- Antonio Guterres menuntut penyelidikan penuh atas 20 kematian dalam protes di Nepal
- Protes massal yang melumpuhkan Nepal dipicu oleh keputusan Perdana Menteri KP Sharma Oli
- Akibat tekanan publik yang masif dan kekerasan yang meluas, PM Oli mengundurkan diri
Suara.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres secara resmi angkat bicara mengenai krisis politik yang meledak di Nepal. Guterres menyerukan penyelidikan menyeluruh dan mendesak semua pihak untuk menahan diri setelah aksi protes massal berujung kekerasan, menewaskan sedikitnya 20 orang dan memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli untuk mengundurkan diri.
Situasi di negara Himalaya tersebut memanas secara dramatis, menarik perhatian pemimpin tertinggi PBB yang menyatakan keprihatinan mendalamnya atas korban jiwa yang terus berjatuhan. Melalui platform media sosial X, Guterres menyampaikan pesan tegasnya pada hari Selasa (9/9/2025).
"Saya mengikuti perkembangan situasi di Nepal dengan saksama dan sangat berduka atas hilangnya nyawa," tulis Guterres di platform perusahaan media sosial AS, X.
Lebih lanjut, ia tidak hanya menyampaikan duka cita, tetapi juga menuntut adanya akuntabilitas dan langkah-langkah deeskalasi untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
"Saya mendesak dilakukannya penyelidikan, pengendalian diri untuk menghindari eskalasi kekerasan lebih lanjut dan dialog demi mencapai jalan konstruktif ke depannya," katanya.
Guterres juga memberikan peringatan keras kepada aparat keamanan yang bertugas di lapangan. Ia menekankan pentingnya kepatuhan terhadap hukum hak asasi manusia internasional dalam menangani para demonstran. Menurutnya, hak untuk menyuarakan pendapat harus dihormati, selama dilakukan secara damai.
Selanjutnya Guterres meminta aparat keamanan untuk mematuhi hukum hak asasi manusia, seraya menekankan bahwa protes "harus dilakukan dengan cara damai, menghormati kehidupan dan harta benda."
Krisis di Nepal mencapai puncaknya pada Selasa malam ketika militer mulai mengambil alih kekuasaan, menandakan situasi darurat di negara tersebut.
Di tengah transisi kekuasaan yang genting ini, Presiden Ramchandra Paudel kini bersiap memulai proses pembentukan pemerintahan baru setelah secara resmi menerima surat pengunduran diri PM Oli.
Baca Juga: Video Massa Demo Diduga Geruduk Rumah Presiden Nepal, Foto Wajahnya Langsung Dilempar ke Lantai
Pemicu utama gelombang protes mematikan yang juga melukai hampir 350 orang ini adalah kebijakan kontroversial PM Oli yang melarang media sosial.
Ia juga menuntut agar platform-platform teknologi multinasional membuka kantor perwakilan di Nepal. Keputusan ini menyulut kemarahan publik dan dianggap sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi.
Kemarahan rakyat meledak di ibu kota Kathmandu. Para pengunjuk rasa menyerbu gedung-gedung publik, kantor partai politik, hingga nekat memasuki dan membakar gedung parlemen. Eskalasi kekerasan tidak berhenti di situ; massa juga membakar kediaman para pemimpin tinggi, termasuk Kantor Presiden.
Protes keras ini terus berlanjut bahkan setelah pemerintah mengumumkan pencabutan larangan media sosial yang menjadi sumber masalah.
Berita Terkait
-
Brutalitas Polisi Nepal Urai Massa Demo, Perempuan Ikut Dihajar saat Berusaha Melerai Temannya
-
Video Massa Demo Diduga Geruduk Rumah Presiden Nepal, Foto Wajahnya Langsung Dilempar ke Lantai
-
Protes Gen Z di Nepal: Refleksi Kritis tentang Empati dan Keadilan Sosial
-
Pusat Pemerintahan Nepal Resmi Kosong Usai Presiden dan Perdana Menteri Mundur
-
Tragis! Detik-detik Menkeu Nepal Ditelanjangi, Dipukuli, Dikejar Pendemo Sampai Masuk Sungai
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Plus Minus Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa Restu DPR, Solusi Anti Utang Budi atau Sama Saja?
-
Polisi Buka Peluang Tersangka Baru dalam Tragedi Kebakaran Ruko Terra Drone
-
Puslabfor 'Bongkar' Ulang TKP Kebakaran, Buru Bukti Jerat Bos Terra Drone
-
Korban Tewas Bencana di Agam Tembus 192 Orang, 72 Masih Hilang
-
Lonjakan Pemilih Muda dan Deepfake Jadi Tantangan Pemilu 2029: Siapkah Indonesia Menghadapinya?
-
MKMK Tegaskan Arsul Sani Tak Terbukti Palsukan Ijazah Doktoral
-
Polisi Kembali Lakukan Olah TKP Terra Drone, Apa yang Dicari Puslabfor?
-
MyFundAction Gelar Dapur Umum di Tapsel, Prabowo Janji Rehabilitasi Total Dampak Banjir Sumut
-
Ikuti Arahan Kiai Sepuh, PBNU Disebut Bakal Islah Demi Akhiri Konflik Internal
-
Serangan Kilat di Kalibata: Matel Diseret dan Dikeroyok, Pelaku Menghilang dalam Sekejap!