Suara.com - Musisi sekaligus budayawan Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang akrab disapa Sabrang Letto, memberikan respons cerdas saat disematkan label 'Sufi' oleh publik.
Tak hanya menerima dengan lapang dada, ia justru menggunakan momen tersebut untuk menyentil fenomena yang lebih besar: esensi kepemimpinan dan bahaya kultus individu yang kerap menjebak tokoh publik.
Dalam sebuah diskusi mendalam di podcast Hendri Satrio Official, putra sulung mendiang Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) ini menanggapi label 'Sufi' yang sering dialamatkan kepadanya karena pemikirannya yang dinilai dalam dan menenangkan.
Alih-alih menolak mentah-mentah atau justru mengiyakan demi citra, Sabrang memilih jalur pragmatis yang sarat makna. Ia melihat label dari kacamata fungsionalnya bagi masyarakat.
"Saya tidak keberatan disebut sufi, karena jika orang mendengar hal baik dari saya, itu bagus," ungkap Sabrang, menunjukkan fokusnya pada dampak positif sebuah pesan, bukan pada kemasan atau gelar si pembawa pesan.
Namun, ia juga sadar betul realitas dua sisi mata uang persepsi publik. "ada juga yang menganggapnya tukang dongeng atau hanya bisa bicara tanpa berbuat," lanjutnya.
Kesadaran ini menunjukkan kedewasaan dalam memandang popularitas, bahwa pujian dan kritik adalah paket yang tak terpisahkan.
Puncak dari argumentasinya adalah ketika Sabrang menarik sebuah pelajaran fundamental dari sang ayah, Cak Nun.
Ia mengilustrasikan sebuah prinsip kepemimpinan yang berorientasi pada pelayanan, bukan pada pemujaan diri. Prinsip ini relevan untuk menyorot para pejabat atau tokoh yang haus akan penghormatan.
Baca Juga: Bukti Cak Nun Sudah Prediksi Iran Diserang Israel dan Amerika Sejak 2012
"Ia mencontohkan ayahnya yang memperbolehkan tangannya dicium orang karena orang tersebut yang membutuhkan, bukan ayahnya yang menawarkan diri," jelas Sabrang.
Kisah ini menjadi tamparan halus bagi fenomena kultus individu, di mana seorang tokoh sering kali diposisikan begitu tinggi hingga tak tersentuh.
Menurut Sabrang, tindakan Cak Nun tersebut bukanlah untuk meninggikan derajatnya, melainkan untuk memenuhi kebutuhan spiritual atau emosional orang lain. Kekuasaan atau pengaruh, dalam pandangan ini, adalah alat untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Sikap ini mengakar pada keyakinan dasarnya bahwa identitas sejati tidak ditentukan oleh persepsi eksternal.
"Baginya, label tersebut tidak mengubah dirinya," tegas Sabrang. Pernyataan ini menjadi kritik tajam di tengah era media sosial yang kerap mengedepankan citra dan gelar ketimbang substansi dan integritas.
Pandangan vokalis band Letto ini menjadi cermin bagi dunia politik dan pemerintahan, di mana gelar, jabatan, dan citra sering kali menjadi tujuan utama, mengalahkan esensi pengabdian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Kapolda Metro Jaya Perintahkan Propam Tindak Polisi Pelaku Catcalling di Kebayoran Baru
-
Hujan Deras Bikin Jakarta Macet Parah, Dirlantas Polda Metro Turun Langsung ke Pancoran
-
Pulangkan 26 WNI Korban Online Scam di Myanmar, Menteri P2MI: Jangan Tergiur Tawaran Kerja Ilegal
-
OC Kaligis Sebut Sidang Sengketa PT WKM dan PT Position Penuh Rekayasa, Ini Alasannya
-
Jerat Utang Whoosh: DPD Peringatkan PT KAI di Ambang Krisis, Kualitas Layanan Terancam Anjlok
-
Biaya Haji Tahun 2026 Ditetapkan Rp87 Juta, Wamenhaj: Harusnya Naik Rp2,7 Juta
-
Jejak Pemerasan Rp53 M di Kemnaker: KPK Geledah Rumah Eks Sekjen Heri Sudarmanto, 1 Mobil Disita
-
Presiden Prabowo Panggil Dasco Mendadak Tadi Pagi, Bahas Apa?
-
Mendagri Tito Minta Pemda Segera Lakukan Sinkronisasi Program, Agar Tak Boros Anggaran
-
Soal Usulan Anggota DPR RI Non-Aktif Dipecat, Koordinator MPP Buka Suara