Suara.com - Indonesia, negeri tropis yang dikenal dengan hutan hujan dan garis pantainya, membawa suara penting dalam isu yang tampaknya jauh: pelestarian gletser.
Dalam High-Level Conference on Glaciers Preservation (HLCGP) di Tajikistan, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Christiawan Nasir memimpin delegasi Indonesia untuk menunjukkan bahwa krisis iklim tak mengenal batas geografis.
"Indonesia mungkin negara tropis, tetapi kami juga memiliki gletser," ujar Wamenlu Arrmanatha.
Pernyataan itu bukan sekadar simbolik. Di Papua, gletser Puncak Carstensz hampir punah—99 persen luasnya telah hilang akibat perubahan iklim. Hilangnya gletser ini bukan sekadar kehilangan lanskap. Ini adalah peringatan akan darurat iklim yang nyata.
Dalam forum yang dihadiri lebih dari 2.200 delegasi dari 65 negara dan puluhan organisasi internasional, Indonesia menegaskan posisi: sistem multilateral harus diperkuat, terutama dalam hal pendanaan iklim yang adil dan akses teknologi adaptif.
“Pelestarian gletser adalah pelestarian masa depan umat manusia,” tegas Wamenlu.
Presiden Tajikistan Emomali Rahmon membuka konferensi dengan mengingatkan bahwa lebih dari 600 gigaton es telah hilang dalam beberapa dekade terakhir.
Sementara itu, Wakil Sekjen PBB Amina J. Mohammed menyerukan pentingnya kolaborasi lintas sektor, dukungan keuangan yang kokoh, serta pemanfaatan teknologi cerdas, seperti kecerdasan buatan (AI), untuk mempercepat capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Meski bukan negara bersalju, kehadiran Indonesia dalam konferensi ini menjadi penanda. Bahwa dalam menghadapi krisis iklim global, semua negara punya peran. Tidak ada yang terlalu kecil. Tidak ada yang terlalu jauh.
Baca Juga: Kenaikan Air Laut karena Gunung Es Mencair Ancam Jutaan Orang, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Puncak Kartens Tak Seputih Dulu
Pada akhir 2024, citra satelit menunjukkan penurunan drastis luas hamparan salju di kawasan ini. Kini, yang tersisa hanya sekitar 18 hektare.
Kabar ini disampaikan Kepala Balai Taman Nasional (TN) Lorenz, Manuel Mirino, dengan nada penuh keprihatinan. “Dampak yang ditimbulkan selain musnahnya habitat dan tanaman juga dapat menyebabkan terjadinya kekeringan,” kata Manuel.
Ia menegaskan, pemanasan global menjadi ancaman nyata bagi ekosistem Pegunungan Jayawijaya. Jika tren pencairan ini terus berlanjut, bukan hanya ekosistem yang terancam, tapi juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
“Bila terus menyusut, dikhawatirkan bukan saja ekosistem di Puncak Cartenz yang terdampak tetapi juga masyarakat kawasan tersebut,” ujar Manuel.
TN Lorenz merupakan kawasan konservasi seluas 2,3 juta hektare yang membentang luas di tiga provinsi di Papua: Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Wilayahnya meliputi sepuluh kabupaten, dari dataran rendah yang lembab hingga puncak bersalju yang kini terancam hilang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
- 7 Rekomendasi Sabun Cuci Muka dengan Niacinamide untuk Mencerahkan Kulit Kusam
- John Heitingga: Timnas Indonesia Punya Pemain Luar Biasa
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
RS Kapal Terapung IKA Unair Siap Dikerahkan ke Aceh, Waspada Penyakit Pascabanjir
-
105 SPPG di Aceh Jadi Dapur Umum, 562.676 Porsi Disalurkan ke Warga Terdampak
-
Prabowo Pastikan Stok Pangan Pengungsi Bencana di Sumatra Aman, Suplai Siap Dikirim dari Daerah Lain
-
Presiden Prabowo Hapus Utang KUR Petani Korban Banjir dan Longsor di Sumatra
-
Konferda PDIP Jabar, Hasto Tekankan Politik Lingkungan sebagai Jalan Perjuangan
-
Alarm Hari HAM: FSGI Catat Lonjakan Tajam Kekerasan di Sekolah Sepanjang 2025
-
Tinjau Bencana di Aceh, Presiden Prabowo Targetkan Perbaikan Jembatan dalam Sepekan
-
Standar Dapur MBG Ditingkatkan, Insentif Fasilitas Harian Rp 6 Juta Kini Bisa Dioptimalkan
-
Pengamat Dukung Langkah Mendagri Tito Periksa Bupati Aceh Selatan: Perlu Disanksi Tegas
-
Bantuan Bencana Sumatra Tembus Rp 66 Miliar, Kemensos Mulai Masuk ke Daerah Terisolir