Suara.com - Jumlah korban pemutusan hubungan kerja atau PHK selama enam bulan pertama 2025 tercatat meningkat dibandingkan dengan saat periode yang sama pada 2024.
Rekap data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) yang diunggah di laman Satudata Kemnaker tercatat bahwa ada 42.385 pekerja kena PHK selama Januari-Juni 2025.
Jumlah itu meningkat 32,1 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024, sebanyak 32.064 orang.
Namun, para korban PHK tidak serta merta langsung mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menegaskan bahwa penyaluran bansos hanya diberikan kepada mereka yang terdaftar sebagai desil 1 dan desil 2 dala. Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), yang menjadi pedoman utama dalam distribusi bantuan.
"Kita kembali lagi ya di DTSEN ya. Yang bisa diberikan Bansos itu adalah mereka yang memang masuk di Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional, itu adalah perdoman kita untuk menyalurkan bansos," ucap Gus Ipul ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (28/7/2025).
Ia menjelaskan, data penerima bansos terus diperbarui secara berkala melalui proses verifikasi dan validasi. Pemerintah bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan Bank Indonesia untuk memastikan bansos tepat sasaran.
Terkait korban PHK, Gus Ipul menekankan bahwa dampak pemutusan kerja itu terhadap kondisi ekonomi individu akan ditelaah terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam daftar penerima bantuan.
"Kalau misalnya mereka ada PHK ya, apakah mereka turun kelas atau tidak. Kita lihat aja dan kita akan memutakhirkan setiap tiga bulan sekali. Selama ada di dalam DTSEN dan memang berada di desil yang sesuai sasaran, ya tentu akan dibagi," ucapnya.
Baca Juga: Angka PHK Melonjak! Wamenakar Tuding Perang Dagang Jadi Biang Kerok?
Gus Ipul menambahkan, bansos bukan satu-satunya bentuk intervensi pemerintah bagi masyarakat terdampak PHK.
Pemerintah juga menyiapkan berbagai program pemberdayaan, pelatihan kerja, hingga dukungan permodalan untuk mendorong masyarakat tetap produktif dan tidak terjebak dalam ketergantungan bantuan semata.
"Banyak program-program lain juga dari pemerintahan-pemerintahan yang sifatnya pemberdayaan dan menahan supaya tidak turun kelas," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Hasto PDIP: Ibu Megawati Lebih Pilih Bendungan dan Pupuk Daripada Kereta Cepat Whoosh
-
Putri Zulkifli Hasan Sambut Putusan MK: Saatnya Suara Perempuan Lebih Kuat di Pimpinan DPR
-
Projo Tetapkan 5 Resolusi, Siap Kawal Prabowo hingga 2029 dan Dukung Indonesia Emas 2045
-
Budi Arie Bawa Gerbong Projo ke Gerindra? Sinyal Kuat Usai Lepas Logo Jokowi
-
Cinta Terlarang Berujung Maut, Polisi Tega Habisi Nyawa Dosen di Bungo
-
Dua Tahun Lalu Sakit Berat, Kini Adies Kadir Didoakan Kembali di Majelis Habib Usman Bin Yahya
-
Makna Arahan Mendagri Tito Karnavian Soal Dukungan Pemda Terhadap PSN
-
Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Akhir Perjalanan Sang Pemersatu Takhta Mataram
-
Rawan Tumbang Saat Hujan Deras, Pemprov DKI Remajakan Puluhan Ribu Pohon di Jakarta
-
APBD Dipangkas, Dedi Mulyadi Sebut ASN Jabar Bakal Puasa Tahun Depan