News / Nasional
Kamis, 11 September 2025 | 13:17 WIB
BNPB setidaknya mencatat ada 120 titik di Provinsi Bali yang terdampak banjir. (ANTARA Foto)
Baca 10 detik
  • Banjir Bali menyebabkan lebih dari 120 titik terdampak di tujuh kabupaten/kota.
  • Bencana ini telah menelan 14 korban jiwa.
  • Pemerintah Provinsi Bali menetapkan status darurat bencana.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Awal September 2025 menjadi masa kelam bagi masyarakat Bali. Hujan deras yang mengguyur sejak Selasa pagi (09/09/2025) hingga Rabu (10/09/2025) bukan sekadar fenomena cuaca biasa.

Air yang turun tanpa henti memicu banjir bandang di berbagai wilayah, melumpuhkan aktivitas masyarakat, merusak infrastruktur, dan menelan korban jiwa.

Pulau yang identik dengan pariwisata ini kini berhadapan dengan kenyataan pahit dengan bencana besar yang menorehkan duka mendalam.

Hujan deras mulai turun sejak Selasa malam. Awalnya banyak warga mengira hujan ini hanya sementara. Namun, debit air terus meningkat hingga dini hari.

Pada Rabu pagi, sungai-sungai di berbagai wilayah meluap, membawa lumpur, kayu, dan sampah yang menghantam permukiman di bantaran.

Jalan-jalan utama berubah menjadi sungai dadakan, beberapa underpass tak bisa dilalui, dan akses transportasi menuju bandara sempat terganggu. 

Di tengah kepanikan, warga berlarian menyelamatkan diri. Ada yang naik ke lantai dua rumah, ada pula yang mencari tempat lebih tinggi.

Listrik di sejumlah titik terpaksa dipadamkan untuk menghindari bahaya sengatan. Setelah banjir mulai surut, suasana kota berubah muram.

Lumpur menggenang, sampah berserakan, dan bau tidak sedap mulai tercium. Warga bergotong royong membersihkan rumah dan jalan, sementara relawan serta petugas medis sibuk melayani korban di posko pengungsian.

Baca Juga: Bagaimana IoT Bisa Selamatkan Warga dari Risiko Banjir? Begini Penjelasannya

Lalu, dimana saja titik wilayah Bali yang terdampak banjir bandang ini? Simak inilah selengkapnya. 

Lebih dari 120 Titik Banjir

Data terbaru dari Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bali mencatat, lebih dari 120 titik banjir menerjang tujuh wilayah administrasi kabupaten dan kota.

Kota Denpasar menjadi daerah paling parah dengan 81 titik banjir, hampir melumpuhkan seluruh aktivitas kota. Kabupaten Gianyar menyusul dengan 14 titik, kemudian Badung 12 titik, Tabanan 8 titik, serta Karangasem dan Jembrana masing-masing 4 titik. Di Kabupaten Klungkung, banjir terfokus di Kecamatan Dawan.

Tak hanya banjir, tanah longsor juga terjadi di sejumlah daerah. Tercatat ada 12 titik longsor di Kabupaten Karangasem, 5 titik di Gianyar, dan 1 titik di Badung.

Jumlah ini masih mungkin bertambah, karena pendataan terus diperbarui seiring dengan laporan lapangan yang masuk. Kondisi ini menunjukkan betapa luas dan berat dampak bencana kali ini, menyapu hampir seluruh penjuru Bali.

Korban Jiwa dan Kerugian

Hingga Kamis, 11 September 2025 pukul 11.00 WIB, BNPB merilis data sementara bahwa 14 warga meninggal dunia akibat bencana ini, sementara 2 orang masih dalam pencarian. Rinciannya: 8 korban di Kota Denpasar, 3 di Gianyar, 2 di Jembrana, dan 1 di Badung.

Korban jiwa datang dari berbagai latar belakang. Ada yang terseret arus saat mencoba menyelamatkan diri, ada yang terjebak di rumah ketika banjir datang tiba-tiba, bahkan seorang ibu hamil turut menjadi korban.

Sementara itu, ratusan keluarga terdampak langsung, dengan rumah mereka terendam air setinggi 50 hingga 80 sentimeter. Toko, ruko, dan pasar tradisional pun ikut porak poranda, termasuk Pasar Badung dan Pasar Seni Kumbasari di Denpasar yang merupakan pusat ekonomi warga.

Status Darurat dan Respons Pemerintah

Pemerintah Provinsi Bali segera menetapkan status darurat bencana selama tujuh hari. BNPB dan BPBD bergerak cepat mengevakuasi korban, menyalurkan bantuan makanan, selimut, dan pakaian bersih.

Posko darurat didirikan di berbagai titik, termasuk Denpasar dan Gianyar yang menjadi wilayah dengan korban jiwa terbanyak.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D., menegaskan bahwa pendataan masih berjalan, sehingga jumlah korban maupun kerusakan bisa bertambah.

Gubernur Bali juga menyatakan bahwa dana Belanja Tidak Terduga (BTT) dari APBD akan digunakan untuk mendukung pemulihan pasca-bencana.

Beberapa faktor memperparah banjir kali ini. Pertama, curah hujan ekstrem yang turun dalam waktu singkat melampaui kapasitas sungai.

Kedua, saluran drainase yang tersumbat sampah memperlambat aliran air. Ketiga, permukiman di bantaran sungai yang semakin padat membuat arus deras mudah menghancurkan bangunan.

Selain itu, longsor di daerah perbukitan juga menambah beban material yang terbawa ke bawah.

Kondisi ini menjadi pengingat bahwa Bali, meski dikenal sebagai pulau pariwisata, tetap memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana hidrometeorologi.

Jika tata ruang dan pengelolaan lingkungan tidak segera diperbaiki, terutama pembangunan yang masif tanpa memerhatikan konsekuensi lingkungan, maka ancaman banjir bandang bisa terus berulang setiap musim hujan.

Kontributor : Dea Nabila

Load More