Suara.com - Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengingatkan Presiden Prabowo Subianto untuk tidak bersikap reaktif dan meniru langkah negara lain dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat atau AS.
Sebab, strategi yang digunakan negara-negara lain dalam menghadapi tekanan tarif baru tersebut belum tentu ideal bagi Indonesia.
Nur mengatakan bahwa tekanan tarif resiprokal secara umum memaksa negara-negara terdampak bergerak cepat dengan strategi yang berbeda-beda.
Misalnya, Taiwan yang secara mengejutkan memilih jalur non-retaliasi. Pada Minggu (6/4/2025) melalui Presiden Lai Ching-te, Taiwan secara terbuka menawarkan negosiasi yang dimulai dari tarif 0 persen dengan AS.
Mereka juga mengusulkan pendekatan negosiasi serupa perjanjian ASMCA (antara AS, Meksiko, Kanada) dan berjanji akan memperluas pembelian produk-produk AS untuk secara proaktif mengurangi defisit perdagangan bilateral yang kerap disorot oleh Washington.
"Langkah Taiwan ini, meskipun tampak sangat akomodatif dan penuh konsesi, menunjukkan dua hal penting bagi Indonesia," katanya kepada Suara.com, Selasa (8/4/2025).
Pertama, langkah yang diambil Taiwan itu menunjukan betapa seriusnya dampak kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Sehingga mereka mencari solusi cepat sekalipun harus mengorbankan banyak hal.
Kedua, hal ini menjadi pengingat nyata bahwa para pesaing ekonomi Indonesia tidak tinggal diam. Di mana mereka berani mengambil langkah drastis untuk mengamankan akses pasar.
"Namun, strategi yang dipilih Taiwan belum tentu merupakan model yang ideal atau bahkan cocok untuk Indonesia," jelas Nur.
Baca Juga: Saran Rocky Buat Prabowo 'Lawan' Tarif Trump: Kuatkan Diplomasi, Jadikan Dino Patti Djalal Dubes
Dengan struktur ekonomi yang berbeda, serta kepemilikan aset strategis unik seperti cadangan nikel terbesar dunia dan posisi geopolitik sentral di ASEAN, Indonesia menurut Nur sebenarnya memiliki kartu truf yang tidak dimiliki Taiwan.
Meniru langkah Taiwan dengan serta-merta menawarkan konsesi besar di awal justru dinilainya dapat melemahkan posisi tawar Indonesia yang sesungguhnya lebih kuat di area-area tertentu.
"Oleh karena itu, respons Indonesia haruslah terkalkulasi, tidak sekadar reaktif meniru langkah negara lain. Fokus utama harus tetap pada bagaimana mengonversi keunggulan unik tersebut menjadi daya tawar konkret dalam sebuah kerangka negosiasi 'beri dan ambil' (give and take) yang dirancang secara cerdas dan spesifik," ungkapnya.
Merancang Paket 'Win-win'
Nur menyebut kunci keberhasilan negosiasi dengan pemerintahan yang pragmatis seperti yang dipimpin Trump adalah kemampuan merancang paket kesepakatan yang jelas-jelas menguntungkan kedua belah pihak secara konkret.
Diplomasi konvensional dan retorika persahabatan, kata dia, perlu dilengkapi dengan proposal 'beri dan ambil' atau give and take yang spesifik dan terukur.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
Pilihan
-
9 Mobil Bekas Paling Lega dan Nyaman untuk Mengantar dan Jemput Anak Sekolah
-
Belum Sebulan Diluncurkan, Penjualan Toyota Veloz Hybrid Tembus 700 Unit
-
Kekayaan dan Gaji Endipat Wijaya, Anggota DPR Nyinyir Donasi Warga untuk Sumatra
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
-
7 Sepatu Lari Lokal untuk Mengatasi Cedera dan Pegal Kaki di Bawah 500 Ribu
Terkini
-
Kemensos Siapkan Santunan Rp 15 Juta untuk Korban Meninggal Bencana Sumatra, Kapan Cair?
-
Gempa M 4,7 Guncang Sumbar, BMKG Ungkap Sudah Terjadi 16 Kali Sepekan
-
Sidang Perkara Tata Kelola Minyak, Kerry Riza Bantah Intervensi Penyewaan Kapal Oleh Pertamina
-
Kurangi Risiko Bencana Hidrometeorologi, KLH Dukung Penanaman Pohon di Hulu Puncak
-
Penasihat DWP Kemendagri Tri Tito Karnavian Tegaskan Kualitas Manusia Indonesia: Mulai dari Keluarga
-
Trotoar 'Maut' di Tugu Yogyakarta, Pedestrian Jogja Belum Ramah Difabel
-
Menunjuk Hidung Menteri di Balik Bencana Sumatra, Siapa Paling Bertanggung Jawab?
-
Tambang Disebut Jadi Biang Kerok Gaduh PBNU, Begini Kata Gus Yahya?
-
Pemprov DKI Tanggung Seluruh Biaya Pemakaman Korban Kebakaran Maut Kemayoran
-
Cerita Hasto Pernah Tolak Tawaran Jadi Menteri: Takut Nggak Tahan Godaan