Suara.com - Di balik dinginnya kabut Gunung Rinjani, terselip kisah hangat tentang keberanian dan kemanusiaan.
Seorang pria sederhana bernama Abdul Haris Agam, atau lebih dikenal dengan nama Agam Rinjani.
Mendadak jadi sorotan nasional. Bahkan internasional. Berkat aksinya mengevakuasi pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang tewas di jurang curam gunung ikonik di Nusa Tenggara Barat tersebut.
Namun siapa sangka, sosok pemberani ini dulunya tumbuh besar di tengah tumpukan sampah?
Tumbuh di TPA Tamangapa Makassar, Dibesarkan oleh Pendidikan dan Mimpi
Agam lahir pada 22 Desember 1988 di Makassar. Masa kecilnya jauh dari gemerlap kota.
Ia dan kakaknya, Naris, menghabiskan hari-hari mereka di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa, Kecamatan Manggala.
Mereka hidup sebagai pemulung, mencari barang-barang layak jual untuk bertahan hidup.
Namun di tengah kerasnya lingkungan TPA, sebuah cahaya harapan datang.
Baca Juga: 'Juliana Dibiarkan Mati': Keluarga Tuntut Keadilan, Kuak Borok Sistem Penyelamatan Rinjani?
Mahasiswa dari berbagai kampus datang secara sukarela ke lokasi itu untuk mengajar anak-anak.
Dari sinilah benih pendidikan dan semangat belajar tumbuh dalam diri Agam kecil.
“Walaupun kami memulung, kami masih bisa belajar. Itu luar biasa bagi kami,” ujar Naris kepada Suara.com, mengenang masa kecilnya bersama sang adik.
Beruntung, Agam bisa melanjutkan pendidikan hingga masuk Jurusan Antropologi Universitas Hasanuddin (Unhas) dan bergabung dalam organisasi pencinta alam, Korpala Unhas.
Dari kampus dan alam bebas, Agam menemukan jati dirinya. Ia mantap menapaki jalan sebagai pencinta dan penjaga alam.
"Dulu dia ekpedisi naik perahu ke Australia," ungkap Naris.
Menjadi Penjaga Rinjani dan Pahlawan Tak Bernama
Kini, Agam tinggal di Lombok dan dikenal sebagai guide profesional di Gunung Rinjani.
Ia juga mendirikan Etno Shop Adventure, usaha travel yang menyediakan open trip dan private trip ke gunung maupun pantai.
Namun yang membuat namanya dikenal luas bukanlah bisnis, melainkan keberanian.
Agam memimpin tim evakuasi untuk membawa turun jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang jatuh ke jurang sedalam 590 meter.
Aksi ini bukan perkara mudah. Kabut tebal, medan terjal, dan malam yang mencekam memaksa Agam dan tim menginap di tepi jurang bersama jenazah Juliana.
“Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam. Kami pasang anchor supaya tidak ikut meluncur 300 meter lagi,” tulis Agam di akun Instagram-nya, @agam\_rinjani.
Video Evakuasi Viral, Dunia Beri Penghormatan
Aksi heroik Agam terekam dalam video yang kemudian viral. Di sana, terlihat ia menuruni tebing dengan seutas tali panjang, menarik tubuh Juliana dari dasar jurang.
Saat ia dan jasad Juliana berhasil mencapai puncak, dunia menyambutnya dengan decak kagum.
Media Brasil turut menyoroti kisah ini. Warganet Brasil memenuhi kolom komentar Instagram Agam dengan ucapan terima kasih dan penghormatan:
“Terima kasih Agam Rinjani. Keberanian dan kemanusiaanmu adalah cahaya di tengah kegelapan,” tulis akun @faleiofficial.
“Dia pahlawan tanpa jubah! Harus diberi medali kehormatan,” kata akun @julia\*\*\*.
Ratusan Kali ke Puncak Rinjani
Apa yang dilakukan Agam bukanlah kebetulan. Ia adalah pendaki senior dengan pengalaman luar biasa.
Dalam wawancara di kanal YouTube Gakkum Kehutanan, Agam menyebut bahwa ia telah mendaki Gunung Rinjani sebanyak 574 kali, dengan 352 kali ke puncaknya.
Kadang ia naik tiga kali seminggu, bahkan pernah one day trip bolak-balik. Pengalaman ini membuatnya sangat memahami setiap jalur dan risiko pendakian.
Salah satu momen paling membekas baginya adalah ketika harus mengevakuasi pendaki asal Israel yang jatuh 160 meter dari pucuk Rinjani karena selfie.
Penghargaan dan Pengabdian
Pada 2024 lalu, Agam mendapat penghargaan atas dedikasinya dalam vertical rescue—penyelamatan vertikal bagi korban pendakian.
Di unggahan Instagram-nya, terlihat piagam yang diberikan atas nama Abdul Haris Agam, sebagai bentuk apresiasi atas kerja kemanusiaan yang luar biasa.
Namun lebih dari sekadar penghargaan, Agam mengajak kita semua untuk lebih peduli terhadap keamanan saat mendaki.
“Perhatikan savety (keamanan). Karena relawan seperti kami juga punya keterbatasan,” tegasnya.
Dari Jurang Sampah ke Tebing Rinjani
Kisah Agam adalah cerita tentang harapan, pendidikan, dan ketekunan. Dari anak pemulung yang tumbuh di TPA, ia menjelma jadi penjaga gunung, pemandu profesional, dan pahlawan yang dikenang dunia.
Bukan karena dia punya segalanya, tapi karena dia tidak menyerah. Tidak pada keadaan, tidak pada keterbatasan.
Agam Rinjani mengingatkan kita, bahwa keberanian tak selalu lahir dari seragam atau pangkat.
Kadang, ia datang dari seseorang yang rela tidur di pinggir tebing, menggenggam jenazah seorang asing, demi satu hal. Kemanusiaan.
Sosok yang Patut Diteladani
Kisah Agam Rinjani bukan sekadar viral. Ia adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih manusiawi, lebih peduli, dan lebih berani.
Di tengah dunia yang penuh hiruk-pikuk, masih ada orang yang memilih memberi tanpa pamrih.
Agam membuktikan, dari tempat paling gelap pun, seseorang bisa tumbuh jadi cahaya. Dan dari dasar jurang sekalipun, kemanusiaan bisa terangkat tinggi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Purbaya Gregetan Soal Belanja Pemda, Ekonomi 2025 Bisa Rontok
-
Terjerat PKPU dan Terancam Bangkrut, Indofarma PHK Hampir Seluruh Karyawan, Sisa 3 Orang Saja!
-
Penculik Bilqis Sudah Jual 9 Bayi Lewat Media Sosial
-
Bank BJB Batalkan Pengangkatan Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris, Ada Apa?
-
Pemain Keturunan Jerman-Surabaya Kasih Isyarat Soal Peluang Bela Timnas Indonesia
Terkini
-
Dasco Ungkap Ultimatum Prabowo dari Hambalang: Sikat Habis Kader Korup!
-
Polisi Ringkus Dua Pelaku Curanmor yang Tembak Mati Hansip di Cakung
-
KPK Tahan 5 Pengusaha yang Diduga Suap Eks Bupati Situbondo Karna Suswandi, Ini Nama-namanya
-
Gempur Titik Rawan Banjir, Pemkot Surabaya Siapkan Drainase Maksimal Jelang Musim Hujan
-
JATAM: Warga Pro dan Kontra Tambang di Halmahera Sama-sama Korban Sistem yang Merusak
-
KPK 'Bedah' Prosedur Izin TKA, Mantan Sekjen Kemnaker Heri Sudarmanto Dicecar Soal Pungli
-
Diwawancara Pramono, Zidan Penyandang Disabilitas Diterima Kerja di Transjakarta
-
JATAM: Negara Abai Lindungi Warga dari Dampak Beracun Tambang Nikel di Halmahera
-
Sebut Soeharto Tak Layak Jadi Pahlawan, GUSDURian: Selama Orba Banyak Lakukan Dosa Besar
-
Mafia Tanah Ancam Banyak Pihak, JK: Saya Sendiri Korbannya, Harus Dilawan Bersama!