Dia pun menjelaskan bahwa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi nabi adalah "Orang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia."
Namun, Dedy menekankan bahwa dalam perbincangan filsafat, sastra, dan tafsir sosial, kata "nabi" sering digunakan secara kiasan atau simbolik.
Dia memberikan beberapa contoh penggunaan kiasan tersebut, seperti "Socrates adalah nabi akal budi", "Karl Marx adalah nabi revolusi kelas" dan "Buddha adalah nabi kesadaran batin."
Menurut Dedy, penggunaan istilah ini tidak berarti mereka secara harfiah mendengar suara Tuhan.
Itu berlaku untuk orang menyuarakan nilai-nilai agung, membawa pesan moral, dan membimbing umat manusia dari kegelapan menuju pencerahan.
Dedy Nur juga membantah argumen bahwa tidak ada satu pun manusia selain dirinya yang menyatakan Jokowi memiliki sifat kenabian.
Dia menegaskan bahwa tidak diperlukan banyak orang untuk mengawali sebuah pemikiran.
Banyak ide besar dalam sejarah justru berangkat dari satu orang yang mampu melihat sesuatu yang belum dilihat orang lain.
Dia mencontohkan Nelson Mandela yang dulunya dianggap pengacau sebelum akhirnya disebut pembawa cahaya rekonsiliasi.
Baca Juga: Kian Mesra, Siti Zuhro: Hubungan Prabowo-Megawati Bisa Redam Pengaruh Politik Jokowi
Serta Mahatma Gandhi dengan strategi ahimsa-nya yang kemudian disebut "nabi tanpa senjata."
Dedy menambahkan bahwa penilaiannya terhadap Jokowi sebagai sosok yang memiliki sifat kenabian adalah sah sebagai penilaian pribadi yang berbasis pada nilai-nilai etis, bukan karena menerima wahyu.
Lebih lanjut, Dedy Nur turut meluruskan anggapan bahwa kata "nabi" hanya milik satu agama tertentu.
Dia menjelaskan bahwa hampir semua peradaban memiliki tokoh "kenabian" dalam pengertian pembawa nilai luhur, kebijaksanaan, dan pencerahan.
Dedy memberikan contoh seperti Zoroaster di Persia kuno, Kong Hu Cu di Tiongkok, Siddharta Gautama (Buddha) di India, serta Isaiah, Musa, Yesus, dan Muhammad SAW yang muncul di tempat dan waktu berbeda.
Menurut Dedy Nur, menyebut "nabi" tanpa menamai agama spesifik bukan berarti salah.
Berita Terkait
-
Kian Mesra, Siti Zuhro: Hubungan Prabowo-Megawati Bisa Redam Pengaruh Politik Jokowi
-
Jokowi Kini Jarang Ditemui Prabowo, Tanda-tanda Pengaruhnya Mulai Pudar?
-
Jelang 2029: Jokowi dan Gibran Pisah Partai, Strategi Jitu Rebut Kursi Presiden?
-
Jokowi Lebih Pilih PSI, Elite PPP Pamer Masih Punya Amran dan Sandiaga Uno
-
Laporkan Roy Suryo Cs, Peradi Bersatu Desak Polisi Naikkan Status Kasus Ijazah Palsu Jokowi
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri