"Saya rasa sistem perpajakan mungkin masih sulit diterima sebagai perwujudan keadilan sosial."
Menurutnya, Indonesia harus banyak belajar dari negara-negara yang berfokus pada kesejahteraan sosial.
"Beban pajak belum terdistribusi dengan baik, perhitungan ideal beban pajak seharusnya bisa belajar dari negara social welfare, tapi lagi-lagi, hal ini juga harus dibarengi dengan perbaikan pendapatan per kapita," tutur Kiki.
Beban Kelas Menengah
Pandangan senada disampaikan Azmi. Menurutnya, meski sistem perpajakan sudah menuju ke arah progresif, penerapannya belum merata dan seringkali lebih memberatkan kelas menengah.
"Beban pajak terkadang terasa lebih berat bagi masyarakat kelas menengah dibandingkan dengan korporasi besar yang memiliki celah untuk mengurangi kewajibannya. Keadilan sosial akan terasa bila semua pihak, besar maupun kecil, membayar pajak sesuai proporsinya tanpa privilese tersembunyi," kata Azmi.
Bagi mereka, kemerdekaan sejati adalah ketika pajak yang mereka bayarkan benar-benar menjelma menjadi kesejahteraan yang merata.
"Bagi saya, kemerdekaan bukan hanya terbebas dari penjajahan, tapi juga memiliki kemandirian ekonomi yang kuat. Pajak adalah salah satu wujud nyata partisipasi rakyat untuk membiayai pembangunan sehingga kemerdekaan akan terasa lengkap bila hasil pajak benar-benar kembali kepada rakyat dalam bentuk layanan publik yang berkualitas dan merata," kata Azmi.
Di tengah kekecewaan akibat ulah segelintir pejabat korup, keyakinan mereka tak goyah.
Baca Juga: Panggung Istana Tanpa Megawati: SBY dan Jokowi Hadir di HUT ke-80 RI, Ketua Umum PDIP Pilih Absen
Mereka tetap membayar pajak, namun dengan tuntutan yang lebih kuat: transparansi dan akuntabilitas.
"Saya sadar, kasus korupsi yang melibatkan anggaran negara seringkali mengikis kepercayaan publik, namun, saya memilih tetap membayar pajak karena menghentikan kontribusi justru akan merugikan masyarakat luas."
Namun, Kiki masih berharap negara bisa berbuat adil dengan menindak tegas pelaku korupsi tanpa pandang bulu.
"Kepercayaan saya terjaga ketika ada transparansi, audit yang terbuka, dan sanksi tegas bagi pelaku penyalahgunaan anggaran, tanpa pandang bulu," tutur Azmi.
Artikel ini khusus dibuat Redaksi Suara.com dalam rangka perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Dana Bagi Hasil Jakarta dari Pemerintah Pusat Dipangkas Rp15 Triliun, Pramono Siapkan Skema Ini
-
KemenPPPA Dorong Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis Pasca Kasus Keracunan
-
BGN Enggan Bicara Sanksi untuk Dapur MBG, Malah Sebut Mereka 'Pejuang Tanah Air'
-
Agus Suparmanto Sah Pimpin PPP, Mahkamah Partai Bantah Dualisme Usai Muktamar X Ancol
-
DPRD DKI Sidak 4 Lahan Parkir Ilegal, Pemprov Kehilangan Potensi Pendapatan Rp70 M per Tahun
-
Patok di Wilayah IUP PT WKM Jadi Perkara Pidana, Pengacara: Itu Dipasang di Belakang Police Line
-
Divonis 16 Tahun! Eks Dirut Asabri Siapkan PK, Singgung Kekeliruan Hakim
-
Eks Dirut PGN Ditahan KPK! Terima Suap SGD 500 Ribu, Sempat Beri 'Uang Perkenalan'
-
Ikutilah PLN Journalist Awards 2025, Apresiasi Bagi Pewarta Penggerak Literasi Energi Nasional
-
Soal Arahan Jokowi Dukung Prabowo-Gibran 2 Periode, Gus Yasin: PPP Selalu Sejalan dengan Pemerintah