Pelaku biasanya merasa terangsang ketika melihat ekspresi kaget atau takut dari korban. Kondisi ini dapat dialami oleh remaja maupun orang dewasa, dan umumnya mulai berkembang pada masa dewasa muda.
Pelaku eksibisionisme, seperti kasus yang terjadi di Tuban, kerap tidak merasa malu atas tindakannya. Sebaliknya, mereka justru merasa puas atau semangat saat korbannya terkejut melihat tindakan tersebut.
Gangguan ini bisa muncul karena berbagai faktor, mulai dari gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan zat, hingga pengalaman pelecehan seksual di masa kecil.
Menurut para ahli, eksibisionisme terbagi ke dalam dua jenis, yaitu eksibisionis murni dan eksibisionis eksklusif. Eksibisionis murni hanya tertarik menunjukkan alat kelamin dari kejauhan, sedangkan jenis eksklusif muncul karena pelaku kesulitan menjalin hubungan romantis atau seksual secara normal.
Dalam dunia medis, diagnosis gangguan ini dilakukan lewat asesmen perilaku dan wawancara klinis mendalam. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menilai apakah dorongan muncul secara berulang selama lebih dari enam bulan, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial dan hukum pelaku.
Penanganan eksibisionisme tidak bisa dilakukan secara instan. Terapi perilaku kognitif, pengobatan antidepresan, serta pendampingan psikologis intensif menjadi pendekatan utama.
Beberapa penderita juga menjalani terapi kelompok agar tidak merasa dihakimi. Dalam kasus ekstrem, obat penekan hormon seksual diberikan untuk menurunkan hasrat seksual.
Sayangnya, sebagian besar pengidap gangguan ini tidak mencari pertolongan medis kecuali setelah tertangkap atau dilaporkan. Padahal, semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan untuk mengendalikan dorongan berbahaya tersebut.
Berita Terkait
-
Tantangan Komunikasi di 2026: Semua Bisa Viral, Tapi Tidak Semua Bisa Bermakna
-
Kaleidoskop 2025: 8 Lagu Indonesia Paling Viral, Tak Semuanya Baru Dirilis
-
Harga Diri Bangsa vs Air Mata Korban Bencana Sumatera, Sosok Ini Sebut Donasi Asing Tak Penting
-
7 Rekomendasi Tempat Wisata Viral di Bogor: Negeri Dongeng Mini hingga Sensasi Tenda Mongolia
-
5 Adegan Ciuman Drakor Paling Viral di 2025
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri