Sadar Konsekuensi Dicap 'Band Plat Merah'
Slank sepenuhnya menyadari bahwa setiap pilihan politik memiliki konsekuensi. Stigma sebagai "band istana" atau "band plat merah" kerap mereka terima. Mahfud MD pun mengakui hal tersebut.
"Slank itu juga sadar adanya konsekuensi dan nada miring ketika mereka mengambil sikap politik tertentu, seperti dicap sebagai 'band plat merah'," ujar Mahfud.
Meski begitu, Bimbim menegaskan bahwa kedekatan dengan kekuasaan tidak pernah dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi. Slank tetap memilih jalur musik sebagai medium perjuangan.
"Slank tetap memilih jalur musik untuk berkarya dan menyuarakan aspirasi, serta menolak mengambil keuntungan pribadi," timpal Bimbim.
Akar Kritik Sejak Orde Baru: Korupsi Masih Jadi Musuh Utama
Terlepas dari siapa rezim yang berkuasa, DNA Slank sebagai band kritis tidak pernah luntur. Sejak lahir di era Orde Baru, lagu-lagu mereka telah menjadi catatan sejarah sosial politik Indonesia.
"Lagu-lagu Slank itu mencatat sejarah Indonesia dan perkembangannya," kata Bimbim.
Fokus utama mereka yang tak pernah berubah adalah perang melawan korupsi. Ivanka mengakui bahwa isu ini masih sangat relevan.
Baca Juga: JBL Festival 2025: Slank, Ari Lasso, Tiara Andini Siap Guncang Istora Senayan!
"Masalah korupsi hingga kini masih sama dan Slank tidak akan lelah menyuarakannya," ujar sang bassist.
Mahfud MD pun mengamini kompleksitas pemberantasan korupsi di Tanah Air. "Banyak orang baik yang terjebak dalam sistem korup ketika masuk ke dalam pemerintahan," jelasnya.
Sikap Terhadap Pemerintahan Baru: Hormati Pemenang, Tetap Kritis
Kini, dengan terbentuknya pemerintahan baru hasil Pemilu 2024, Slank mengambil sikap yang matang. Mereka tidak akan menjadi oposisi buta, namun juga tidak akan bungkam.
"Terhadap pemerintahan baru, Slank akan wait and see, menghormati hasil pemilu, namun tetap kritis melalui lagu-lagu mereka," ungkap Bimbim.
Sikap ini selaras dengan Mahfud MD yang menyatakan, "Mengucapkan selamat dan tidak akan mengganggu, namun tetap kritis.".
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?