- Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa aksi di Petamburan, Kamis malam.
- Gas air mata milik polisi merembes masuk rumah-rumah warga.
- Bayi berusia 18 bulan sesak napas akibatnya.
Suara.com - Bayi perempuan berinisial AQ, terpaksa dilarikan ke IGD RS Pelni, karena terpapar tembakan gas air mata polisi yang ditembakkan ke arah demonstran, Kamis (28/8) kemarin.
AQ yang baru berusia 18 bulan mengalami sesak napas akibat gas air mata.
Insiden ini dikonfirmasi oleh VP Corporate Secretary and Legal PT RS Pelni, Abdul Aziz Purnomo, Jumat (29/8/2025).
Menurutnya, bayi AQ bukanlah bagian dari massa aksi, melainkan warga yang tinggal di sekitar lokasi unjuk rasa yang memanas.
Gas air mata yang ditembakkan aparat untuk membubarkan kerumunan, diduga terbawa angin dan masuk ke dalam rumahnya, mengancam sistem pernapasan sang bayi yang masih sangat rentan.
“Bayi itu warga sekitar Jalan Petamburan. Malam itu banyak gas air mata. Jadi sisa-sisanya merembes lewat jendela rumah," kata Abdul saat ditemui di RS Pelni, Jakarta Pusat.
Penuturan ini melukiskan betapa berbahayanya zat kimia tersebut, yang tak mengenal batas antara area protes dan pemukiman warga, mengubah rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman menjadi zona berbahaya.
Melihat kondisi putrinya yang kesulitan bernapas, orang tua AQ panik dan segera melarikannya ke IGD RS Pelni untuk mendapatkan pertolongan medis secepatnya.
Baca Juga: Memanas! Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Depan Mako Brimob Kwitang, Massa Ojol: Tahan, Jangan Kabur
Tim medis bergerak cepat memberikan penanganan darurat.
Oksigen segera dialirkan untuk membantu menstabilkan pernapasan bayi mungil tersebut.
Beruntung, respons cepat tim medis membuahkan hasil.
“Saat sampai di IGD langsung kami pakaikan oksigen. Alhamdulillah sudah membaik,” ucap Abdul.
Bayi AQ hanyalah satu dari belasan korban sipil yang terdampak langsung kericuhan malam itu.
Abdul Aziz Purnomo menambahkan bahwa RS Pelni secara total menerima 14 korban, termasuk AQ.
Berita Terkait
-
Memanas! Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Depan Mako Brimob Kwitang, Massa Ojol: Tahan, Jangan Kabur
-
Ojol Kena Gas Air Mata, Inul Daratista Ngamuk: Yang di Atas Mau Naik Gaji, di Bawah Mau Mati!
-
Protes Najwa Shihab Terbukti, Rekaman Warga Ungkap Tindakan Brutal Aparat ke Affan Kurniawan
-
Demo DPR Chaos, Benarkah Odol Bisa Mengurangi Efek Gas Air Mata? Ini Kata Ahli
-
Gas Air Mata Masuk Rumah Warga, Ibu-Ibu Ngamuk Usir Aparat Pakai Sapu Lidi
Terpopuler
- Penampakan Rumah Denada yang Mau Dijual, Lokasi Strategis tapi Kondisinya Jadi Perbincangan
- Belajar dari Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Kenali 6 Penyebab Water Heater Rusak dan Bocor
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 4 Mobil Listrik Termurah di Indonesia per Oktober 2025: Mulai Rp180 Jutaan
Pilihan
-
Warisan Utang Proyek Jokowi Bikin Menkeu Purbaya Pusing: Untungnya ke Mereka, Susahnya ke Kita!
-
Tokoh Nasional dan Kader Partai Lain Dikabarkan Gabung PSI, Jokowi: Melihat Masa Depan
-
Proyek Rp65 Triliun Aguan Mendadak Kehilangan Status Strategis, Saham PANI Anjlok 1.100 Poin
-
Pundit Belanda: Patrick Kluivert, Alex Pastoor Cs Gagal Total
-
Tekstil RI Suram, Pengusaha Minta Tolong ke Menkeu Purbaya
Terkini
-
Skandal Rp 285 Triliun: Anak Riza Chalid Diduga Kantongi Rp3,07 T dari Korupsi Minyak
-
Jurnalis Myanmar Dorong Pembentukan Dewan Pers ASEAN, Perkuat Solidaritas Kebebasan Pers
-
Kabinet Prabowo Copy Paste Era Bung Karno, Ikrar Nusa Bhakti: Pemborosan di Tengah Ekonomi Sulit
-
Seleksi Pejabat BPJS Tak Sekadar Rotasi Jabatan, Pansel Cari Pemimpin yang Bisa Reformasi JKN
-
Ikon Baru Jakarta! 'Jembatan Donat' Dukuh Atas Dibangun Tanpa Duit APBD, Kapan Jadinya?
-
Proyek Galian Bikin Koridor 13 'Lumpuh', Transjakarta Kerahkan Puluhan Bus Tambahan
-
Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing, Gubernur Pramono Siapkan Pergub dalam Sebulan
-
BNI Dukung BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Layanan Jaminan Sosial lewat BNIdirect Cash
-
'Auditnya Menyusul Belakangan,' Serangan Balik Kubu Nadiem Usai Kalah di Praperadilan
-
Percepat Pembangunan Papua, Mendagri Tekankan Pentingnya Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah