Suara.com - Langkah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang terus-menerus menegaskan kedekatan politiknya dengan Presiden Joko Widodo dinilai sebagai strategi yang bisa menjadi bumerang.
Alih-alih sukses mendongkrak elektabilitas, manuver ini justru dianggap sebagai pertaruhan yang berbahaya.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga, menganalisis bahwa langkah PSI mengidentikkan diri dengan Jokowi adalah bentuk jalan pintas yang lahir dari ketidakpercayaan diri dan kegagalan membangun basis ideologis yang kuat.
“PSI kiranya ingin mendompleng popularitas dan loyalis basis pemilih Jokowi. Harapannya, popularitas Jokowi dapat tertular ke PSI,” kata Jamiluddin kepada Suara.com, saat dihubungi pada Senin (21/7/2025).
Menurutnya, logika PSI untuk menarik loyalis presiden dua periode itu terlalu matematis dan menyederhanakan kompleksitas politik.
“Berpikir demikian tentu sangat matematis. Dalam politik, berpikir matematis kerap mengecoh, dan hasilnya akan jauh dari harapan,” ujar Jamiluddin.
Persoalan utamanya, Jamiluddin menekankan, adalah kekuatan elektoral Jokowi yang sudah tidak sekuat saat ia masih menjabat sebagai presiden.
Kepercayaan publik terhadap Jokowi disebutnya telah mengalami penurunan seiring munculnya berbagai isu negatif yang menerpanya belakangan ini.
“Isu negatif seolah datang silih berganti. Hal itu kiranya sudah menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi,” jelasnya.
Baca Juga: Badai Pertama Kaesang di PSI: Menang Lawan Bro Ron, Dibalas Ancaman Mengerikan dari Akar Rumput
Kondisi inilah yang membuat strategi 'menempel' pada Jokowi menjadi sangat berisiko.
Sebelumnya, pendiri PSI Jeffrie Geovanie sempat mengungkap bahwa partainya memang menyusun strategi emosional untuk membujuk keluarga Jokowi agar bergabung.
Strategi ini berhasil ketika Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, resmi didapuk menjadi Ketua Umum PSI pada 2023.
Namun, ketergantungan ini justru dipandang sebagai indikator kegagalan PSI dalam membangun kekuatan secara mandiri.
"Partai anak muda ini tetap terpuruk dan semakin tak percaya diri. Untuk mengerek elektabilitas, PSI akhirnya mengambil jalan pintas dengan mendompleng ketokohan dan popularitas Jokowi," katanya.
Pada akhirnya, Jamiluddin memperingatkan bahwa bersandar pada popularitas Jokowi yang juga mulai memudar adalah sebuah kesalahan strategis dengan konsekuensi serius.
Alih-alih bersinar, masa depan partai justru bisa ikut meredup.
"PSI bisa jadi akan semakin redup mengikuti redupnya Jokowi," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
- Buktinya Kuat, Pratama Arhan dan Azizah Salsha Rujuk?
Pilihan
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
-
Waktu Rujuk Hampir Habis! Jumat Minggu Depan Pratama Arhan Harus Ikrar Talak ke Azizah Salsha
-
Nadiem Makarim Jadi Menteri Ke-7 Era Jokowi yang Jadi Tersangka Korupsi, Siapa Aja Pendahulunya?
-
Jadwal dan Link Streaming Timnas Indonesia vs Taiwan Malam Ini di GBT
Terkini
-
Kisah Pilu Napi di Lapas Kediri: Disodomi Tahanan Lain hingga Dipaksa Makan Isi Staples!
-
Pakistan Berduka: Korban Banjir Melonjak Drastis
-
YLKI Desak Penyelesaian Masalah Stok dan Harga Beras di Pasaran
-
Eks Stafsus Jokowi Wafat: Ini Sepak Terjang hingga Karier Politik Arif Budimanta
-
Dilema KPK: Sita Mercy Antik Habibie dari Ridwan Kamil, tapi Pembayarannya Ternyata Belum Lunas
-
Bantah Tegas Kabar Darurat Militer, TNI: Tidak Ada Niat, Rencana Memberlakukan
-
Didesak Bebaskan Seluruh Demonstran yang Ditahan, Polri Klaim Tidak Antikritik
-
Zetro Staf KBRI Diduga Tewas di Tangan Pembunuh Bayaran, Presiden Peru Surati Prabowo
-
Kapuspen TNI Jawab Tuntutan 17+8 'Kembali ke Barak': Kami Hormati Supremasi Sipil
-
Tunjangan Rumah Setop, DPR Pastikan Pensiun Tetap Ada: Ini Rincian Gaji Anggota Dewan