Suara.com - Menjelang pertengahan Agustus 1945, suasana di Indonesia berada pada titik yang penuh ketegangan dan harapan.
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II membawa kabar bahwa penjajahan yang telah berlangsung puluhan tahun akan segera berakhir.
Di tengah kegembiraan itu, muncul perdebatan di kalangan pejuang: apakah kemerdekaan harus segera diumumkan atau menunggu proses yang telah direncanakan sebelumnya.
Perbedaan pandangan ini memuncak antara golongan muda yang menginginkan langkah cepat, dan golongan tua yang memilih sikap hati-hati.
Tanggal 14 Agustus 1945 menjadi titik awal dari perdebatan besar ini. Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu, membuka peluang bagi Indonesia untuk memutuskan nasibnya sendiri.
Namun, keputusan yang diambil oleh Soekarno dan Mohammad Hatta justru mengejutkan sebagian pihak, terutama para pemuda yang sudah lama mendambakan kemerdekaan tanpa campur tangan kekuatan asing.
1. Kabar Kekalahan Jepang
Pada hari itu, Sutan Sjahrir menjadi salah satu tokoh pertama yang membawa kabar kekalahan Jepang kepada Soekarno. Ia menilai bahwa kemenangan Sekutu adalah kesempatan emas untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Menurut Sjahrir, Indonesia yang merdeka harus bebas dari pengaruh Jepang, dan momentum ini tidak boleh disia-siakan.
Baca Juga: Benarkah Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945? Ini Faktanya
Alasan Sjahrir cukup jelas: jika kemerdekaan diumumkan segera, Indonesia akan berdiri di bawah kedaulatannya sendiri, tanpa campur tangan pemerintah Jepang yang masih bercokol.
Sebagaimana dikutip dari YouTube Jejak Lampau, ukungan untuk gagasan ini pun mengalir deras dari kalangan muda dan mahasiswa.
2. Sikap Hatta yang Berbeda
Namun, Hatta memiliki pandangan lain. Ia menekankan bahwa dirinya dan Soekarno masih memegang jabatan sebagai ketua dan wakil ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
PPKI sudah menjadwalkan rapat pada 16 Agustus 1945 untuk membicarakan kemerdekaan secara resmi. Melompati forum ini dianggapnya akan mengabaikan kesepakatan dan keterlibatan banyak tokoh yang sudah berkontribusi.
Bagi Hatta, legitimasi kemerdekaan akan lebih kuat jika diputuskan melalui jalur resmi yang melibatkan semua pihak.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Bangunan Parkir 2 Lantai Runtuh di Koja, Polisi Turun Tangan Selidiki
-
TNI Bubarkan Aksi Bawa Bendera GAM di Aceh, Satu Orang Terciduk Bawa Pistol dan Rencong
-
Bukan Cuma Lokal, Turis Eropa Serbu Kota Tua Jakarta Saat Natal: Ternyata Ini yang Mereka Cari
-
Pratikno: Januari 2026, Siswa Terdampak Bencana Sumatra Dipastikan Kembali Sekolah
-
Pemerintah Cabut Izin Jutaan Hektare Sawit dan Segel 5 Perusahaan Tambang
-
RI Tak Main-main! Bintang Porno Bonnie Blue Diadukan ke Inggris Usai Lecehkan Bendera Merah Putih
-
Pesan Mendagri ke Daerah Kaya: Jangan Simpan Anggaran, Bantu Korban Bencana
-
Prabowo: Pemerintah Tak Libur, Fokus Pulihkan Aceh dan Sumatra
-
Geger Video Bom di Bandara Batam, Kapolda Kepri: Hoaks! Pelaku Sedang Kami Kejar
-
Kejar Target Akhir Tahun, Seskab Teddy dan BP BUMN Percepat Pembangunan 15.000 Rumah Pascabencana