Suara.com - Para ilmuwan yang terlibat dalam perumusan aturan internasional mengenai penambangan laut dalam menyatakan kekhawatirannya terhadap kemampuan manusia memulihkan ekosistem laut dalam yang rusak.
Hingga kini, belum ada kepastian apakah pemulihan tersebut mungkin dilakukan, dan jika ya, berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Sebagai salah satu wilayah liar terakhir di Bumi, dasar laut kini menjadi incaran negara dan perusahaan swasta untuk mengeksplorasi sumber daya mineral penting seperti kobalt, nikel, tembaga, dan mangan.
Mineral ini dibutuhkan untuk menunjang teknologi energi baru, termasuk baterai kendaraan listrik.
Nodul polimetalik seukuran kentang yang kaya akan mineral tersebut ditemukan melimpah di dasar Samudra Pasifik tengah. Sejumlah perusahaan mengklaim bahwa penambangan nodul-nodul ini dapat dilakukan dengan dampak minimal terhadap lingkungan.
Namun, klaim ini dibantah oleh para ilmuwan dan pegiat konservasi laut.
"Jika kita menghilangkan nodul dari dasar laut, kita tidak tahu apa yang hilang, yang kita tahu hanyalah bahwa nodul itu hilang selamanya," demikian salah satu temuan dari proyek konservasi DEEP REST yang dipresentasikan di sela pertemuan Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA) di Kingston, Jamaika.
Para peneliti dalam proyek ini menegaskan bahwa sejauh ini, semua upaya restorasi yang mereka lakukan masih bersifat jangka pendek, dan belum menunjukkan hasil menggembirakan.
"Ekosistem tidak pulih dalam beberapa tahun," kata Jozee Sarrazin, peneliti dari Institut Ilmu Kelautan Prancis (Ifremer).
Baca Juga: Suara dari Tanah yang Terluka: Orang Muda Papua Menuju COP30
Koordinator DEEP REST juga menambahkan bahwa jika pun restorasi memungkinkan, "itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, dan saat ini kami tidak memiliki data untuk mengatakan apakah itu akan memakan waktu 100 tahun atau 1.000 tahun."
Wilayah dasar laut yang diincar ini sebenarnya merupakan rumah bagi jutaan spesies laut, termasuk karang lunak, spons, dan anemon yang hanya bisa bertahan karena adanya nodul sebagai substrat tempat mereka menempel.
Studi MiningImpact yang dipresentasikan oleh Matthias Haeckel dari pusat riset GEOMAR Jerman menegaskan bahwa aktivitas penyedotan nodul serta penyebaran sedimen menyebabkan turunnya populasi, keragaman hayati, dan fungsi ekosistem.
"Singkatnya, pada akhirnya kita berbicara tentang masa pemulihan ribuan tahun," ujarnya.
Sejumlah eksperimen dengan nodul buatan sedang dilakukan, namun hasilnya belum diketahui.
"Kami menempatkan nodul buatan dari tanah liat laut dalam di beberapa lokasi pada kedalaman 4.500 meter," ujar Sabine Gollner, ahli biologi dari Royal Netherlands Institute for Sea Research.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Polisi Bongkar Perusak Kebun Teh Pangalengan Bandung, Anggota DPR Acungi Jempol: Harus Diusut Tuntas
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam
-
Pakar UIKA Dukung Anies Desak Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera
-
BNI Raih Apresiasi Kementerian UMKM Dorong Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
-
BNI Dorong Digitalisasi dan Transparansi Rantai Pasok FMCG