Suara.com - Sosiolog Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Hariyadi mengomentari monolog Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang membahas soal bonus demografi. Berkaca dari situasi anak muda saat ini, secara sosiologis dan politik tidak memiliki arti yang penting.
"Bahkan bisa jadi menjadi tidak menguntungkan. Anak muda sekarang terlihat rentan, bahkan terpinggirkan yang langsung atau tidak merupakan dampak dari kebijakan negara itu sendiri," kata Hariyadi kepada Suara.com, dikutip pada Sabtu (26/5/2025).
Dalam konteks politik, anak muda menurutnya hanya dipandang sebagai pemilih yang suaranya dibutuhkan saat pemilihan umum.
"Anak muda bahkan hanya dimanfaatkan suaranya oleh kaum elit yang ingin menapak ke puncak kekuasaan. Dan kelompok kecil dari anak muda yang beruntung punya akses kekuasaan dilibatkan dalam menopang kekuasaan yang tidak menghiraukan pendapat rakyat," jelasnya.
Dia mempertanyakan bagaimana anak muda dapat berperan penting dalam penentuan sejarah bangsa pada masa kini dan mendatang, jika sebagai bagian dari rakyat, tidak pernah diajak terlibat dalam penyusunan kebijakan yang berdampak.
"Anak muda tidak dapat menjadi jawaban di masa depan jika UU Cipta Kerja yang lahir dari proses yang tidak demokratis dan menjadi penyebab banyaknya PHK dan tutupnya bisnis rintisan tidak dihapuskan," ujarnya.
"Anak muda semakin tidak tertarik membangun pertanian yang sedang terpuruk ketika peran petani semakin dimarjinalkan oleh korporasi yang membangun lahan pertanian dan militer yang diterjunkan untuk menggarap lahan," sambungnya.
Monolog Gibran Soal Bonus Demografi
Sebelumnya Gibran mengunggah video monolog terkait bonus demografi berjudul "Giliran Kita." Video itu diunggahnya di channel Youtube Gibran Rakabuming.
Baca Juga: Rocky Gerung Puji Purnawirawan TNI Desak Gibran Lengser: 'Batin Mereka Masih Sangat Berani!'
Video itu berdurasi 6 menit 19 detik. Dalam monolognya Gibran menyebut Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan global, baik situasi ekonomi, perang dagang, geopolitik, serta perubahan iklim yang membawa perubahan di berbagai sektor.
"Tapi di sisi lain sebagai negara besar, sebagai negara yang menaungi kehidupan 284 juta penduduknya, harus tetap tumbuh, harus tetap lincah, dan adaptif," kata Gibran membuka monolognya.
Meski adanya tantangan itu, Gibran menyakini Indonesia memiliki peluang yang jauh lebih besar. Dia menyebut soal bonus demografi yang akan didapat Indoensia yang menurutnya akan terjadi pada tahun 2030 sampai dengan 2045.
"Banyak yang sudah mendengar tentang bonus demografi. Kondisi di mana lebih dari separuh penduduk suatu negara berada pada usia yang produktif."
Dijelaskannya, bonus demografi suatu kondisi yang hanya terjadi satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa. Pada saat itu lah penduduk berusia produktif memiliki proporsi yang lebih besar sehingga mempunyai pengaruh signifikan dalam menentukan arah kemajuan.
"Ini adalah peluang peluang besar kita. Ini adalah kesempatan emas kita untuk mengelola bonus demografi agar bukan menjadi sekedar bonus, bukan sekedar angka statistik, tapi justru sebagai jawaban untuk masa depan Indonesia. Di mana faktor penentunya ada di teman-teman semua," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
Terkini
-
Masih Diperiksa Intensif Polisi Bareng Beby Prisillia, Onad Sudah Ditetapkan Tersangka?
-
Dijaga Ketat 1.500 Ribu Aparat, Begini Pengamanan Berlapis Konser BLACKPINK di SUGBK Jakarta
-
5 Fakta Kasus Narkoba Onad: Dicokok Lagi Santuy Bareng Istri hingga Diduga Sempat Tenggak Ekstasi
-
Masih Pakai Helm, Geger Pemuda Tewas Gantung Diri di Flyover Pasupati Bandung
-
Ahli Ungkap Ada Faktor Disinformasi dan Manipulasi saat Rumah Sahroni hingga Uya Kuya Dijarah
-
Bongkar Habis! Mahfud MD Beberkan Kejanggalan di Balik Proyek Kereta Cepat Whoosh Era Jokowi
-
Jadi Penyebab Banjir di Jati Padang, Pramono Minta Tanggul Baswedan Segera Diperbaiki
-
Jakarta Siaga 25 Hari ke Depan! Waspada Cuaca Ekstrem dan Banjir Mengintai
-
Bobby Nasution Temui Guru Honorer Saling Lapor Polisi dengan Ortu Siswa, Dorong Penyelesaian Damai
-
Pemprov DKI Bakal Berikan Santunan Korban Pohon Tumbang, Ini Syaratnya