Suara.com - Pemerintah Indonesia tengah merampungkan dokumen Second Nationally Determined Contribution (Second NDC), peta jalan nasional untuk menghadapi krisis iklim.
Dokumen ini bukan sekadar laporan, tapi panduan utama bagi semua sektor, energi, kehutanan, limbah, pertanian, hingga kelautan, untuk bergerak bersama menurunkan emisi gas rumah kaca.
Second NDC ini akan menjadi acuan utama Indonesia dalam menjawab komitmen global yang ditegaskan dalam Konferensi Perubahan Iklim COP-28, termasuk target menurunkan emisi karbon global sebesar 43 persen pada 2030 dan 60 persen pada 2035, dari level tahun 2019.
Bagi Indonesia, ini berarti emisi nasional harus ditekan dari 1.147 juta ton COe menjadi sekitar 459 juta ton COe pada 2035.
“Second NDC bukan sekadar laporan, tapi peta jalan yang mencerminkan kesungguhan Indonesia dalam melindungi bumi, memperkuat daya saing ekonomi, dan membangun masa depan yang lebih adil bagi seluruh rakyat,” ujar Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH Hanif Faisol Nurofiq dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu (20/7).
Sektor energi akan menjadi perhatian utama, mengingat sektor ini menyumbang 55 persen dari total emisi nasional. Pemerintah menargetkan peningkatan bauran energi terbarukan sebesar 27–33 persen pada 2035, serta mempercepat adopsi kendaraan listrik dan program efisiensi energi.
Sementara itu, sektor kehutanan akan tetap berpegang pada strategi FOLU Net Sink 2030, yaitu menjadikan sektor ini sebagai penyerap karbon bersih. Target pengurangan deforestasi juga diperketat, dari sebelumnya 0,918 juta hektare per tahun menjadi di bawah 0,3 juta hektare per tahun.
Di sektor limbah, Indonesia mendorong transisi menuju sistem “Zero Waste, Zero Emission” pada 2050. Sektor pertanian diarahkan untuk semakin adaptif terhadap iklim, melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dan pendekatan berbasis komunitas.
Sektor kelautan tak luput dari perhatian. Pemerintah mulai mengembangkan strategi restorasi padang lamun, terumbu karang, dan pelindungan kawasan pesisir sebagai penyerap karbon biru sekaligus benteng dari ancaman perubahan iklim.
Baca Juga: Bangunan Ramah Lingkungan: Investasi Masa Depan atau Sekadar Tren?
“Second NDC bukan hanya kewajiban internasional, tetapi juga bentuk tanggung jawab Indonesia terhadap masa depan bumi, kesejahteraan rakyat, dan generasi mendatang,” tegas Hanif.
Pemerintah juga memastikan keterlibatan masyarakat melalui Sistem Registri Nasional (SRN), sebuah platform transparan yang memungkinkan publik memantau progres iklim secara terbuka.
Program Kampung Iklim (ProKlim) yang kini menjangkau lebih dari 5.000 desa ditargetkan berkembang hingga 20.000 desa pada 2035, untuk mendorong aksi iklim dari level paling lokal.
“Perubahan iklim tidak mengenal batas wilayah atau status sosial. Kita semua terdampak, dan kita semua bisa berperan. Mari jadikan Second NDC sebagai gerakan bersama,” tutup Hanif.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
Terkini
-
Wamensos Agus Jabo Ungkap Parahnya Dampak Banjir Bandang di Aceh Tamiang
-
Prabowo Berangkat Menuju Aceh Pagi Ini: Kita Buktikan Reaksi Pemerintah Cepat
-
Ustaz Adi Hidayat: Elit Politik Stop Atraksi, Mohon Perhatian Tulus untuk Korban Bencana
-
Komunitas Disabilitas Galang Donasi Rp 200 Juta untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumatra
-
Pramono Anung Dorong Event Lari Jadi Cara Baru Menjelajahi Jakarta
-
Pemerintah Tolak Bantuan Asing, Gubernur Aceh Khawatir Korban Bencana Meninggal Kelaparan
-
Update Korban Bencana Sumatera: 916 Meninggal Dunia, Ratusan Orang Hilang
-
Ahli Cornell University Kagum Gereja Jadi 'Benteng' Masyarakat Adat di Konflik Panas Bumi Manggarai
-
Kemendagri Angkat Bicara Tanggapi Bupati Aceh Selatan Bepergian ke Luar Negeri di Tengah Bencana
-
Jalan Lintas Pidie Jaya - Bireuen Aceh Kembali Lumpuh Diterjang Banjir Minggu Dini Hari