Suara.com - Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) telah diluncurkan oleh Kementerian Agama. Apa itu Kurikulum Berbasis Cinta?
Bagi generasi milenial dan Gen Z yang akrab dengan isu kesehatan mental, perundungan (bullying), dan krisis empati, kisah asmara memasukkan "cinta" ke dalam kurikulum mungkin terdengar aneh.
Namun, inisiatif yang digulirkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) ini bukanlah tentang pelajaran tambahan soal asmara, melainkan sebuah upaya fundamental untuk mengembalikan ruh kemanusiaan ke dalam ruang-ruang belajar.
Lalu, apa sebenarnya KBC dan mengapa ini dianggap sebagai kebutuhan mendesak bagi pendidikan Indonesia saat ini?
Apa itu Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)?
KBC bukanlah mata pelajaran baru yang akan menambah beban tas sekolahmu.
Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor 10 Tahun 2025, KBC adalah sebuah "ruh" atau spirit yang dirancang untuk meresap ke dalam seluruh aspek pendidikan.
Tujuannya adalah untuk membentuk ekosistem pendidikan yang lebih humanis, inklusif, dan transformatif.
Kemenag tidak sedang membuat buku paket baru, melainkan mendorong perubahan mindset dan atmosfer di sekolah.
Ini adalah ajakan untuk menjadikan madrasah dan lembaga pendidikan lainnya sebagai ruang tumbuh yang penuh kasih, tempat di mana siswa belajar bukan hanya untuk tahu, tetapi juga untuk mencinta.
Baca Juga: Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) 2025: Pendidikan Adaptif, Manusiawi, Berkelanjutan
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Prof. Nurhayati, menegaskan bahwa gagasan ini bukanlah sekadar wacana.
Baginya, KBC adalah jawaban atas sistem pendidikan nasional yang "cenderung kehilangan sentuhan kemanusiaan."
Kenapa Mendadak 'Cinta' Jadi Urusan Kurikulum?
Pendekatan pendidikan yang hanya fokus pada kecerdasan kognitif terbukti tidak lagi cukup saat ini.
Mengingat maraknya kasus perundungan, intoleransi, dan meningkatnya angka kecemasan di kalangan pelajar.
KBC hadir sebagai sebuah "kebutuhan mendesak" untuk mengisi kekosongan ini.
Kurikulum ini berupaya membekali siswa dengan sesuatu yang lebih fundamental dari sekadar rumus matematika atau hafalan sejarah, yaitu empati dan kepedulian.
Berita Terkait
-
Pemerintah Kebut Persiapan Haji 2026, Terungkap Fakta Mengejutkan: 80 Persen Jemaah Sakit-sakitan
-
Belajar dari Eropa, Indonesia Didorong Ciptakan 'Zona Aman' Lewat Kurikulum Anti-Pencabulan
-
4 Jenis Ekstrakurikuler Berdasarkan Permendikdasmen Nomor 13, Pramuka Wajib Ada
-
Permendikdasmen No 13 Tahun 2025: Pedoman Kurikulum, Koding dan AI untuk Siswa
-
Mendikdasmen Tolak Usulan BGN Soal Pendidikan Gizi Masuk Kurikulum, Ini Alasannya
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
-
Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
-
Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
-
Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
-
Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
-
Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
-
Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah
-
Skandal Whoosh Memanas: KPK Konfirmasi Penyelidikan Korupsi, Petinggi KCIC akan Dipanggil
-
Formappi Nilai Proses Etik Lima Anggota DPR Nonaktif Jadi Ujian Independensi MKD
-
Ketua DPD: GKR Emas Buktikan Pena Juga Bisa Jadi Alat Perjuangan Politik