Suara.com - Sikap menghindar yang kembali dipertontonkan oleh para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menuai kecaman keras.
Di saat ribuan massa dari elemen buruh dan mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR-MPR, Jakarta, pada Kamis (28/8/2025), para wakil rakyat justru memilih untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Langkah ini dinilai sebagai sebuah ironi yang menyakitkan. Alih-alih menyambut dan menyerap aspirasi, DPR justru menciptakan jarak yang semakin lebar dengan rakyat yang mereka wakili.
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, menyebut tindakan ini sebagai bukti nyata betapa buruknya kinerja dan mentalitas para legislator.
Menurut Lucius Karus, keputusan WFH saat ada demonstrasi adalah cara DPR untuk lari dari tanggung jawab. Ini adalah kali kedua dalam sepekan, setelah aksi serupa pada Senin (25/8), para anggota dewan seolah mengosongkan gedung parlemen.
"Rakyat dan wakil rakyat kian berjarak. Anggota DPR sendiri yang menciptakan jarak itu," kata Karus saat dihubungi, Kamis (28/8/2025).
Ia menilai sikap ini sangat aneh dan kontraproduktif. Seharusnya, momen unjuk rasa menjadi panggung bagi DPR untuk menunjukkan empati dan membuktikan bahwa mereka benar-benar bekerja untuk kepentingan publik. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
"Hanya karena warga berunjuk rasa, itu dijadikan alasan untuk berlibur. Enak banget, mengambil kesempatan cuti ketika didatangi peserta aksi yang adalah rakyat mereka sendiri," semprot Karus.
Lebih jauh, Lucius Karus melihat sikap "anti-kritik" ini sebagai konfirmasi atas buruknya kinerja DPR selama ini.
Baca Juga: Driver Ojol yang Dilindas Rantis Polisi di Pejompongan Tewas!
Menurutnya, tindakan WFH ini secara tidak langsung menguatkan alasan publik untuk menolak usulan kenaikan berbagai tunjangan dan fasilitas mewah bagi anggota dewan.
Publik menjadi bertanya-tanya, untuk kerja seperti apa tunjangan setinggi itu diminta jika bertemu dengan rakyatnya sendiri saja mereka menghindar?
"Padahal salah satu misi kehadiran rakyat untuk menyaksikan langsung (kalau memungkinkan) kerja berat seperti apa DPR kita sehingga mereka minta tunjangan yang tinggi dan fasilitas yang luar biasa," sindir Karus.
Ia mengingatkan bahwa selama ini DPR selalu beralasan bahwa tunjangan dan fasilitas fantastis itu dibutuhkan untuk menunjang kerja mereka yang sibuk dan beragam. Namun, realitas di lapangan justru menunjukkan hal yang berbeda.
"Kan DPR beralasan tunjangan-tunjangan diberikan kepada mereka untuk memfasilitasi kerja-kerja DPR yang sibuk dan beragam," pungkasnya, menyoroti kontradiksi antara klaim dan kenyataan.
Tag
Berita Terkait
-
Driver Ojol yang Dilindas Rantis Polisi di Pejompongan Tewas!
-
Momen Haru Ibu Jemput Anaknya dari Bui Karena Aksi 'Bubarkan DPR', Disambut Dukungan Netizen
-
Warga Blokade Jalan di Palmerah, Ogah Kampungnya Jadi Arena Bentrok Demonstran vs Polisi
-
Sengaja Menghindar? DPR Dinilai Pakai Alasan WFH untuk Hindari Aksi Massa
-
Anggota DPR Sengaja Tak Ngantor saat Demo 28 Agustus? Martin: Bukan Menghindar, Ada Jadwal Rutin
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
Terkini
-
UU Kepemudaan Digugat, KNPI DKI Minta Usia 40 Tahun Masih Masuk Kategori Pemuda
-
Menkeu Ogah Bayar Utang Whoosh Pakai APBN, Istana Bilang Begini
-
Putusan Hakim Tolak Praperadilan, Istri Nadiem Terlihat Menahan Air Mata
-
Salah Alamat Makanan, Driver Ojol Babak Belur Dikeroyok Suami Pelanggan di Koja
-
Mendagri Tito Imbau Pemda Kendalikan Harga Komoditas Pangan Penyumbang Utama Inflasi
-
Prabowo Siap Kerahkan 20 Ribu Pasukan Perdamaian ke Gaza, MPR Beri Respons Begini
-
Dibalik Kampanye Hijau, Industri Fosil Tetap Jadi Sumber Masalah Iklim
-
Jakarta Peringkat 18 Kota Paling Bahagia Dunia, Gubernur Pramono: Mungkin Karena Gubernurnya Bahagia
-
Misteri Kematian Terapis 14 Tahun di Jaksel: Diduga Korban TPPO, Jeritan Terdengar Sebelum Tewas
-
Pramono Sebut Jakarta Ada di Urutan Ke-18 Kota Paling Bahagia Versi Majalah Time Out