News / Nasional
Minggu, 07 September 2025 | 18:18 WIB
Kolase foto Gibran dan Anies. [Ist]

Suara.com - Konten kreator Fathian Pujakesuma kembali menyoroti dinamika gerakan “17+8 Tuntutan Rakyat” yang terus menjadi perbincangan publik. Ia menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap provokasi yang berpotensi memecah belah masyarakat.

Menurutnya, aktor-aktor yang berusaha melemahkan gerakan rakyat kini semakin lihai dalam memainkan narasi.

“Sekarang sudah tanggal 5 ya, deadline pertama untuk tuntutan yang 17+8, dan provokator itu pinter banget. Makin pinter mereka. Mereka tahu gimana cara memprovokasi lo tanpa bikin lo sadar bahwa lo sedang terprovokasi,” kata Fathian, dikutip Minggu, 7 September 2025.

Fathian mencontohkan bagaimana isu menyesatkan kerap dimainkan lewat konten viral, seperti video seorang ibu berjilbab pink yang menyebut jika Presiden Prabowo Subianto turun, maka Anies Baswedan akan otomatis menggantikan.

Baginya, wacana tersebut keliru dan tidak masuk akal.

“Mau itu video asli pun, nggak masuk akal gua orang itu take it seriously. Ibu-ibu itu bilang seperti itu kemungkinan besar dia kurang pendidikan. Dia tidak mendapatkan haknya untuk terdidik yang harusnya dia dapatkan,” ujarnya.

Fathian mengingatkan bahwa mekanisme suksesi kepemimpinan diatur jelas dalam konstitusi. Jika presiden lengser, yang berhak menggantikan adalah wakil presiden.

“Prabowo turun katanya, men, enggak ada yang mau Prabowo turun. Gua juga nggak mau. Kita semua tahu kalau Prabowo turun, yang naik adalah followers gua yang bernama Gibran,” ucapnya dengan nada satir.

Meski menegaskan tidak ada pihak yang menginginkan skenario itu, Fathian menyebut masih ada kelompok kecil yang tentu mendukung Gibran, mulai dari keluarga, staf, hingga penggemar.

Baca Juga: Geger Isu Prabowo Diisolasi Saat Demo Memanas, Nama Teddy Terseret dalam Pusaran Curiga Netizen

Dalam unggahan yang sama, ia juga menyinggung polemik simbol warna yang kerap dipersoalkan hingga menimbulkan perpecahan.

“Nggak suka ibu-ibu itu rasis. Gua warna hijau, aja. Hijau katanya buto hijau, kolor hijau, pocong mumun, plankton, Green Goblin, Poison Ivy, Ketua PPP yang korupsi, jahat semua. Gimana mau ganti warna lagi?” sindirnya.

Fathian menekankan, perbedaan harusnya menjadi kekuatan, bukan alasan untuk saling menjatuhkan.

“Bhinneka Tunggal Ika itu teman-teman, artinya kita mengamini perbedaan, yet, kita mencari cara biar tetap bersatu,” jelasnya.

Di akhir pesannya, Fathian kembali mengingatkan publik agar tidak mudah diadu domba oleh narasi provokatif yang berseliweran di media sosial.

“Ini kan kita udah ada persamaan tujuan, kesamaan cita-cita, lo (provokator) cari-cari cara biar kita kepecah belah lagi. Nggak masuk akal,” tegasnya.

Load More