.” Suara tembakan terdengar ketika para demonstran sedang berkerumun di tepi jalan dan merusak fasilitas umum.
Polisi intel diduga melepaskan tembakan untuk menertibkan massa. Suara tembakan juga beberapa kali terdengar lewat video tersebut. Akun Twitter @barengwarga yang masif menyebarkan infomasi mengenai unjuk rasa dan menyebarkan video tersebut menulis “intel bawa beceng.” Beceng merupakan istilah untuk menyebut senjata api genggam atau pistol.
Unggahan lain di Twitter juga menandai satu orang berpakaian hitam diduga polisi intel yang terinjak massa kemudian mengeluarkan beceng atau senjata api. Polisi juga kedapatan merusak ransel P3K petugas medis yang sedang berjaga ketika demo berlangsung.
Bukan hanya demo di Jakarta, tindakan represif polisi juga terekam dalam demonstrasi yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur hari ini. Empat orang massa aksi hilang dari barisan, yakni Abhian Ismail, Achmad Alifiyan, Noura Djoefri, dan Achmad Kurnia Ababil. Informasi yang beredar mereka dibawa ke Polres Bojonegoro. Sejumlah saksi mata menyatakan dua di antaranya dibawa dengan mobil ambulans.
Modus membawa demonstran dengan ambulans ini juga terjadi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat beberapa hari sebelumnya. Dilaporkan akun Twitter atau X Humanies Project awalnya satu ambulans telah berjaga di titik aksi, kawasan Al Jihad, Karawang. Ambulans tersebut berfungsi untuk menangani demonstran yang membutuhkan pertolongan medis. Namun, Humanies Project mendapat laporan bahwa ambulans di titik Al Jihad, Karawang, telah dimanfaatkan oleh aparat untuk menangkap peserta aksi.
Tak hanya demo di Jakarta dan Bojonegoro hari ini, dalam sepekan dua demo lain yakni di Kota Malang dan Surabaya juga ricuh. Di kedua kota tersebut, sejumlah demonstran ditangkap. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pos Malang menyatakan enam demostran ikut ditangkap aparat kepolisian pasca-kericuhan aksi demo tolak RUU TNI di depan Kantor DPRD Malang. Demikian data disampaikan Tim Advokasi LBH Pos Malang, Wafdul Adif.
Di Surabaya, dua jurnalis menjadi korban tindakan represif polisi. Dua jurnalis yang jadi korban kekerasan dan intimidasi polisi tersebut adalah Wildan Pratama, wartawan Suara Surabaya, serta Tama Indra, wartawan Beritajatim.com. Keduanya diintimidasi polisi untuk menghapus bukti foto dan video saat aparat menangkapi para demonstran.
Wildan menemukan sekitar 25 pendemo duduk berjejer di deret belakang pos satpam. Dia lalu mengambil foto mereka. Namun tak lama kemudian, seorang anggota polisi mendatanginya. Sementara Tama dipukul dan dipaksa menghapus file video saat dirinya merekam tindakan sejumlah polisi berseragam dan tidak berseragam menganiaya dua pendemo di Jalan Pemuda.
Baca Juga: Gelombang Aksi Tolak UU TNI dan RUU Polri Meluas ke Berbagai Daerah
DPR Imbau Polisi Pakai Cara Humanis
Anggota Komisi III DPR RI Abdullah meminta polisi memakai cara humanis dalam membubarkan mahasiswa dalam demonstrasi penolakan revisi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI).
Pasalnya, belasan mahasiswa terluka akibat kekerasan yang dilakukan sejumlah aparat saat demo beberapa hari lalu.
"Aparat keamanan jangan asal main pukul kepada mahasiswa yang sedang berdemo. Gunakan cara-cara humanis saat hendak menghalau atau membubarkan massa," kata Abdullah dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (22/3/2025), dikutip dari Antara.
Abdullah lantas mengingatkan bahwa polisi punya tugas untuk mengayomi masyarakat. "Jadi, berikan teladan kepada rakyat," katanya.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Jaga Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan , Ini Solusi Pengelolaan Limbah Medis di Indonesia
-
Soroti Kasus Eks Kapolres Ngada jadi Predator Seks Anak, Legislator PDIP: Saya Yakin Masih Banyak
-
KSAD Maruli Ungkap Nasib 2 Prajurit Penembak Mati 3 Polisi di Lampung: Kemungkinan Dipecat!
-
Jenderal Maruli: Pemecatan Pelaku Penembakan 3 Polisi Tunggu Vonis Pengadilan
-
Gelombang Aksi Tolak UU TNI dan RUU Polri Meluas ke Berbagai Daerah
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional