Suara.com - Upaya Indonesia dalam menata ulang peta energi nasional menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan kembali mendapat dukungan dari mitra luar negeri.
Salah satu negara yang menjadi rujukan dalam transisi energi adalah Norwegia—sebuah negara Skandinavia yang telah lama membuktikan keberhasilan dalam memanfaatkan sumber daya alamnya untuk menghasilkan listrik rendah karbon.
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, belum lama ini menyampaikan harapan agar Indonesia dapat memperluas kerja sama dengan Norwegia dalam pengembangan energi bersih. Hal ini disampaikan saat ia menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Rut Kruger Giverin, di Jakarta.
"Indonesia berharap agar pengalaman yang dimiliki oleh Norwegia tersebut dapat membantu Indonesia untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) guna mencapai target energi bersih Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2030," ujar Sugiono, melansir ANTARA, Kamis (5/6/2025).
Pernyataan tersebut tidak datang tanpa alasan. Norwegia telah menjadi salah satu negara dengan sistem ketenagalistrikan paling bersih di dunia. Lebih dari 90 persen listrik negara itu dihasilkan dari tenaga air.
Dengan ribuan bendungan dan pembangkit listrik tenaga air yang dikelola secara berkelanjutan, Norwegia menunjukkan bahwa transisi energi bukan sekadar wacana, melainkan sebuah kebijakan yang diterapkan secara sistematis dan jangka panjang.
Indonesia, yang memiliki potensi sumber daya air melimpah di berbagai wilayah, terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua, sejatinya memiliki peluang serupa. Namun untuk bisa melangkah ke arah itu, dibutuhkan komitmen politik yang kuat, dukungan kebijakan yang stabil, dan ekosistem investasi yang kondusif.
Menggali Pelajaran dari Skandinavia
Selain keunggulan di sektor hidroelektrik, Norwegia juga berinvestasi besar dalam diversifikasi energi bersih. Energi angin lepas pantai, tenaga surya, hingga pengembangan teknologi energi gelombang laut terus dikembangkan. Negara itu juga menjadi pelopor dalam pengembangan kendaraan listrik dan penangkapan karbon dari industri berbasis fosil.
Baca Juga: Di Jepang, Masa Depan Energi Bersih Ada di Atap Rumah dan Mobil Listrik
Salah satu pelajaran penting dari Norwegia adalah keterlibatan sektor energi tradisional dalam transisi ini. Perusahaan minyak dan gas nasional Norwegia, Equinor, tidak hanya bertahan di sektor fosil, tetapi juga berperan aktif dalam membangun infrastruktur energi terbarukan. Model seperti ini menunjukkan bahwa industri minyak tidak harus menjadi penghambat transisi, melainkan bisa menjadi aktor penting dalam perubahan.
Indonesia memiliki pemain besar seperti Pertamina dan PLN yang secara finansial dan teknis mumpuni. Jika diberi insentif dan dorongan kebijakan yang tepat, perusahaan-perusahaan ini bisa memainkan peran penting dalam mempercepat pengembangan energi terbarukan, baik melalui investasi langsung maupun kerja sama dengan perusahaan global.
Menata Ulang Kebijakan Energi Nasional
Salah satu fondasi keberhasilan Norwegia adalah kebijakan publik yang konsisten dan berpihak pada energi bersih. Insentif fiskal, kepastian hukum, dan target jangka panjang yang jelas menjadi faktor pendorong utama. Pemerintah Indonesia sepatutnya belajar dari hal ini dengan memperkuat regulasi yang mendukung investasi hijau dan menciptakan sistem harga energi yang transparan dan menarik bagi investor.
Langkah awal sebenarnya telah diambil melalui penyusunan RUPTL 2025–2030, yang menargetkan porsi energi baru dan terbarukan semakin besar dalam bauran energi nasional. Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi tantangan, mulai dari keterbatasan infrastruktur, perizinan yang rumit, hingga fluktuasi komitmen antar lembaga.
Tidak kalah penting adalah membangun fondasi pengetahuan. Norwegia menjadikan riset dan inovasi sebagai bagian integral dari strategi energinya. Pemerintah, universitas, dan industri membentuk ekosistem yang saling mendukung dalam pengembangan teknologi energi bersih. Indonesia dapat meniru langkah ini dengan memperkuat kolaborasi riset dan meningkatkan pendanaan untuk pengembangan teknologi lokal.
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar
-
Jurus Prabowo Setop Wisata Bencana: Siapa Pejabat yang Disentil dan Mengapa Ini Terjadi?
-
Gus Yahya Ajak Warga Nahdliyin Bersatu Hadapi Tantangan, Terutama Bencana Sumatra
-
Ramai Patungan Beli Hutan, Memang Boleh Rimba Dibeli Dan Bagaimana Caranya?