Suara.com - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengungkapkan bahwa lebih dari separuh perusahaan di Indonesia telah melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK, dan tren ini diperkirakan masih akan terus berlanjut dalam waktu dekat.
Hal itu terungkap dari survei terbaru yang dilakukan Apindo kepada para pelaku usaha di tengah ketidakpastian ekonomi global maupun domestik.
“Dalam survei Apindo yang baru saja kami lakukan, lebih dari 50 persen responden menyatakan telah mengurangi tenaga kerja dan masih akan terus melakukan hal ini,” kata Shinta saat menyampaikan sambutan dalam acara diskusi Dewas BPJS Ketenagakerjaan di Jakarta, Senin (28/7/2025).
Menurut Shinta, tekanan terhadap dunia usaha datang dari berbagai sisi, mulai dari pelemahan konsumsi rumah tangga hingga beban biaya produksi yang terus meningkat.
Meski inflasi saat ini relatif terjaga, Indonesia sejak awal tahun lalu, untuk pertama kalinya, mengalami inflasi tahunan dalam 25 tahun terakhir. Namun, daya beli masyarakat tetap melemah.
Kondisi itu, kata Shinta, makin diperparah dengan menyusutnya jumlah penduduk kelas menengah yang selama ini menjadi penopang utama konsumsi nasional. Dia menyebutkan kalau kelompok ekonomi menengah makin berkurang hingga 9,5 juta orang hanya dalam lima tahun terakhir.
"Penguatan konsumsi perlu didorong dengan memperkuat jumlah kelas menengah. Namun justru saat ini kelas menengah kita menyusut," jelas Shinta.
Sementara dari sisi produksi, beban biaya yang harus ditanggung pelaku usaha juga makin besar. Harga energi, bahan baku, hingga ketergantungan terhadap impor masih menjadi tantangan, apalagi di tengah fluktuasi nilai tukar rupiah yang membuat perencanaan usaha semakin sulit.
Di sisi lain, biaya tenaga kerja (labor cost) belum seimbang dengan peningkatan produktivitas. Tak hanya itu, struktur industri manufaktur Indonesia pun masih bergulat dengan persoalan logistik dan rantai pasok yang belum efisien.
Baca Juga: Perusahaan IT Ini PHK 12.200 Karyawan
"Situasi ekonomi global yang terus berubah, kondisi geopolitik yang semakin tinggi, proyeksi pertumbuhan yang terus menurun, ini membuat banyak perusahaan tidak memiliki cukup informasi untuk mengambil keputusan," kata Shinta.
"Akhirnya, banyak yang bersikap dengan menahan ekspansi, memperlambat rekrutmen, dan fokus pada efisiensi dibanding mengambil resiko baru," imbuhnya.
Terakhir, Shinta menyinggung kemampuan produktivitas Indonesia yang tercatat masih rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya. Indonesia disebut belum bisa bersaing secara optimal. Karena sebagian besar pekerja di Indonesia masih berada di kategori keterampilan rendah.
Produktivitas tenaga kerja Indonesia tercatat hanya 23,57 ribu USD, tertinggal dibandingkan rata-rata ASEAN yang mencapai 24,27 ribu USD per tenaga kerja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
Terkini
-
Penyebab Laba Bersih MedcoEnergi Turun 69 persen di Kuartal III-2025
-
Awali Pekan ini, Harga Emas Antam Jatuh Jadi Rp 2.278.000 per Gram
-
Jamkrindo Kucurkan Penjaminan Kredit Rp 186,76 Triliun Hingga September 2025
-
IHSG Berada di Zona Hijau pada Perdagangan Pagi ini
-
Pupuk Indonesia Groundbreaking Pabrik Soda Ash Pertama, Siap Hemat Devisa Rp1,25 Triliun Per Tahun
-
Klaim Asuransi Kerusuhan Tembus Rp150 Miliar
-
Akhiri Ketergantungan Impor, Anak Muda RI Ciptakan BBM Dengan Klaim RON 98
-
Harga CPO Naik Tipis November 2025, Didorong Ekspektasi B50 dan Permintaan Global
-
Raih Laba Bersih Rp 41,1 Miliar, COIN Bukukan Pendapatan Naik Hingga 19 Kali Lipat
-
Terungkap! Dua Modus Penipuan di Industri Keuangan Ini Sering Terjadi di Indonesia