Suara.com - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengungkapkan bahwa kasus dugaan ijazah palsu milik Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) adalah konyol.
Refly merasa bahwa semakin hari kasus tersebut justru mengubah pola pikir orang lain, yang pintar menjadi bodoh dan sebaliknya.
“Betapa konyolnya soal ijazah ini, orang pintar jadi bodoh, orang bodoh sok sok pintar ya jadinya, haha,” sebut Refly Harun dikutip dari youtubenya, Senin (4/8/25).
Refly kemudian membahas soal pernyataan Jokowi saat berpidato dalam acara reuninya dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Angkatan 80.
Dalam acara tersebut, Jokowi sempat mengatakan bahwa teman-temannya dilarang untuk bersenang-senang terlebih dahulu sebelum ijazahnya diputuskan benar-benar asli.
Ketika nantinya Pengadilan memutuskan bahwa ijazah Jokowi palsu, ia justru mengatakan bahwa ijazah milik teman-teman lainnya juga palsu.
Hal ini menurut Refly mengindikasikan bahwa ijazah milik Jokowi benar-benar tidak asli alias palsu.
“Soal ijazah Jokowi, dari pernyataan Jokowi yang seolah minta pembelaan dari teman-temannya saat reuni, sadar nggak itu mengindikasikan bahwa ijazahnya itu memang nggak asli, atau palsu,” ungkap Refly.
“Katanya ‘Jangan senang-senang dulu, kalau pengadilan mengatakan asli maka bapak ibu boleh senang-senang. Tapi kalau Pengadilan mengatakan palsu, maka 88 orang lainnya juga palsu”, eee lucu juga kan logikanya, dia paham nggak ya bahwa 1 angkatan itu memang masuknya sama, tapi keluarnya kan nggak sama bro, kan beda-beda,” sambung Refly.
Baca Juga: Kasus Ijazah Palsu 4 tahun Tak Usai, Amien Rais : Kita Dianggap Bodoh Jokowi
Pernyataan Jokowi tersebut menurut Refly adalah bentuk dirinya telah melibatkan orang lain dalam masalahnya.
“Berarti 88 itu palsu semua, nggak bisa begitu dong haha,” ucapnya.
“Gimana logikanya? Dia (Jokowi) buang badan, kesannya melibatkan orang lain dalam masalahnya,” tambahnya.
Refly menjelaskan bahwa logikanya teman satu Angkatan masuk belum tentu akan sama tahun kelulusannya.
“Jadi sekali lagi hati-hati dengan pernyataannya sendiri. Justru itu pernyataan yang mengindikasikan Pak Jokowi nggak paham,” ujarnya.
“Orang itu yang masuknya sama, tapi kan keluarnya beda-beda. Nah dia nggak pernah keluar barangkali. Atau kuliahnya nggak nyampek, sehingga dia berpikir wah ini mesti sama-sama semua, ya nggak lah, ada yang 85,87, bahkan 88,” tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO